Analisis Dampak Sampah Plastik di Pantai Tanjung Pasir Tangerang

Sampah plastik bukan menjadi masalah nasional lagi melainkan menjadi permasalahan tingkat internasional. Banyak negara yang mengeluhkan jumlah sampah plastik yang terus meningkat dan perilaku pembuangan sampah yang berakhir di laut.

Hal ini disebabkan oleh peningkatan pemakaian plastik pada semua sisi kehidupan sehingga produksi plastik terus meningkat. Selain produksi yang tinggi, pengelolaan dan pembuangan sampah yang belum strategis menyebabkan penumpukan jumlah sampah plastik di laut semakin banyak.

Pemakaian plastik sebagai kemasan makanan dan minuman tidak dapat dihindari dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Plastik merupakan bahan polimer  sintesis yang murah didapat serta sangat praktis dalam penggunaannya.

Penggunaan plastik yang tidak dapat dihentikan menyebabkan terjadinya penumpukan sampah plastik di sungai dan berakhir di laut. Menurut Indonesia Solid Waste Association/INSWA (2017), produksi sampah plastik di Indonesia sekitar 5,4 juta ton per tahun, sementara belum ada data akurat mengenai jumlah  pencemaran sampah di perairan Indonesia.

Walaupun terdapat beberapa perkiraan dan secara keseluruhan sampah di Jakarta mencapai 6.000 hingga 6.500 per hari. Berdasarkan data dari KLHK (2018), menyatakan bahwa sampah plastik dari 100 toko/gerai selama satu tahun menghasilkan 10,95 juta lembar sampah plastik, hal ini berarti sama dengan sekitar 65,7 Ha kantong plastik.

Sumber utama sampah plastik berasal dari kemasan makanan dan minuman, kemasan barang konsumsi (consumer goods), kantong belanja, serta pembungkus barang lainnya. Saat ini laut diperkirakan sudah menampung 150 juta ton sampah plastik dengan 250 ribu tonnya terfragmentasi menjadi 5 trilliun potongan plastik.

Laut diprediksi akan menampung 250 juta ton sampah plastik pada tahun 2050. Plastik dapat terfragmentasi menjadi ukuran mikro bahkan nano dan menyebar hingga dasar laut yang memungkinkan akan terkonsumsi oleh biota dan menyebabkan terumbu karang mati.

Jika terkonsumsi biota akan mengalami gangguan metabolisme, iritasi sistem pencernaan, hinga kematian. Penelitian yang dilakukan lembaga ocean conservancy menemukan bahwa 28% ikan di Indonesia mengandung plastik (Puslit RI, 2018).

Penumpukan sampah plastik di laut dapat menyebabkan berbagai dampak yang serius sekaligus berkepanjangan seperti merusak ekosistem laut Indonesia, menganggu rantai makanan biota laut, meningkatnya pencemaran, merusak ikan dan lainnya yang dapat di konsumsi oleh manusia.

Seiring perkembangan pembangunan kota, populasi penduduk, serta industri, sudah dapat dipastikan pertumbuhan jumlah plastik di Indonesia akan meningkatkan dominansi sampah plastik juga sesuai dengan pernyataan NOAA (2016) yang menjelaskan bahwa sampah plastik merupakan jenis paling umum dan banyak dijumpai serta yang paling berisiko memberikan dampak terhadap organisme laut.

Sedangkan menurut Stevenson (2015), dampak sampah plastik dapat  terakumulasi dan menyebar ke wilayah lain, bersifat toksik, bioavailability, dan memberikan dampak melalui rantai makanan, berdampak terhadap habitat dan kehidupan dasar laut, dan berdampak terhadap ekonomi negara.

Permasalahan sampah plastik ini juga menjadi masalah bagi sebagian pantai di Indonesia termasuk di wilayah Tangerang. Sebagai salah satu ikon wisata di Tangerang Kota sudah seharusnya pantai terbebas dari sampah plastik maupun sampah lainnya.

Berdasarkan laporan Tribunnews (2018), menyatakan bahwa terjadi penumpukan sampah di pantai tanjung pasir dan berdampak pada penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke pantai tersebut. Data hasil penelitian Lika (2017), menunjukkan bahwa mata pencaharian utama penduduk desa tanjung pasir adalah nelayan.

Mereka menggantungkan hidup pada hasil tangkapan ikan. Namun karena keberadaan sampah plastik di laut dan pesisir pantai menjadikan aktivitas nelayan dan wisatawan terganggu. Begitu pula dengan laporan Kompas (2017), menyebutkan bahwa terdapat hampir 1500 sampah plastik setiap hari yang ditemukan di sepanjang pantai tanjung pasir.

Ungkapan tersebut sejalan dengan hasil studi pendahuluan yang telah kami lakukan bahwa penumpukan sampah plastik di pantai tanjung pasir sangat banyak sekali bahkan di samping-samping rumah warga juga terdapat sampah plastik yang berasal dari lautan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kami Mahasiswa/i Peminatan Epidemiologi dan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta berniat untuk melakukan penelitian terkait “Analisis Dampak Sampah Plastik di Pantai Tanjung Pasir Tangerang Kota Tahun 2019”.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik indepth interview atau wawancara mendalam dan observasi dan penelitian ini dilakukan di Pantai Tanjung Pasir, Tangerang Kota, Banten. Penelitian ini telah dilakukan pada hari senin, 08 Juli 2019.

Keberadaan Sampah Plastik

Berdasarkan hasil penelitian, informan sudah mengetahui bahwa terjadi peningkatan jumlah sampah plastik yang berada di lingkungan pantai. Jumlah sampah plastik yang terus meningkat sejalan dengan peningkatan produksi plastik pada semua alat dan bahan rumah tangga yang terus di keluarkan.

Hal ini menambah keprihatinan terhadap  jumlah sampah plastik di Indonesia yang mendominasi dibandingkan sampah lainnya. Sampah plastik yang tidak mampu di daur ulang dengan cepat dan banyak menimbulkan dampak pada lingkungan sangat merugikan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University Of Georgia pada 192 negara termasuk Indonesia menyebutkan bahwa negara-negara tersebut menghasilkan 2,5 miliar metrik ton sampah dengan 275 juta metrik ton-Nya adalah plastik dan sebanyak 8 juta metrik ton sampah telah mencemari laut.

Selain itu Indonesia disebutkan sebagai kontributor sampah plastik ke laut terbesar kedua setelah tiongkok dengan estimasi 0,48-1,29 juta metrik ton sampah per tahun (John, 2014). Sehingga keberadaan sampah plastik di laut harus dikurangi dan dibersihkan untuk melindungi lingkungan tetap bersih dan sehat.

Dampak pada Ekosistem Laut

plastik pantai tanjung pasir tangerang
Pantai Impian Remaja, Tanjung Pasir, Tangerang, Banten. / Foto: Herka Yanis Pangaribowo / Greenpeace

Berdasarkan hasil penelitian, informan sudah mengetahui bahwa sampah plastik dapat menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem laut. Di laut, sampah plastik dapat terfragmentasi menjadi ukuran mikro dan nano sehingga plastik ukuran tersebut memungkinkan untuk dikonsumsi oleh biota laut dan invertebrata.

Selain itu, plastik yang terfragmentasi dapat dengan mudah menyebar di lingkungan laut yang tidak terjamah sekalipun sampai kedalaman 2000. Kondisi ini menyebabkan terganggunya sistem metobalisme, iritasi sistem pencernaan hingga menimbulkan kematian pada biota laut.

Lembaga Ocean Conservancy mengemukakan bahwa 28% ikan di Indonesia mengandung plastik (Karnila, 2015). Selain itu, pencemaran sampah plastik di laut turut menyumbang kematian pada terumbu karang.

Penelitian yang dilakukan oleh beberapa negara yaitu Indonesia, Amerika Serikat, Australia dan kanada yang mengamati 159 terumbu karang dari tahun 2011-2014 memaparkan bahwa limbah plastik pada terumbu karang yang muncul di Indonesia sebanyak 26 bagian dari 100 meter persegi.

Menurut pusat penelitian terumbu karang australia (ARC) menyebutkan bahwa terumbu karang yang terpapar limbah plastik berpotensi terkena penyakit dibandingkan 4% terumbu karang yang tidak terkena limbah plastik.

Dampak pada Pariwisata Pantai

Berdasarkan hasil penelitian, informan sudah mengetahui bahwa sampah plastik juga berdampak pada lingkungan pariwisata pantai di tanjung pasir. Dampak yang terjadi sangat berpengaruh pada penurunan jumlah pengunjung atau wisatawan di wilayah pantai.

Masalah ini dinilai menjadi penghambat daya saing pariwisata Indonesia yang terletak di berbagai kepulauan dari sabang sampai merauke. Indonesia yang dikenal penuh dengan keindahan pariwisaya akan hilang ketika jumlah sampah plastik di lokasi wisata terutama pantai terus meningkat.

Sehingga wisatawan lebih memilih ke luar negeri untuk menikmati keindahan pantai dan kebersihan alam di bandingkan dengan pantai Indonesia yang telah berubah fungsi sebagai tempat pembuangan akhir sampah plastik. Oleh karena itu kebersihan pantai dan lokasi pariwisata lainnya harus menjadi fokus pemerintah daerah untuk menjaga kebershan alam dan mengurangi jumlah sampah plastik ke laut.

Dampak pada Pemukiman

Berdasarkan hasil penelitian, informan sudah mengetahui bahwa sampah plastik juga memiliki pengaruh pada pemukiman warga. Keberadaan sampah plastik di lingkungan warga merupakan dampak besar dari tingginya jumlah plastik yang mengapung di laut dan terseret ombak ke pesisir pantai.

Kondisi ini memberikan dampak yang berlipat ganda pada kerusakan ekosistem laut dan kerusakan lingkungan pamukiman warga, sehingga dampak buruk akibat sampah plastik tidak dapat dihindari.

Hal ini menjadikan warga akan terbiasa hidup dengan sampah dan menghasilkan perilaku yang kurang baik dari sebuah kebiasaan, yang mana masyarakat tidak peduli lagi terkait jumlah sampah plastik di lingkungannya yang terus meningkat sehingga sampah plastik akan menjadi tempat berkembangnya bibit-bibit penyakit yang bisa menjangkiti warga dan menurunkan produktivitas manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Oleh karena itu, penting untuk mengatasi jumlah sampah plastik yang terus meningkat di pantai yang dapat berdampak buruk bagi pemukiman warga di sekitaran pantai.

Apa Yang Dapat di Simpulkan ?

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

– Keberadaan sampah plastik di pantai tanjung pasir sangatlah banyak.

– Dampak sampah plastik pada ekosistem laut sangat banyak seperti, menganggu perkembangan terumbu karang, jumlah ikan yang terus menurun serta air laut yang semakin keruh.

– Dampak sampah plastik pada pariwisata pantai sangat mempengaruhi jumlah pengunjung dan banyaknya pengunjung yang mengeluh dengan keberadaan sampah plastik di pantai.

– Dampak sampah plastik pada pemukiman juga begitu banyak seperti sampah plastik yang tersebar di samping-samping rumah warga.

Saran Untuk Mengatasinya

Saran untuk mengatasi keberadaan sampah plastik di laut dengan memberlakukan petugas LH di wilayah pantai tanjung pasir agar kebersihan pantai dan laut tetap terjaga dan dapat bebas dari sampah plastik.

Saran untuk mengatasi dampak sampah plastik bagi ekosistem laut, dengan melakukan kegiatan rutin mengumpulkan sampah plastik yang berada di bawah air laut terutama di bagian pantai yang tidak terlalu dalam.

Saran untuk mengatasi dampak sampah plastik bagi pariwisata pantai, dengan menyediakan tempat sampah dengan ukuran besar di setiap sawung yang berada di pantai tanjung pasir.

Saran untuk mengatasi dampak sampah plastik bagi pemukiman, dengan melakukan kegiatan pemanfaatan sampah plastik untuk di daur ulang oleh warga. Tidak kalah penting adalah sosialisasi untuk mengurangi plastic sekali pakai.***

Ditulis oleh: Khairunniza, Laras Tyas Ayu Pramudya, Nur Azmi Fauziah, Indah Azizah Awaliah, Dania Yisria Maulida. (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Baca juga: Peningkatan Volume Sampah Plastik di Laut saat Pandemi Covid-19, Seberapa Bahaya?

Editor: Annisa Dian N.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan