Cerita Perempuan Pesisir di NTT

Perempuan Pesisir

Indonesia mempunyai luasan perairan yang lebih besar dari pada luasan daratan yaitu 3,25 juta km2  (Kementrian Kelautan dan Perikanan). Hal yang sama juga bagi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mempunyai luasan wilayah perairan yang lebih luas daripada daratan yaitu 200.000 km2 (nttprov.go.id).

Hal tersebut membuat NTT terkenal dengan kekayaan bawah lautnya seperti di Pulau Alor, Pulau Komodo, dan masih banyak lagi yang belum terekspos. Selain kekayaan bawah lautnya yang memukau, tidak kalah juga hasil lautnya yang bernilai gizi tinggi.

Berbicara tentang pesisir tidak terlepas dari masyarakat pesisirnya yang rata-rata bermata pencaharian sebagai nelayan. Nelayan, yang merupakan salah satu pekerjaan mulia, karena tanpa mereka kita tidak bisa merasakan nikmatnya hasil-hasil dari laut yang tinggi protein.

Selain sebagai nelayan, mereka para masyarakat pesisir juga menjadi petani di pekarangan rumah mereka untuk bisa menambah gizi dari keluarga mereka, selain kedua hal tersebut, merekapun bisa menjadi buruh pasir, uniknya buruh pasir ini adalah mereka para perempuan – perempuan pesisir.

Seperti di salah satu desa yang terletak di Kabupaten Kupang, daerah ini mempunyai kekayaan alam yang sangat berarti dan berharga dengan hamparan lautan yang sangat indah dan menyimpan banyak hasil laut serta dipercantik oleh pepohonan Lontar (Borassus flabellifer) yang adalah salah satu pohon endemik dari NTT.

Alam selalu memberikan apa yang diperlukan oleh manusia, tinggal manusia yang berpikir untuk memanfaatkannya, tentunya sesuai dengan porsinya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka di dunia ini. Hal yang sama juga dilakukan oleh masyarakat-masyarakat pesisir di desa ini, mereka memanfaatkan pemberian alam untuk keberlanjutan kehidupan.

Mulai dari berlayar untuk mendapatkan ikan yang kemudian diolah oleh istri mereka untuk pemenuhan gizi dalam keluarga dan masyarakat luas yang membeli hasil berlayar mereka, keuntungan yang mereka dapatkan dari hasil laut ini tidak seberapa karena selalu bergantung pada cuaca, jika cuaca sedang bersahabat mereka bisa menapatkan banyak dan sebaliknya.

Namun yang paling penting adalah bisa mereka menyambung hidup  untuk kebutuhan ekonomi keluarga, menyekolahkan anak-anak mereka, dan lain sebagainya.

Sembari bapak-bapak mencari ikan di tengah lautan, istri mereka turut membantu keuangan keluarga dengan menjadi buruh pasir di pesisir laut tersebut, ya.. buruh pasir, pasir yang kita gunakan untuk membangun rumah, gedung dan lain sebagainya itu berasal dari tangan-tangan para perempuan-perempuan ini dan terkadang dibantu juga oleh suami mereka jika sedang tidak turun mencari ikan di laut.

Terik matahari, angin yang menderu panas, tangan yang tidak berhenti mengayuh cangkul dan sekop serta bahu yang kuat untuk memikul pasir-pasir tersebut ketempat yang telah disediakan untuk kemudian dinaikkan kedalam truk-truk besar, rasanya seakan hal tersebut terbayarkan Ketika mereka mendapatkan lembaran-lembaran rupiah dari hasil kerja mereka tersebut.

Rupiah yang kemudian mereka gunakan untuk keperluan rumah tangga. Tidak begitu banyak hasilnya, namun bagi mereka itu sudah lebih dari cukup untuk dua minggu lamanya mengumpulkan gundukan pasir yang akan dihitung sebanyak 1 truk itu.

Telah ada dua bagian dari alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir ini, yang pertama adalah ikan, yang kedua adalah pasir, dan yang ketiga adalah dedaunan dari pohon-pohon lontar yang ada di pesisir laut tersebut. Dedaunan dari pohon lontar ini akan dianyam oleh tangan-tangan yang kuat, tangan-tangan perempuan yang terbiasa dengan asinnya laut, teriknya pesisir, dan beratnya pasir yang dipikul di pundak mereka.

Anyaman yang dihasilkan sangatlah beragam, yang biasanya mereka gunakan untuk menaruh pasir-pasir tersebut dan barang-barang mereka semisal, sirih pinang, terkadang bekal mereka, dan bahkan dijadikan tempat untuk bertelurnya ayam-ayam mereka dan sekarang mungkin anyaman tersebut bisa juga digunakan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, karena anyaman dari daun lontar ini kuat dan aman sehingga sangat baik untuk dijadikan tas belanja.

Perempuan pesisir dan laut yang selalu menghasilkan adalah sebuah perjuangan kehidupan masyarakat pesisir dan ketangguhan para perempuan-perempuan ini adalah ketika teriknya matahari dan beratnya pasir yang harus mereka pikul selalu diteduhkan dengan sebuah senyuman! Senyuman yang terbayarkan jika anak-anak mereka bisa menduduki bangku sekolah dan dapur yang asapnya tetap mengepul.

Nature is pleased with simplicity. – Isaac Newton

Hal yang sama untuk perempuan-perempuan pejuang di desa ini yang sederhana namun penuh dengan banyak perjuangannya. Semua hal di atas dilakukan mereka untuk bertahan hidup di dunia ini dengan tetap menjaga alam dengan mengambil sesuai porsinya, semoga hal ini terus menjadi acuan bagi masyarakat luas untuk selalu hidup berdampingan dengan alam yang selalu memberi tanpa pernah meminta.

Editor : Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan