Pencemaran Limbah Industri di Pantai Anyer

Daya pikat pantai selalu mengundang siapapun untuk datang menjejakkan kakinya disana. Bibir pantai yang menggoda dengan riak airnya seolah selalu merayu. “Hei kemarilah.. kan kubelai jemari kakimu” ujarnya, sambil memamerkan pasirnya yang menggeliat disapu gelombang setiap detik.

Kawasan Pantai Anyer adalah surganya pantai-pantai eksotis yang ada di Provinsi Banten. Daerah yang masih termasuk dalam Kabupaten Serang ini memiliki letak geografis yang dihimpit oleh dua pulau besar yakni Pulau Jawa dan Pulau Sumatera membuat ombak pantai terasa ‘pas’ untuk dijadikan sebagai objek wisata.

Berbicara tentang pantai tentu tak lepas dari bau khas pantai yang juga menjadi primadona bagi pecintanya. Sudah menjadi kebiasaan yang lumrah bagi manusia khususnya yang tinggal di perkotaan untuk menghirup udara segar, dan Anyer menjadi salah satu tempat yang menyuguhkan kebutuhan itu.

Tapi selain memiliki deretan pantai yang panjang, Anyer juga memiliki banyak perusahaan yang bergerak di industri kimia, PT Krakatau Steel,  perusahaan tersebut diantaranya PT. Asahimas Chemical, PT. Nippon Shokubai, PT Chandra Asri Petrochemical, PT. Dover Chemical dan masih banyak lagi perusahaan yang bergerak dibidang yang serupa.

Rata-rata usia industri mereka sudah menginjak hampir 20 tahun bahkan lebih, dan selama itu pula operasional pabrik selalu hilir mudik ke perairan dan udara di kawasan pantai Anyer.  Setiap sebab pasti lahir akibat, begitu halnya dengan dilematika pembuangan limbah produksi perusahaan kimia yang mengakibatkan terpaparnya lingkungan sekitar.

Baik dari cerobong asap di udara, sampai ke jejeran paralon-paralon yang mengarah ke laut untuk membuang cairan limbah. Acap kali, bau-bau bahan kimia tercium, entah dari air lautnya atau dari udara yang terbawa oleh angin pantai. Angin yang seharusnya menyegarkan malah justru menggelitk bulu hidung dengan bau busuknya.

Ah malangnya nasib paru-paru, niat hati ingin lepas dari polusi, nyatanya tetap saja terkontaminasi limbah!

Beruntungnya, Anyer menyediakan berbagai pilihan pantai yang siap untuk dinikmati. Tapi kesannya terlihat lucu, jika mencari rekomendasi dari teman atau dari situs media sosial dengan keyword  “di Anyer, pantai apa yang jauh dari pabrik” . Berbagai cara harus dipikirkan matang-matang sebelum berwisata ke Anyer, supaya terhindar dari bau tak sedapnya pabrik kimia.

Bertahun-tahun masyarakat sekitar tentu tidak berdiam diri melihat situasi ini. Namun semakin masyarakat protes, perusahaan pun semakin gencar menyuarakan bahwa mereka telah mendapat izin yang terinci dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) perusahaan.

Entah mana yang harus diutamakan, pabrik-pabrik besar yang menampung ribuan karyawan atau pantai-pantai cantik yang menyerap ribuan wisatawan, keanekaragaman ekosistem laut dan kehidupan seutuhnya bagi masyarakat pesisir dan nelayan.

Satu sisi angka pengangguran di Provinsi Banten cukup tinggi, yakni 8,01 persen hasil rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Banten pada periode Agustus 2019, namun disisi lain Dinas Pariwisata Kabupaten Serang pun gencar mempromosikan destinasi wisata pantai untuk meningkatkan citra baik Kawasan Anyer.

Salah satu penyebab pencemaran air yang paling sering ditemukan adalah limbah pabrik yang dibuang ke sungai atau laut. Padahal tercemarnya lingkungan yang merasakan dampaknya tetap juga kita sebagai manusia dan bahkan makhluk hidup lainnya.

Editor : Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan