Di Mana Letak Kepedulianmu?

Awal tahun 2019 adalah momen bersejarah dan mengesankan dalam hidup saya.

Selain bersiap mengawali program mahasiswa magang di Jakarta, saya juga berkesempatan untuk mengamati keseharian ibu kota lebih dekat.

Pengalaman berkesan bermula saat weekend awal Januari 2019. Mengisi waktu libur, saya bersama kerabat dan teman-teman memutuskan untuk mengunjungi Taman Margasatwa Ragunan.

Taman Margasatwa Ragunan menjadi salah satu alternatif destinasi liburan bagi warga Jakarta yang jenuh dengan padatnya aktivitas kota metropolitan ini.

Taman satwa ini terbilang sejuk. Masih banyak pohon yang memberi keteduhan bagi siapa saja yang bersantai di bawahnya. Ditambah lagi, terdapat berbagai macam satwa dan ragam informasi yang menjadi wahana edukasi bagi pengunjung.WhatsApp Image 2019-02-10 at 10.20.52.jpeg

Jalanan menuju Taman Margasatwa Ragunan terpantau ramai lancar di akhir pekan. Tidak terlihat kemacetan ibu kota yang biasa terjadi di hari-hari kerja.

Namun sepadat dan selengang apa pun jalanan Jakarta, tetap saja polusi udara masih menyengat dan menjadi ancaman bagi kesehatan, terutama untuk sistem pernafasan kita.

Saat itu, perjalanan menuju ke Taman Margasatwa Ragunan saya tempuh sekitar 30 menit dari Arah Kasablanka. Saya memutuskan untuk menggunakan salah satu jasa ojek online untuk mengurangi kemacetan.

Sebenarnya ada alternatif lain untuk dapat menempuh perjalanan ke sana menggunakan Busway (Transjakarta). Namun ketidaktahuan saya yang baru 2 minggu berada di Jakarta membuat saya ragu untuk menggunakan jasa transportasi bus publik tersebut.

Cuaca hari itu cukup membuat saya berkeringat. Panasnya Jakarta menyengat. Kulit saya terbakar dan memerah.

Sesampainya di pintu masuk Taman Margasatwa Ragunan, terlihat penjual berjajar di sepanjang jalan.

Kebanyakan penjual memanfaatkan plastik untuk menjajakan dagangan mereka.

Jarak dari gerbang masuk Taman Margasatwa Ragunan menuju lokasi loket pembelian tiket ternyata cukup jauh.

Setelah melewati loket, kami pun mulai mengeksplor satwa-satwa yang ada di sana.

Dimulai dari mengunjungi kandang burung merak, kemudian memutuskan untuk mencari Pusat Primata Schmutzer yang ada di Taman Margasatwa Ragunan karena menurut kerabat di lokasi tersebut terdapat banyak primata yang dapat dilihat seperti Gorila.

Kami mencari lokasi tersebut melalui palang yang menunjukkan arah yang ingin dituju. Sebelum menuju Pusat Primata Schmutzer, kami tertarik untuk melihat Orang Utan.

Berjalan sekitar 150 meter dari palang penunjuk arah, kami tiba di kandang Orang Utan.

Betapa terkejutnya, pandangan miris kami tertuju kepada satwa langka tersebut. Terlihat Orang Utan sedang mencoba memakan plastik.

Seperti yang kita tahu, plastik sangat berbahaya dan mengandung banyak zat kimia di dalamnya. Jika sampai termakan pasti dapat membahayakan satwa itu.

_DSC3066.JPG

Di dekat kandang tersebut, juga sudah terdapat tulisan yang memberikan peringatan bagi pengunjung untuk tidak memberikan makan dan melemparkan apapun ke dalam kandangnya.

Larangan tersebut pastinya dibuat tidak hanya untuk menjaga kebersihan saja, namun juga menjaga kesehatan dan keselamatan satwa yang ada di sana pula.

Satwa-satwa di kebun binatang sangat rentan terkontaminasi oleh kuman dari bekas makanan manusia dan juga sebaliknya.

WhatsApp Image 2019-02-11 at 13.18.33 (1).jpeg

Sedih bercampur malu rasanya! Melihat papan peringatan yang dengan jelas melarang manusia untuk memberi makan satwa, mengganggu satwa, membunyikan suara, dan melempar benda ke dalam kandang dalam bentuk apapun, tetapi pengunjung seolah tidak memedulikan peringatan tersebut.

Tidak hanya pemandangan Orang Utan memakan plastik saja yang menjadi sorotan. Di kolam pembatas antara kandang dan pagar pembatas pengunjung, juga terdapat sampah minuman gelas yang mengapung.

Di kandang satwa lain, seperti Beruang Madu pun juga miris. Beruang Madu tersebut terlihat kepanasan dan kehausan hingga mulutnya terus menganga dan lidahnya menjulur. Di kandangnya pun terlihat gersang, tidak ada stok air sama sekali.

Pemandangan yang membuat saya merasa geram juga terjadi di Pusat Primata Schmutzer. Sebelum masuk ke area tersebut, pengunjung disarankan untuk tidak membawa makanan, minuman, dan rokok kedalam area tersebut. Sebenarnya terdapat pos pemberhentian untuk menitipkan barang-barang bawaan.

Namun setelah masuk ke dalam pusat penangkaran satwa tersebut masih terlihat pengunjung membawa makanan dan minuman.

Langkah kecil dengan tidak memberi makan satwa sembarangan merupakan bentuk kepedulian kita untuk menjaga kelestariannya.

Berharap juga pengelolaan Taman Margasatwa Ragunan semakin lebih baik agar tidak ada lagi satwa yang terlantar dan menderita.

Editor: AN.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan