Menyeberang ke Sumba dari Sape, Sumbawa (Bagian 3)

Tiba di lokasi sekitar jam 15.00, setibanya disana Pelangi langsung masuk antrian mobil dan berada di antrian ke 30. Vio bergegas menuju loket untuk menanyakan tentang jadwal penyeberangan, sayangnya loket masih ditutup dan akan dibuka kembali jam 20.00.

Kami lanjut tidur dan berharap 1-2 jam kemudian loket dibuka. Benar saja, jam 23.00 loketnya buka dan kami langsung membeli tiket untuk keesokan hari dikarenakan hari ini kemungkinan kapal tidak datang.

Kami agak pesimis bisa dapat tempat di kapal, karena selama menunggu loket dibuka kami banyak bicara dengan penumpang lain dan mereka bahkan sudah antri sejak minggu lalu.

Pukul 02.00 WIT, kapal akhirnya sandar dan kami dibangunkan dengan suara klakson kapal serta suara kendaraan lain yang sama-sama mengantre.

Satu persatu mobil dan truk masuk kedalam kapal dan kami tentu saja waswas menunggu giliran. Kali ini yang diutamakan masuk adalah truk karena mereka membawa bahan-bahan pokok untuk warga Sumba.

Setelah 1,5 jam loading mobil, gerbang masuk ke pelabuhanpun ditutup. Kami tidak kebagian tempat di kapal karena sudah penuh dan saat itu kami berada di antrian nomor 6.

Penyeberangan selanjutnya adalah hari selasa depan, jadi kami masih harus menunggu 4 hari kedepan untuk bisa menyeberang ke Sumba.

Selama menunggu berhari-hari di Pelabuhan, kami sangat menyayangkan fasilitas pelabuhan berupa toilet yang dikunci, padahal banyak sekali warga yang datang sampai menginap di pelabuhan hanya karena harus menunggu untuk menyeberang.

Kami pun tidak bisa kemana-mana karena jika kami keluar antrian, kami harus memulai kembali dari belakang. Alhasil sehari-hari kami dipagi hari menggunakan toilet warung makan di depan pelabuhan sedangkan malam hari kami mau tidak mau mencari semak untuk buang air.

Selain tidak berfungsinya toilet, tong sampah di pelabuhan pun tidak ada, sampah berserakan dimana-mana. Hal ini sangat disayangkan mengingat pelabuhan adalah salah satu infrastuktur terpenting.

Selama menunggu di pelabuhan, Vio banyak menghabiskan waktu dengan bermain dengan anak-anak sekitar, membacakan buku cerita tentang satwa dan bercerita tentang bahaya plastik di lautan.

Kami juga banyak dikunjungi oleh warga dan penumpang lain yang penasaran dengan isi mobil kami. Kami sangat senang berinteraksi dengan warga dan juga membagikan cerita .

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga, kapal telah tiba dari Kupang. Sebelum masuk ke kapal, petugas memeriksa tiket ke setiap mobil yang antri.

Kapal yang kami gunakan adalah KM Ranaka dan saat itu kami harus membayar 1.341.000 untuk menyeberang ke Waingapu, Sumba Timur. Perjalanan menuju Waingapu sendiri ditempuh selama 8 jam. Berangkat pukul 10.00 WIT dan tiba pukul 18.00 WIT.

Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan indahnya lautan. Puluhan kilo perjalanan di atas laut membuat kami bersyukur betapa indahnya negeri kami.

Sampai jumpa pada perjalanan selanjutnya ya 🙂

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan