Tanggulangi Sampah Plastik dengan Perilaku 4M!

Seperti yang teman-teman sudah banyak tahu, terkait menanggulangi tumpukan sampah plastik Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan membuat larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai yang efektif mulai Juli 2020.

Pergub Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan Pada Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, dan Pasar Rakyat.

Sebuah inisiatif yang cukup baik menyusul beberapa kota lainnya yang terlebih dahulu menerapkan peraturan ini. Kini saatnya kita mulai untuk segera menerapkan perilaku mengurangi sampah plastik dengan hal sederhana.

Penggunaan barang berbahan plastik memang sulit untuk dihindari dan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang ringan, mudah ditemukan, dan kuat menjadikan plastik praktis untuk digunakan.

Sampah plastik dikenal tidak bisa terurai oleh proses alam. Setelah plastik rusak akan menjadi sebuah serbuk mikro yang lebih berbahaya bagi unsur tanah maupun jika terbuang di laut.

Sampah plastik yang menumpuk tanpa disadari juga berbahaya dan dapat mengancam kesehatan serta keseimbangan lingkungan. Meski penggunaan plastik sangat sulit dihindari, namun sangat mungkin untuk dikurangi.

Dengan mengubah kebiasaan kecil dalam berbelanja misalnya. Perilaku 4M berikut bisa jadi referensi kamu untuk memulai:

1. Mengurangi Penggunaan Kantong Plastik Sekali Pakai 

Jika kamu terbiasa menggunakan tas belanja plastik, mulai sekarang cobalah gunakan tas belanja yang dapat digunakan kembali. Kamu bisa memilih model tas tote bag atau eco bag berbahan kanvas atau kain yang mudah dilipat dan disimpan.

Cara ini mungkin terlihat kecil namun, dengan membiasakan diri untuk membawa tas belanja, tidak hanya dapat mengurangi tumpukan sampah plastik saja, tapi juga menghemat biaya plastik yang sering berbayar jika berbelanja di supermarket.

2. Menggantikan 

Selain membawa tas belanja, untuk mengurangi sampah plastik, ada baiknya juga selalu membawa tempat makan dan botol minuman yang dapat digunakan kembali. Karena sampah kemasan makanan dan minum termasuk sampah yang paling banyak menjadi masalah.

Cara yang satu ini bukan hanya mengurangi sampah plastik tapi juga dapat membuat Anda terhindar dari bakteri dan virus berbahaya yang berpotensi terdapat pada kemasan makanan atau minuman yang dijual di pasaran.

3. Memikirkan Ulang

Setiap kita mau berbelanja di pasar maupun di supermarket, kita harus berpikir ulang apakah sesuatu yang ingin kita beli benar-benar kita butuhkan? atau hanya keinginan semata?

Perilaku konsumerisme merupakan masalah terbesar dalam tumpukan sampah yang terjadi saat ini. Pikirkan juga kemasan tersebut apakah ramah lingkungan, bisa digunakan kembali, atau sekali pakai, sehingga kita bisa lebih bijak.

4. Menggunakan Kembali 

 Bisa juga memakai kembali barang-barang yang masih bisa dipakai, jika sudah tidak diinginkan lagi tapi masih layak bisa dijual ke orang lain atau disumbangkan. Alternatif lain banyak juga cara untuk mendaur ulang dengan berbagai cara kreatif.  

Selain itu memakai barang yang sudah tidak diperlukan lagi dengan fungsi yang lain. Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali.

“Untuk itu, mari selamatkan laut Indonesia dan ekosistemnya dari sampah,”

Karena jika dibiarkan, sampah plastik akan menumpuk di lingkungan yang menyebabkan banyak ketidaknyamanan. Terlebih sampah di laut pun berasal dari daratan.

Hal ini akan membahayakan mahkluk hidup yang tinggal di laut. Sampah plastik berukuran kecil (mikroplastik) yang ada di  laut dapat termakan oleh hewan-hewan laut.

Jika masuk ke perut, sampah plastik ini akan mengganggu pencernaannya. Sampah plastik juga mengandung racun dan hewan-hewan tersebut bisa saja mengalami keracunan.

Hal ini bahkan dapat menyebabkan kematian lho dan mengancam kepunahan beberapa spesies. Sudah banyak kita dengar kasus mengenai binatang laut yang mati akibat sampah di perutnya.

Oleh karena itu, mari kurangilah penggunaan plastik sekali pakai sebisa mungkin. Semoga tips ini bisa diterapkan kamu para  ocean lovers yang ingin memulai gaya hidup minimalis!

Editor : Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan