Kembalikan Indahku, Kan Kuberikan Manfaatku

Lautan merupakan komponen yang menjadi dominasi utama di bumi, begitupun di Indonesia. Lautan kita memiliki luasan yang lebih besar jika dibandingkan dengan daratan. Inilah yang menjadi dasar Indonesi dijuluki sebagai Negara Maritim.

Bayangkan saja, 62% luas wilayah Indonesia itu merupakan lautan, tentunya kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alam Indonesia sangat kaya dan beragam. Keberadaan sumberdaya alam yang berlimpah dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menjadi modal bagi pembangunan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Tapi, apakah kita sudah berlaku baik pada alam? Membalas manfaat alam dengan sesuatu yang membangun? Atau bahkan kita malah merusak alam? Mencemari alam dengan sampah-sampah kita? Bukankah kita sesama manusia diharuskan untuk saling berhubungan mutualisme, yaitu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.

Begitupun dengan alam, apa yang telah kita manfaatkan dari alam tentunya sudah tidak terbilang. Namun, apakah kita sudah memperlakukan alam dengan baik? Mari kita tengok keadaan lautan kita. Sumber kekayaan yang beralih fungsi menjadi penampung hasil akhir pembuangan.

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) mencatat, setiap tahun sedikitnya sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di lautan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.000 plastik mengapung di setiap kilometer persegi setiap tahunnya.

Fakta tersebut menjadikan Indonesia menjadi negara nomor dua di dunia dengan produksi sampah plastik terbanyak di dunia. Semakin banyak sampah plastik di lautan, maka semakin banyak ancaman bagi kelestarian ekosistem di laut.

Kegiatan Penyusuran Pantai

Dokumentasi Pribadi (doc. Bapak Kennedi Sembiring, S.Kel., M.Sc)

Pada tanggal 12 Maret 2020, saya dan teman-teman melakukan penyusuran pantai untuk mengidentifikasi presentase dan jenis sampah yang terdapat di wilayah Pantai Bulaksetra, Pangandaran, Jawa Barat. Kami membawa beberapa kantong sampah, dan juga alat tulis sebagai penunjang.

Penyusuran ini kami lakukan sepanjang 20 meter, dan kami lakukan identifikasi per 1 meter persegi. Ternyata banyak sekali sampah yang kami dapatkan, rata-rata sampah per area sebanyak 18 sampah/m2. Sampah plastik mendominasi dari total 373 sampah yang kami temukan.

Nah, ini hanya dilakukan dalam area 20 meter, namun kita telah menemukan banyak sampah. Bagaimana apabila kita melakukan penyusuran lebih jauh? Bagaimana juga dengan kondisi sampah-sampah yang mengambang di lautan? Tentunya, kita juga tidak tahu bagaimana nasib sampah yang tenggelam ke dasar lautan, yang menyangkut pada biota-biota laut. Wah, ini gawat!

Grafik Presentase Sampah

Dokumentasi Pribadi (Diagram presentase hasil penyusuran sampah)

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, mengatakan, “Delapan puluh persen sampah laut itu datangnya dari daratan jadi kita selalu melihat land base activities, bahwa sampah laut itu, pencemaran laut kita harus kontrol dari aktivitas di daratan” (31/12/2018).

Oleh karena itu, perlu diterapkan pengelolaan sampah plastik yang berada di daratan (menutup keran), terutama yang dihasilkan dari limbah rumah tangga dan kawasan industri, hal ini diharapkan dapat meminimalisir sampah yang akan mengalir ke perairan.

Dalam upaya menutup keran, hal yang pertama dilakukan adalah melakukan pemilahan sampah sesuai dengan jenisnya, yaitu sampah organik (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering), ini akan memudahkan dalam pengelolaan sampah.

Lakukan pengelolaan, sampah organik dapat dibuat menjadi pupuk kompos, sampah anorganik dapat dilakukan proses daur ulang, dan sampah berbahaya lebih baik jika diberikan kepada petugas pusat daur ulang. Yang terakhir, budayakan gaya hidup Reduce, Reuse and Recycle.

Hasil Identifikasi Sampah

Dokumentasi Pribadi (Hasil identifikasi sampah pada kegiatan penyusuran pantai)

Biasakan untuk mengurangi pemakaian plastik atau bahan-bahan lain yang sulit terurai. Kemudian, jangan lupa memanfaatkan barang bekas agar bisa digunakan kembali. Dan jangan lupa untuk mendaur ulang sampah-sampah yang dapat didaur ulang kembali.

Namun, apa yang harus kita lakukan jika sampah-sampah ini sudah nyemplung ke lautan? Sampah-sampah ini bisa menjadi pembunuh bagi biota laut. Konferensi Laut PBB di New York 2017 menyebut limbah plastik di lautan membunuh 1 juta burung laut, 100 ribu mamalia laut, kura-kura laut, dan ikan-ikan yang tak terhitung jumlahnya setiap tahun.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Biota laut mengira sampah plastik yang mengambang di lautan itu adalah makanan nya. Dan akhirnya sampah plasti itu pun tertelan. Apakah kalian pernah berpikir di tubuh kita terdapat mikroplastik? Apa itu mikroplastik?

Limbah plastik yang terkumpul di laut secara alami dapat terurai menjadi beberapa bagian yang lebih kecil karena ada faktor dari aktivitas sinar UV serta adanya abrasi yang dihasilkan dari suatu aksi gelombang, sehingga dengan adanya faktor tersebut sampah pastik yang berukuran besar akan terdegradasi dan menjadi ukuran kecil, inilah yang disebut dengan mikroplastik.

Ko bisa sih? Mikroplastik yang termakan oleh ikan akan menetap di tubuhnya. Lalu, kita mengkonkumsi ikan tersebut. Tentunya, akan ada racun yang mengganggu tubuh kita. “Potongan plastik juga melarutkan bahan kimia berbahaya, seperti Bisphenol A (BPA) yang mengganggu hormon hingga pestisida, yang dapat mengganggu fungsi kekebalan tubuh. Hal ini juga menghambat pertumbuhan tubuh dan reproduksi”, papar Browne ahli Ekotoksikologi Universitas New South Wales, Sydney.

Beach Clean Up

Dokumentasi pribadi (Kegiatan beach clean up Taruna Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran)

Nah kan, bahaya sekali ternyata. Apa yang bisa kita lakukan? Beach Clean Up! Kegiatan membersihkan pantai ini dapat kita lakukan sebagai usaha dalam meminimalisir sampah. Tentunya kita harus dapat menjadi penggerak dalam kegiatan ini.

Perilaku meminimalisir penggunaaan plastik sekali pakai juga merupakan tindakan nyata, yakin kita semua harus bergerak bersama. Pemerintah menegakkan regulasi dan korporasi juga harus dituntut mengembangkan inovasi kemasan agar turut membantu menjaga kelestarian bumi .

Mari kita bekerjasama dengan alam untuk kehidupan yang saling menguntungkan. Saling menjaga tanpa merusak, itulah yang harus kita terapkan. Manfaat alam tidak akan habis apabila kita dapat menjaganya dan hindari sikap tamak!

Protect Our Healthy Sea, for Our Healthy Future!

Editor : Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan