Simeuleu Hutan Bakau Hutan Uang

Belajar dari Simeuleu

Kabupaten Simeulue dan gugusan kepulauan sekitarnya merupakan salah satu wilayah terdepan di Provinsi Aceh bagian Barat yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.

Pulau Simeuleu memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 400 km.

Di penghujung tahun 2004 silam, tepatnya di tanggal 26 Desember, saat smong (tsunami) menghantam lebih dari 2/3 kawasan pesisir Aceh, banyak yang menyangka Simeulue terdampak lebih parah dari daratan Aceh.

Bahkan ada yang mengatakan Simeulue sudah tenggelam.

Anggapan tersebut lantaran posisi Simeuleu yang sangat dekat dengan sumber gempa besar pemicu gelombang dahsyat smong.

Namun hal yang terjadi malah sebaliknya. Saat ombak menerpa pesisir Simeulue, hutan bakau di sepanjang bibir pantai Simeulue meredam terpaan ombak besar itu.

Selain terawatnya kesadaran dan kearifan lokal terhadap smong, hutan mangrove juga menjadi salah satu penyelamat Kabupaten Simeulue dari bencana tsunami tersebut.

Manfaat Hutan Mangrove

Selain berfungsi sebagai penahan ombak ternyata hutan bakau juga berfungsi sebagai penghasilkan berbagai jenis barang dan jasa lingkungan yang bernilai ekonomis.

Foto oleh かねのり 三浦 dari Pixabay.

Berdasarkan data dari International Tropical Timber Organization (ITTO) tahun 2010 lalu, ekosistem mangrove dapat menghasilkan sebanyak 2.000 s.d. 9.000 USD per hektar per tahunnya.

Sebagai contoh pemanfaatan ekosistem mangrove ini di Karangsong, Indramayu. Kelompok masyarakat setempat memanfaatkan kawasan hutan bakau sebagai lokasi wisata ekologi dan produk hasil hutan bakau untuk dimanfaatkan untuk pembuatan kosmetik, sabun, sirup, permen, obat-obatan, bahan baku tekstil dan berbagai olahan makanan lainnya.

Selain itu banyak juga fauna akuatik di kawasan hutan bakau yang bernilai ekonomi tinggi, seperti: ikan, kepiting, udang, kerang dan lain sebagainya.

Foto oleh MonikaP dari Pixabay.

Kelestarian Mangrove Terancam

Sayangnya, dari total keseluruhan kawasan mangrove yang ada di Indonesia hanya sebesar 31% saja yang berada dalam kondisi baik.

Kawasan mangrove di Indonesia sudah banyak dialihfungsikan sebagai jalan raya, perkebunan, pertambakan, perumahan dan bandara atau bahkan karena adanya eksploitasi berlebihan, dampak bencana alam dan pencemaran air.

Ekonomi dan Ekologi Pelestarian Mangrove

Padahal untuk di Simeulue sendiri, jika pemanfaatan hutan bakau dilakukan dengan serius dapat menekan sedikit angka kemiskinan di daerah tersebut.

Misal, digalakkannya penanaman bakau yang memungkinkan munculnya kelompok-kelompok petani bibit bakau. Juga pembekalan sumber daya masyarakat dalam mengolah bakau yang bisa dijadikan oleh-oleh bagi tamu mancanegara yang berkunjung ke pulau tersebut dan usaha kehutanan non-kayu lainnya.

Foto dari Bishnu Sarangi dari Pixabay.

Selain menambah nilai ekonomi masyarakat, secara tidak langsung penggalakan penanaman hutan bakau menjadi cara kita menyelamatkan pesisir pantai dari abrasi.

Hutan bakau mempunyai potensi yang sangat baik dalam penyerapan emisi karbon dioksida dan banyak manfaat bagi kehidupan manusia.

Selamatkan ekosistem mangrove di Indonesia!

Editor: AN.

Catatan: Foto Utama oleh Pat Josse dari Pixabay.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan