Menyeberang ke Sumba dari Sape, Sumbawa (Bagian 2)

Kami memulai perjalanan sekitar jam 11 setelah sebelumnya kami berbelanja di salah satu supermarket di labuan bajo. Barang yang sering kami cari namun selalu kesulitan mendapatkannya adalah susu merk greenfield dan butter.

Kami selalu suka membuat cappucino dan pancake sendiri untuk sarapan sehari-hari. Demi alasan higienis dan juga menekan untuk tidak banyak pengeluaran, masak sendiri menjadi sebuah pilihan.

Hal yang kami perhatikan sepanjang perjalanan menuju pelabuhan Aimere adalah banyaknya kendaraan bermotor yang tidak menggunakan plat, untungnya disini tidak banyak polisi sliweran jadi aman dari tilang .

Pohon-pohon besar nan rimbun menghiasi perjalanan kami, karena itu pula udaranya pun sangat dingin brrrrrr. Selain dihiasi dengan pepohonan, tipe jalanan di flores itu meliuk-liuk seperti ular dan turunan serta tanjakan tajam.

Setelah beberapa jam mendaki dan menurun akhirnya kami berhenti di satu rumah bambu beratapkan alang. Beberapa meter setelahnya terdapat sawah dengan bentuk seperti laba-laba.

Menurut keterangan pemilik rumah makan ini, setiap kotak sawah tersebut dimiliki oleh satu Kepala Keluarga. Persawahan ini sendiri dikelola oleh 12 desa yang sama-sama memiliki suku sama yaitu suku Tado. Sawah ini hanya terdapat 2 di Flores Barat.

Setelah puas ngopi dan beristirahat, kami lanjutkan perjalanan kembali. Hari hampir gelap, kami belum juga tiba di Pelabuhan Aimere. Kami coba melihat di om google tempat peristirahatan yang nyaman.

Akhirnya kami putuskan menginap di pom bensin. Pom bensin ini berada di wilayah Mando Sawu. Ketika kami tiba, suhunya mencapai 11°C dinginnnnn sekali.

Biasanya kami tidur hanya menggunakan selimut tipis, kali ini kami harus pakai sleeping bag karena tidak kuatnya dengan udara dingin disini.

Keesokan paginya setelah cek kondisi ban mobil dan rem, kami lanjutkan perjalanan kembali ke Pelabuhan Aimere.

Soo, masih ada satu bagian lagi, tunggu cerita selanjutnya yaaa..

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan