Nongkrong di Tempat Sampah

Nongkrong

Istilah nongkrong sudah tidak asing lagi bagi kalangan muda zaman sekarang, terutama untuk yang tinggal di daerah perkotaan.

Anak-anak muda yang tinggal di perkotaan biasanya memanfaatkan tempat-tempat yang instagramable, terutama di cafe atau pun memanfaatkan tempat-tempat yang santai seperti pantai, alun-alun kota, kawasan kota tua, taman kota atau taman kampus dan lain sebagainya.

Seringkali, banyak anak muda yang memandang nongkrong adalah kegiatan yang hanya menghabiskan waktu.

Namun, bagi sebagian anak muda yang lain, nongkrong bukan hanya soal bertemu ataupun menceritakan segala keluh kesah, nongkrong sering juga diisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

Menyampah

Namun tidak lengkap rasanya nongkrong jika kita tidak memiliki logistik. Acara tanpa logistik, anarki. Nongkrong harus ada logistik. Dan di sanalah awal mula sampah di mana-mana.

Saya sebagai anak muda cukup sering berkumpul dengan teman-teman untuk lepas penat setelah seharian sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Nongkrong juga hak asasi manusia, kan? Beberapa anak muda yang alay suka nongkrong sambil meninggalkan sampah.

Hal yang sangat disayangkan tentunya ketika kita selesai nongkrong kita tidak peduli dengan lingkungan sekitar.

Sisa makanan dan minuman sering kali kita tinggalkan tanpa sadar untuk membuangnya di tempat sampah.

Seperti yang kita ketahui, sudah berbagai pihak dimana-mana yang mengkampanyekan mengenai dampak sampah terhadap bumi kita.

Bisa kita bayangkan apa yang terjadi seandainya semua anak muda di bumi ini tidak satupun yang peduli dengan lingkungan.

Kita harus menjaga kelestarian alam sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.

Alam memberikan segalanya dan kita harus menjaganya.

Aksi Relawan Greenpeace

Nah, saya coba untuk berbagi pengalaman untuk para pembaca di dunia nyata maupun dunia gaib. Pada tanggal 2 Agustus 2019 yang lalu saya bersama teman-teman komunitas peduli lingkungan Greenpeace di Sumatera Barat  berusaha untuk melakukan sedikit aksi di salah satu tempat yang ada di Kota Padang (monumen gempa).

Bagi yang belum tahu, monumen ini dibangun untuk mengingat korban gempa yang terjadi pada 30 september 2009 yang lalu.

Dengan adanya monumen tersebut, diharapkan mampu mengembalikan ingatan kita terhadap bagaimana kejadian gempa pada saat itu yang merenggut banyak korban jiwa.

Sore itu kami melakukan aksi sekitar pukul 16.00 WIB dan berakhir pukul 18.00 WIB. Selama 2 jam kegiatan berlangsung, sudah banyak sampah yang terkumpul, padahal kegiatan hanya di sekitaran monumen tersebut.

Hal yang sangat disayangkan sebenarnya, karena selama kegiatan saya memperhatikan ada karung-karung yang disediakan untuk tempat sampah.

Namun sampah tidak dibuang di tempatnya, tetapi dibuang pada teman-temannya.

Yang memalukan, ada sampah-sampah  yang disembunyikan di pot-pot bunga, di sela-sela rumput, di bawah tempat duduk, dan masih banyak lagi. Masa sampah dibuang pada pot bunga.

Itu manusia, sih ?!

Sampah yang terkumpul cukup beragam ada puntung rokok lengkap dengan bungkusnya, sedotan plastik, bekas botol minuman air mineral maupun minuman berakohol dan lain sebagainya.

Hal yang berbanding terbalik sebenarnya mengingat monumen tersebut biasa di gunakan para anak muda (khususnya mahasiswa) untuk aksi berupa musikalisasi puisi, pentas seni, pidato kebudayaan hingga aksi-aksi sosial.

Setelah sibuk mulung sambil bercerita, akhirnya kami mengakhiri kegiatan tersebut dengan menghitung sampah yang sudah kami peroleh.

Mengapa dihitung? Kami ingin melakukan riset kecil-kecilan mengenai seberapa banyak sampah yang muncul dalam rentang waktu 3-5 hari.

Dan hasilnya……..

Puntung Rokok

Puntung rokok menjadi salah satu sumber sampah terbanyak! Setelah dihitung secara keseluruhan ditemukan 3.587 sampah puntung rokok!

Belum termasuk pada sampah yang tidak dapat dipungut karena keterbatasan waktu.

Sedotan Plastik

Jumlah sampah terbanyak kedua yaitu sedotan plastik yang biasanya hanya digunakan 1x pakai.

Sangat disayangkan, bukan? Ketika sudah disediakan dan diizinkan tempat untuk berekreasi, namun kebersihannya tidak dijaga apalagi monumen tersebut sangat berarti untuk masyarakat Kota Padang.

Jangan Memalukan!

Namun, kita tidak bisa dan tidak boleh menyalahkan siapapun.

Pasukan orange (petugas kebersihan) memang sudah disediakan, akan tetapi jangan pernah berpikir dengan adanya pasukkan tersebut kita dengan seenaknya membuang sampah sembarangan.

Mengapa? Karena SAMPAH YANG BERASAL DARI DIRI KITA MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB KITA SENDIRI.

Kita juga tidak dapat menyebut, “Lah, pasukan orange kan sudah digaji, kan memang tugasnya untuk membersihkan?”

Walaupun demikian, kita sebagai masyarakat yang baik seharusnya menjaga kebersihkan kota padang tercinta ini. Kalau bukan kamu. Siapa lagi?

Masa sudah kuliah, buang sampah saja mesti diajarin layaknya anak TK? Malu dong!

Semoga dengan tulisan saya yang singkat ini, mampu menyadarkan kita akan pentingnya peduli terhadap lingkungan. Bumi sedang sekarat!

Salam!

Editor: AN.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan