Antusiasme Premiere “Blue The Film”

Di acara Ubud Writers and Readers Festival 2018 yang diselenggarakan pada 24 sampai dengan 28 Oktober lalu, Greenpeace Indonesia mengajak kita buat nonton film lohh, gratisss lagi.

Siapa sih yang ngga suka gratisan?

Apalagi film ini baru pertama kali ditayangkan di Indonesia, alias premiere. Tayang di tanggal 27 dan bertempat Betelnut Cafe, Ubud, pemutaran film ini sukses bikin orang ngantri! Judul filmnya adalah “Blue”.

Eitsss jangan salfok dulu gengs, Blue yang dimaksud ini lautan ya. Jangan mikir yang aneh-aneh.

Film hasil garapan dari Northern Pictures ini merupakan dokumenter yang menceritakan bagaimana lautan yang selama ini kita kira baik-baik saja tapi sebenarnya sedang menderita dan dalam krisis.

Film ini menyajikan fakta yang membuat kita kaget dan merasa bersalah.

Bagaimana tidak, Great Barrier Reef sudah memutih dan rusak akibat perubahan iklim.

Perburuan hiu secara illegal di Nusa Tenggara Barat. Penangkapan ikan berlebih di Filipina.

Binatang laut yang sudah terancam oleh polusi sampah plastik. Juga Ghost Net yang terbuang gitu saja di laut dan pesisir.

Diceritakan dari berbagai perspektif dan lokasi yang berbeda, film ini bakal bikin kamu merinding, dan pastinya ngga akan bosen.

Bahkan, film ini juga memenangkan Best Cinematography in a Documentary di AACTA juga menjadi nominator.

Jadi, gimana sih keseruan acara nobar ini? Simak terus ya!!!

Jadi, di acara Ubud Writer and Readers festival ini ngga cuma Greenpeace aja gengs yang ngadain nobar.

Nobar ini dibagi di dua tempat, yaitu Taman Baca, dan di Betelnut cafe. Dalam satu hari UWRF ini menayangkan tiga film yang berbeda. Dua film pertama ditayangkan di Betelnut Cafe, dan satu film lainnya ditayangkan di Taman Baca.

Pada awalnya kami sempat pesimis karena “Blue” mendapatkan jadwal tayang pertama, jam 12.00. Yang mana jam tersebut bukan merupakan prime time.

Jadilah kami membuat strategi untuk menanggulanginya. Tapi ternyata, berdasarkan tuturan pegawai dari Betelnut sendiri, “Blue” ini menjadi film yang paling membuat penonton antusias dari hari-hari sebelumnya.

Benar saja, pengunjung mulai berdatangan, dan membentuk antrian yang panjang. Betelnut Cafe dipenuhi penonton baik di lantai dasar maupun di lantai dua.

rsz_dsc09553.jpg

Acara dibuka dengan talkshow dan diskusi yang dibawakan oleh Suzy Hutomo yang merupakan Chairwoman dari The Body Shop Indonesia, bersama dengan Yeb Saño selaku Executive Director dari Greenpeace Southeast Asia, Topan dari Walhi, dan Saras Dewi yang merupakan seorang musisi sekaligus dosen Filsafat di Universitas Indonesia.

Diskusi tersebut membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan lautan, pesisir, dan ekosistem, khususnya yang sedang terjadi di Bali.

Penonton juga sangat antusias dengan acara diskusi ini. Film pun diputar setelah diskusi tersebut selesai.

Jadi, gimana nih keseluruhan acaranya? We called it a success!!

Yang udah nonton teasernya, pasti ngga sabaran banget deh pengen nonton. Buat yang ketinggalan acara nobar di Ubud kemarin, atau ngga bisa dateng karena terlalu jauh, boleh banget coba kirim proposal nobar kerjasama kalian ke Greenpeace.

Film ini juga tersedia di iTunes, Google Play, dan Youtube, tapi sayang banget baru tersedia di Australia, dan New Zealand.

Jadi kalian harus bersabar ya. Atau kalau kalian terlalu ngga sabaran, kalian bisa beli DVDnya di sini.

Ingat.. Laut kita adalah warisan dan masa depan bangsa!

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan