Krisis Iklim Melanda Bumi Kita

Awal tahun 2020 kita dikejutkan dengan banjir yang melanda Jabodetabek. Malam pergantian tahun yang biasanya semarak dengan kembang api. Namun pada malam itu hanya redup dan hujan lebat. Dini hari genangan air mulai memasuki pemukiman warga.

Banyak orang percaya cuaca ekstrem yang tidak terduga terjadi belakangan ini sebagai dampak dari krisis iklim. Sebagian orang menganggap itu merupakan hal wajar dan belum pernah mendengar istilah krisis iklim.

Padahal krisis iklim atau perubahan iklim sedang melanda bumi kita tercinta. Perlu diketahui krisis iklim adalah perubahan suhu, cuaca, iklim, dan kondisi bumi dalam kurun waktu yang sangat cepat.

Krisis ilkim kian menghantui warga dunia. Selain mempercepat siklus cuaca ekstrem, krisis iklim memicu beragam bencana seperti banjir di Jakarta tadi dan kebakaran hutan di Australia.

Perubahan iklim berdampak sangat luas tehadap kehidupan manusia. Kenaikan suhu bumi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia.

Salah satu faktor penyebab kenaikan suhu bumi adalah kecanduan kita terhadap bahan bakar fosil yang telah mengantarkan bumi ini pada fase krisis iklim.

Kebakaran hutan yang hebat di Australia pada 2019 lalu telah membuat binatang liar dan endemik mati terbakar oleh si jago merah. Tahun 2019 dinyatakan sebagai tahun terpanas ke-2 dalam sejarah pencatatan suhu bumi.

Posisi pertama adalah tahun 2016 dengan perbedaan hanya 0,04oC menurut laporan salah satu organisasi pemantauan iklim di Uni Eropa. Kondisi kutub bumi juga semakin memprihatinkan.

Mencairnya es di kutub menunjukkan curah hujan dan angin kencang akan lebih dahsyat lagi dan cuaca panas serta badai kian ekstrem pada masa yang akan datang. Hal ini dipicu mencairnya es di Greenland dan Antartika yang berpengaruh terhadap kestabilan arus laut dan pola aliran udara di seluruh dunia. (greeners.co)

Kasus-kasus tersebut adalah potret nyata perubahan iklim. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change menyebut manusia dan makhluk hidup lainnya akan terdampak krisis dan bencana besar jika suhu bumi meningkat lebih dari 1,50C.

Dampaknya suhu panas ekstrem, dataran tenggelam akibat naiknya permukaan air laut, dan hasil panen pertanian menurun drastis. Tragisnya, dunia hanya memiliki waktu kurang dari 10 tahun untuk mencegah suhu bumi naik diatas rata rata.

Bumi sejatinya merupakan tempat tinggal yang nyaman bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Namun kita juga harus menjaga dan merawatnya. Dengan menjaga dan merawatnya dengan baik diharapkan tidak ada lagi bahaya yang menghantui.

Salah satu cara yang paling sederhana yang dapat kita lakukan adalah mengurangi konsumsi terhadap bahan bakar fosil yang telah mengubah kondisi bumi ini berubah drastis juga menjauhkan sifat konsumerisme dalam diri.

Alam telah menyediakan sumber energi tebarukan seperti air, udara, dan cahaya matahari untuk menggerakkan perekonomian dunia. Saatnya kita beralih ke energi terbarukan untuk bumi.

Apakah kamu merasakan dahsyatnya krisis iklim? 

Saatnya bertindak, bersuara, dan beraksi lebih untuk masa depan kita. Kalau bukan kita, siapa lagi? kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Bumi yang rentan butuh kita untuk mulai melakukan perubahan!

Editor : Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan