Pesan dari Alam

Sampah merupakan permasalahan klasik yang terus menjadi topik pembicaraan. Seiring dengan laju pertumbuhan populasi manusia masalah sampah akan terus menjadi dampak dari manusia yang paling mudah kita jumpai dimanapun .

Berbicara soal sampah, kita semua tahu bahwa Indonesia merupakan negara kedua terbesar dalam “menyumbang” sampah ke laut. Hal ini dibuktikan dengan laporan Bank Dunia yang berjudul Indonesia Economic Quarterly: Oceans of Opportunity, dimana dalam laporan tersebut menjelaskan bahwa ada sekitar 105 ribu metrik ton sampah yang dihasilkan perhari dan diperkirakan akan terus naik hingga 150 ribu ton di tahun 2050.

Dalam analisis lain yang dilakukan pada 2018 di 15 kota bagian tengah dan barat, sebanyak 44% sampah organik, 21% sampah popok, 16% sampah plastik, dan 19% sampah lainnya berada di lautan Indonesia. Hal ini menjelaskan bahwa kurang tidak pedulinya masyarakat Indonesia terhadap lingkungan.

Berdasarkan data diatas, kita semua tahu bahwa masalah ini merupakan topik yang harus dibahas bersama agar dapat menanganinya dengan tepat. Berbicara cara menangi permasalahan ini, alam ternyata memiliki caranya dalam “menyembuhkan” dirinya.

Hal ini dapat kita lihat dari permasalahan baru yang sedang kita hadapi saat ini, yakni Virus Corona. Virus ini merupakan masalah dunia yang sangat berperan dalam memberitahukan manusia untuk memperhatikan lingkungan dan dirinya sendiri, bagaimana tidak saat ini kita dituntut untuk lebih memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan.

Virus ini juga memaksa kita untuk tidak keluar rumah jika tidak terlalu mendesak dalam beberapa bulan terakhir dan membuat kita untuk mengurangi mobilitas yang menghasilkan polusi. Tidak hanya itu, kita juga secara tidak sadar mengurangi kemasan plastik yang sering kita gunakan sehari-hari

Dalam beberapa bulan terakhir selama pandemi, penurunan produksi sampah di memiliki dampak yang cukup signifikan. Bedasarkan laporan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, produksi sampah selama pandemi mengalami penurunan 10% – 15 % perhari.

Hal ini membuat perubahan signifikan terhadap jumlah sampah di lautan, setidaknya beberapa laporan menyebutkan bahwa pantai-pantai terlihat lebih bersih dan membuat ekosistem laut menjadi lebih baik dari sebelumnya. Banyak hewan-hewan langka kini menunjukkan diri mereka untuk berkembang biak di beberapa pantai.

Walaupun konsep kebiasaan baru atau “new normal” sudah dijalankan dan perlahan memulihkan aktivitas ekonomi dan sosial warga ibu kota, pemerintah tetap menyarankan kita untuk menggunakan wadah makanan/minuman dan alat makan sendiri untuk alasan kebersihan .

Karena kurangnya kepekaan manusia terhadap lingkungan sehingga alam melakukan caranya sendiri dalam “menyembuhkan” dirinya. Alam juga selalu memberikan pesan kepada manusia untuk terus peduli terhadap sekitar serta memperlihatkan betapa mengerikannya dampak sampah terhadap lingkungan.

Editor : Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan