Selamatkan Laut Bengkulu dari Limbah PLTU Teluk Sepang!

Cerita ini berlokasi yang cukup jauh dari ibu kota Indonesia. Bengkulu, yang dimana menjadi salah satu kota favorit-ku dikala itu. Dengan keindahan alamnya yang belum terusik menjadi daya tarik tersendiri bagiku dan juga wisatawan yang lain.

Aku tinggal disalah satu kota di provinsi Sumatera Selatan, tepatnya kota Lubuklinggau. Kota kecil namun sejuta cerita, dikota ku tidak terlalu banyak memiliki tempat rekreasi terlebih lagi pantai yang menjadi tempat favorit-ku.

Sehingga, aku menghabiskan waktu liburan ku dikota Bengkulu yang berjarak tidak terlalu jauh dengan kotaku hanya menghabiskan waktu sekitar 3-4 Jam. Dikarenakan jalan yang ber-kelok-kelok sehingga membuat perjalannya menghabiskan waktu yang cukup lama dengan pesona Pantai Panjang nya yang begitu Indah.

sumber : wisato.id

Pantai Panjang namanya,  pantai yang berada di Provinsi Bengkulu. Pantai ini memiliki garis pantai yang mencapai 7 KM dan lebarnya mengembang sampai 500 meter saat air laut surut sehingga hamparan pasir putihnya menjadi semakin luas

Pantai Panjang sering dimanfaatkan oleh wisatawan dan masyarakat sekitar. Di sana terdapat Sport Center sehingga masyarakat dapat melakukan kegiatan olahraga seperti voly pantai, trekking pantai, dan berselancar. Di pagi dan sore hari biasanya pantai akan dipenuhi oleh masyarakat yang melakukan jogging di pinggir pantai.

Ombak di Pantai Panjang banyak dimanfaatkan oleh para pengunjung untuk berselancar. Pantai Panjang yang ada di Bengkulu ini mempunyai banyak fasilitas diantaranya terdapat restoran, cafe, penginapan, area bermain, pusat perbelanjaan, hingga fasilitas untuk olahraga

Meskipun Pantai Panjang merupakan destinasi wisata utama dikota Bengkulu dan dikelilingi begitu banyak fasilitas yang ramai dikunjungi, dengan pengunjung yang terbilang cukup banyak setiap tahunnya. Namun sangat jarang saya menemukan sampah yang mencemari pantai nan indah tersebut.

Disisi lain juga terdapat salah satu pulau kecil yang bernama pulau tikus, tak kala memanjakan mata. Pulau tersebut memiliki pemandangan yang sangat indah disekitarnya.

sumber: https://www.facebook.com/kanopi.bkl.5?__tn__=-UC*F

Namun beberapa tahun terakhir ini saya memutuskan untuk merantau ke pulau Jawa tepatnya di ibu kota Indonesia, sehingga saya sudah tidak pernah mengunjunginya lagi sejak 3 tahun terakhir. Namun ternyata sangat sedih mendapat kabar bahwa Pantai tersebut sudah sangat tercemari oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab!

Ya, PLTU Batu Bara yang baru saja didirikan di Teluk Sepang pada tahun lalu telah mencemari pantaiku! Yang saya kira awalnya sampah plastik lah yang merupakan sampah terjahat yang dapat merusak ekosistem laut, nyatanya tidak! Limbah industri tak kalah jahat dari sampah lainnya.

sumber : https://www.facebook.com/kanopi.bkl.5?__tn__=-UC*F

Diatas merupakan potret limbah yang dibuang ke laut dari saluran air bahang PLTU batu bara Teluk Sepang, sungguh miris bukan melihatnya. Akibat hal tersebut membuat biota laut, penyu banyak yang mati dalam beberapa bulan terakhir terhitung 27 penyu yang mati bahkan lebih, polusi udara, dan kematian biota-biota laut yang lainnya.

Hal tersebut sudah banyak disuarakan mulai dari penolakan dibangunnya PLTU tersebut hingga sekarang PLTU tersebut belum diresmikan namun telah beroperasi tetap saja belum ada yang memperhatikannya. Sejumlah LSM lingkungan juga turut turun meminta pemerintah menunda operasional PLTU Teluk Sepang.

PLTU dengan kapasitas 2×100 MW ini merupakan bagian dari program pemerintah yakni 35 ribu MW listrik untuk masyarakat. Pemerintah sudah saatnya beralih ke energi bersih dan terbarukan seperti dari tenaga surya, karena Indonesia diberkahi matahari sepanjang tahun.

Laut merupakan tempat yang sangat indah yang diberikan oleh sang pencipta, dengan semua isi didalamnya. Kita manusia tidak perlu memberi makan yang ada didalamnya. Kita hanya perlu menjaga, merawat serta menikmati secukupnya.

LAUT BUKAN TEMPAT BUANG LIMBAH!

Editor: Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan