Dahulukan Tong Sampah atau Jaga Lingkungan?

Helloooo !!!

Buat membantu pegawai K*C aja lo punya effort lebih (ga pa pa sih), tapi buat lingkungan lo sendiri lo gak peduli! Be smart please! “Mereka digaji untuk membereskan ini semua!”

Jakarta, awal Maret 2019 lalu, aku dan temanku mengalami kelaparan yang luar biasa.

Haha, iya kelaparan!

Perjalanan jauh yang kami tempuh dari Bogor ke Bekasi membuat kami seperti zombie yang kelaparan.

Karena menggunakan jasa commuter line, kami memutuskan untuk transit di Stasiun Manggarai dan meluangkan waktu kami untuk makan di K*C.

Aku memesan paket super besar dengan request spesial minumannya tanpa sedotan.

Halah sok idealis lo gak pake sedotan, lo sendiri yang gak pake sedotan tapi ribuan orang di luar sana masih banyak yang pake ya percuma juga.” Ucap temanku sambil menyindir.

Ih iya ya? Duh gimana dong? Yaudah lah ya, seenggaknya gua gak ngerasa berdosa banget lah mbak melakukan hal kecil buat save our generation hehe,” jawabku dengan santai.

Tak lama kemudian pesanan kami pun datang. Kami menikmati hidangan yang kami pesan sambil berbincang tentang hal-hal ringan.

Setelah kami menghabiskan hidangan makan malam kami di K*C, temanku membereskan bekas makanan yang berserakan di meja kami.

“Loh mbak? Kenapa di beresin? Diemin aja selow!” – ucapku sambil bermain handphone.

“Ih gimana sih? Kan sekarang K*C memberlakukan sistem yang beresin bekas makanannya sendiri itu loh? Iyakan?” – Jawab temanku dengan wajah tampak penuh tanggung jawab lebih.

Hahaha, mau berkata kasar tapi yaaa gimana ya? Takut dosa, kasar sama orang tua 🤣.

Kenapa sih? Kenapa orang-orang lebih mudah menyerap pesan kampanye yang dilakukan oleh restoran ternama yang sebenarnya dampak yang dirasakan hanya menguntungkan satu pihak saja?

Iya satu pihak! Kamu tau gak sih? Dengan kamu membantu membereskan bekas makanan kamu di restoran berarti kamu membantu pekerjaan pegawai restoran itu kan?

Kamu digaji? ENGGAK! Kamu untung? ENGGAK JUGA!

Tapi pengelola dan pegawai di situ merasa pekerjaannya diringankan dengan gaji yang tidak berkurang sama sekali. (ga pa pa sih, tapi…)

Andai hal seperti itu juga bisa kamu lakukan untuk lingkunganmu 😭.

Membuat aksi kecil dengan tidak memakai sedotan plastik, membawa kantung belanja sendiri dan tidak membeli minuman kemasan sekali pakai. Menurutku hal seperti ini bisa lebih adil.

Kenapa adil? Disini gak ada satu pihak yang dirugikan. Semua diuntungkan!

Untuk kamu yang gak beli minuman kemasan sekali pakai,  kamu bisa lebih irit biaya dengan membawa tumbler dan kamu juga gak menambah sampah plastik.

Kamu yang pakai sedotan reusable serta membawa kantung belanja sendiri itu akan meningkatkan eksistensi kamu di ruang publik dan kamu membantu mencegah terjadinya penyu-penyu memakan plastik yang berujung penderitaan dan kematian mereka.

Anyway Busway…

Menurut kalian bagaimana sikap kami berdua: aku dan temanku ini?

Kasih saran dong!

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan

  1. Menurutku sih dua-duanya perlu dilakukan… dan yang lebih utama adalah memastikan sistem dan perilaku pengurangan sampahnya berjalan, tidak hanya oleh konsumen tetapi juga produsen atau si K*C-nya. Baik kampanye no straw dan beberes, tetapi itu tidak cukup untuk pastikan polusi plastik dapat dikendalikan.