Merawat Mangrove Hutan Pesisir Indonesia

Apa jadinya pesisir tanpa Mangrove?

Tanpa tegakan tumbuhan, pepohonan?

Apakah kita peduli?

Mangrove Vegetasi Pesisir

Tidak ada sanggahan dari ahli lingkungan manapun tentang fungsi vital hutan pantai dan rawa pesisir, termasuk mangrove, untuk kehidupan manusia. Jasa lingkungan dari keberadaan dan kesehatan hutan pantai ini sangat besar nilainya. Keberadaan vegetasi ini memberikan manfaat dari sisi ekologi, ekonomi dan sosial-budaya.

Nilai Ekonomi Mangrove Indonesia

Rizal A. dkk (2018) mengulas sejumlah penelitian terdahulu dan mengungkapkan, dengan menggunakan metodologi penilaian ekonomi total (Total Economic Value), nilai ekonomi sumber daya mangrove diperkirakan berkisar antara USD 3.624,98 – USD 26.734,61 per hektar per tahun. Nilai tersebut kurang lebih setara dengan 50 juta s.d. 380 juta Rupiah.

Maria M.D. Widiastuti dkk (2016) menyebutkan bahwa total nilai ekonomi (Total Economic Value) mangrove di Papua, pada 3 titik pengamatan di wilayah penelitian pesisir Laut Arafura dari ujung Selatan hingga Utara, mencapai 21.075.240,- Rupiah per hektar per tahun.

Mangrove Vegetasi Pesisir

Fungsi Ekologi Mangrove

Secara ekologi mangrove merupakan salah satu pusat keanekargaman hayati di wilayah pesisir. Vegetasi ini adalah rumah, tempat mencari makan dan berkembang-biak berbagai jenis satwa. Beragam jenis ikan, kerang-kerangan, kepiting, reptil, burung, primata serta jenis mamalia dan satwa lainnya dapat hidup dan ditemukan dalam ekosistem mangrove yang sehat.

Vegetasinya yang sehat juga memberikan manfaat untuk menjaga ketersediaan dan kelangsungan air bersih di wilayah pesisir.

Keberadaan eksosistem mangrove dengan vegetasi yang rapat dan sehat juga dapat mengurangi dampak risiko bencana saat tsunami dan gelombang pasang terjadi.

Lantas mengapa ekosistem mangrove malah semakin rentan dan terancam hilang?

Ancaman terhadap kelestarian mangrove di Indonesia semakin hebat karena pengelolaan ruang di wilayah pesisir tidak dijalankan dengan baik dan mengesampingkan peran masyarakat setempat.

Alih fungsi mangrove untuk kepentingan industri budidaya ikan dan udang secara intensif, perkebunan kelapa sawit, permukiman, pertambangan, reklamasi pesisir, pendirian kawasan industri dan dampak pencemaran menjadi penyebab utama kehancuran ekosistem mangrove di Indonesia.

Kita perlu bergerak bersama untuk melindungi ekosistem mangrove yang masih alami dan terjaga. Kita juga bisa bergerak bersama melakukan penanaman kembali.

Mari rawat dan jaga ekosistem kita dalam kondisi sehat agar bermanfaat untuk kehidupan manusia!

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan