Gelombang Perjuangan di Tengah Perubahan Iklim

Akhir-akhir ini, kita dibuat resah dengan kondisi suhu panas ekstrem yang terdampak di sebagian wilayah Indonesia hingga mencapai 390C.

Bahkan hal ini juga dirasakan oleh masyarakat dunia, ini merupakan salah satu bukti nyata akan ancaman pemanasan global yang berdampak juga pada perubahan iklim.

Pemanasan global terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Hal ini dihasilkan oleh semua kegiatan yang menggunakan bahan bakar fosil, limbah organik dan bahan pendingin pada barang elektronik. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan iklim yang terjadi di Indonesia sudah terlihat diantaranya beberapa pulau kecil di bagian timur luasnya makin mengecil dikarenakan oleh naiknya permukaan air laut akibat dari mencarinya es di kutub.

Dapat dilihat masa peralihan musim yang tidak menentu mengakibatkan terjadinya banjir, tanah longsor dan kekeringan. Banyaknya kerugian yang dirasakan akibat perubahan iklim dan penyebabnya juga karena ulah manusia sendiri.

Kebakaran hutan Kalimantan yang terjadi baru-baru ini semakin memperburuk keadaan. Hutan tropis dengan keanekaragaman hayati dengan berbagai spesies tumbuhan dan hewan unik, kini dalam kondisi yang sangat memperihatinkan dengan masih banyaknya titik-titik api.

Hutan ini menjadi salah satu paru-paru dunia yang menyerap karbon dioksida yang sangat besar. Kebakaran hutan yang terjadi malah menghasilkan karbon dioksida yang akan memicu terjadinya pemanasan global makin parah.

Hal lain yang juga dikhawatirkan, kawasan hutan Kalimantan yang sangat luas memiliki kemampuan meghasilkan volume air yang dihasilkan melalui penguapan sangatlah besar.

Apabila kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan mencapai setengah wilayah hutan, maka menjadi suatu ancaman yang sangat besar akibat berkurangnya penguapan air yang dihasilkan.

Gelombang perjuangan pun muncul untuk menyelamatkan bumi, tepatnya pada 20 September 2019 jutaan orang di seluruh dunia turun ke jalan.

Dalam aksi serentak dilaksanakan ini menuntut negara-negara beralih ke energi terbarukan, mematuhi Perjanjian Paris 2015 dan menekan produksi emisi gas rumah kaca yang sangat berdampak dalam perubahan iklim terbesar dalam sejarah.

Dalam kondisi ini negara kita harus tegas dan sangat memperhatikan isu lingkungan yang terjadi, apalagi negara kita merupakan negara berkembang sebagaimana kerasnya usaha negara kita dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dan pemberantasan kemiskinan.

Maka dari itu negara harus mengontrol laju pertumbuhan pembangunan dengan mempertimbangkan aspek ekologi.

Kita juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki kondisi lingkungan yang terjadi saat ini. Dengan memulai gaya hidup yang ramah lingkungan dengan menekan konsentrasi karbon dioksida (gas rumah kaca) dan membatasi penggunaan energi.

Kita memiliki tanggung jawab moral dalam melestarikan keadaan alam yang lestari untuk generasi yang akan datang.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan