Laut Masa Depan Bangsa

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dimana tiga perempat wilayahnya merupakan laut (5,8 jt km²), terdiri dari 17.504 pulau, dan dikelilingi garis pantai terpanjang nomer dua di dunia (81.000 km) (Dahuri, 2003).

Hal ini menjadikan Indonesia memiliki potensi ekonomi (pembangunan) yang sangat besar dan beranekaragam. Jika sumber daya kelautan dapat dikelola secara baik, sektor ini dapat menjadi sektor utama pembangunan nasional di masa mendatang.

Sebagaimana yang telah diungkapkan dalam amanat Trisakti dan Nawa Cita, Indonesia pun kini telah meletakkan pijakan untuk mencapai tujuan tersebut dengan menjadikan sektor kelautan sebagai fokus utama dalam pemerintahan saat ini agar dapat mewujudkan cita-cita Indonesia untuk mengembalikan kejayaan maritim seperti zaman dahulu (Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2015-2019).

Pantai Wedi Ombo Jogjaahh.jpg

Hal yang selanjutnya menjadi tugas penting bagi Indonesia ialah bagaimana kita dapat melakukan pengembangan potensi laut yang nantinya akan memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.

Kondisi tersebut saat ini juga tengah menjadi perhatian masyarakat global dalam Sustainable Development Goals (SDG’s), khususnya pada poin keempat belas terkait perlindungan dan pemanfaatan sumber daya laut yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Sebagai bangsa Indonesia, kita harus menyadari bahwa laut merupakan aset terbesar yang dimiliki oleh Indonesia.

Namun, kondisi laut Indonesia saat ini dapat dikatakan terancam dan semakin memprihatinkan. Hal ini karena masalah yang sering dianggap sepele, yaitu sampah.

Sampah yang kita buang sembarangan dan kita hasilkan di daratan, semuanya akan berakhir ke lautan. Tentunya, jika hal ini terus dibiarkan maka akan membahayakan kondisi laut Indonesia.

Tahukah kalian bahwa berbagai studi terbaru menemukan bahwa ikan yang merupakan makanan berprotein tinggi dan baik untuk perkembangan otak kini mengandung sampah plastik, berupa mikro plastik, yang jika termakan sangat membahayakan bagi tubuh?

Jika hal ini terus dibiarkan, maka ikan yang mengandung sampah dan kita konsumsi itu justru akan membahayakan bagi generasi mendatang. Selain itu, sampah yang berada di laut juga mengancam kehidupan bawah laut.

Terlebih, sekarang sudah banyak beredar berita-berita viral seputar hewan laut, seperti paus yang mati dengan perut penuh berisi sampah plastik, penyu yang saluran pernafasannya tersumbat sedotan plastik, kuda laut yang memegang cuttonbud, dan lain sebagainya.

Jika hal ini terus dibiarkan dan kita tidak memulai tindakan dari diri sendiri, maka kelak kita akan mewariskan laut yang kosong bagi generasi mendatang.

Pantai Wedi ombo Jogjaaa.jpg

Untuk menjaga aset terbesar bangsa dan mewujudkan cita-cita Indonesia dalam mengembalikan kejayaan maritimnya, kita dapat memulainya dengan melakukan hal-hal yang sederhana namun konsisten.

Hal sederhana yang dapat kita lakukan itu adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan, kurangi membeli minuman atau makanan berkemasan plastik, usahakan tidak menggunakan sedotan plastik dengan membawa sedotan stainless kemanapun, serta biasakan membawa tumbler dan tempat makan sendiri setiap membeli makanan diluar.

Memang hal-hal tersebut terlihat sepele dan mungkin dianggap merepotkan. Namun, jika hal sederhana ini dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan, maka dapat dikatakan bahwa kita telah turut andil dalam menyelamatkan laut Indonesia.

Dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial, dikaji mengenai pentingnya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang menyatakan bahwa setiap lini pembangunan perlu memerhatikan hubungan antara pembangunan ekonomi, kualitas lingkungan, dan keadilan sosial (Rogers et al., 2008).

Ketiga hal tersebut menjadi nilai mendasar yang diperhatikan dalam disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial dan harus diselaraskan demi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Masalah lingkungan erat hubungannya dengan masalah sosial.

Jika kita sebagai manusia bersikap apatis dan tidak memerdulikan keadaan lingkungan tempat kita tinggal, maka jangan salahkan jika alam “murka” terhadap perbuatan manusia.

Pantai Bama, Situbondoo.jpg

Saya memiliki harapan agar semua pihak, baik itu pemerintah, non-pemerintah, perusahaan, dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.

Segala kekayaan alam yang dimiliki Indonesia akan menjadi sia-sia jika kita tidak memiliki kesadaran akan pentingnya peran lingkungan untuk mencapai kesejahteraan masyarakatnya.

Dengan melakukan program-program berbasiskan sustainable development yang memerhatikan aspek lingkungan di sektor kelautan, maka bukanlah hal yang mustahil jika Indonesia akan menjadi negara yang disegani di mata dunia.

Pantai Pasir Putih Situbondoo.jpg

*Note: Tulisan ini juga dimuat dalam website https://hmiksui.org/2018/07/01/laut-masa-depan-bangsa/ jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia pada tanggal 1 Juli 2018 dalam rangka memeringati Hari Kelautan Nasional dan telah mengalami sedikit perubahan untuk lautsehat.id

Daftar Pustaka

Dahuri, Rokhmin. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.

Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2015-2019. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 45/Permen-KP/2015.

Rogers, Peter P., Jalal, Kazi F., & Boyd, John A. 2008. An Introduction to Sustainable Development. USA: Glenn Educational Foundation, Inc.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan