Romantisme Laut dan Kehidupan

Indonesia dikelilingi oleh lautan dan pulau-pulau yang eksotis. Satu hal yang tidak kita lepas adalah bagaimana pola hidup masyarakat yang ada di pulau-pulau tersebut. Seperti apa mereka hidup dan memaknai apa yang sudah menjadi romantisme kehidupan serta tradisi masyarakat nelayan.

Hari itu ranselku tidak penuh dengan baju, hanya beberapa lembar saja dan cukup untuk beberapa hari menuju Indonesia bagian timur. Angin di Pelabuhan Sape membawa wangi garam serasa menempel di kulit.

Penyeberangan memakan waktu 4 jam dan yang harus kau tau bahwa di laut tidak ada jalan tol yang harus bayar berkali-kali, kita cukup membayar tiket kapal Ferry sudah cukup. Hukum laut harus ditaati sebab sekali saja kita tidak menaatinya kapalmu akan karam.

“Jangan berpikir untuk bernegosiasi atau menyogok cuaca dan ombak di lautan. Sebab ombak dan angin di lautan itu tidak seperti rindu yang bisa di pendam”

Setelah 4 jam berlayar kapalpun bersandar di dermaga. Labuan Bajo mendengar nama itu kita pasti langsung ingat Pulau Komodo, karena untuk ke Pulau Komodo dan Pulau Rinca kita transit mencari penginapan di Labuan Bajo.

Hari sudah sore penginapan sudah di pesan aku menuju ke atas bukit untuk menikmati matahari terbenam di sebuah kedai kopi. Di pinggir pantai berjejer aneka hidangan kuliner yang bisa kita pilih sendiri yang pastinya ikan nya segar-segar. Kopi flores yang saya pesan sembari menikmati sunset yang sangat sempurna.

“Ia akan pulang di hamparan laut yang tenang, Matahari itu telah terbenam dengan manis di iringi tarian ombak yang merunduk”.

Untuk ke pulau-pulau kita harus menggunakan perahu dengan berbahan bakar solar ada juga yang bensin. Bila kita beruntung kita bisa menumpang perahu nelayan yang berjualan di pasar. Kebanyakan para nelayan dan petani menjual hasil tangkapan nya di pasar di pinggir pantai.

Para nelayan di sana tidak sembarangan menangkap ikan dan tidak dengan jumlah banyak sekiranya cukup untuk makan keluarga di rumah dan cukup untuk pendapatan hari ini. Sebab bagi nelayan tiap hari adalah melaut karena laut adalah sumber kehidupan bagi mereka.

Warga yang tinggal di pulau-pulau dekat taman nasional Pulau Komodo sangat menjaga ekosistem laut mereka karena di sana kita masih bisa melihat ikan-ikan kecil dengan warna nya yang indah, pasir yang bersih dari atas kapal yang kita naiki, pertanda laut masih sehat.

Inilah salah satu pembahasan yang menarik dalam istilah indigenous psychology yang di mana paham budaya itu dapat mempengaruhi aspek psikologis masyarakatnya. Kita dapat memahami masyarakat dalam suatu daerah atau pulau itu dari pemahaman psikologisnya yang nantinya akan dapat mengungkap dinamika yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri.

Saya percaya di tiap pulau-pulau indah yang ada di nusantara ini tiap tempatnya menyimpan romantisme yang berbeda. Romantisme itu akan tetap terjaga bila kita bisa bijak dalam memperlakukannya terutama bagi para wisatawan yang berkunjung.

Bijaklah dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar dengan menjaga kebersihan laut dan pesisir, tidak mencoret fasilitas umum, bijak dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Tidak hanya itu bijak sebagai turis juga di perlukan. 

Menghargai dan menghormati masyarakat lokal, menghemat penggunaan listrik dan air bersih, membeli cideramata dari hasil kerajinan tangan masyarakat setempat dan yang terakhir hormatilah alam sebagaimana ia telah memberikan kehidupan dan ketenangan dalam jiwa-mu. 

Editor : Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan