Virus Corona: Pesan dari Alam dan Hikmahnya

Sudah 14 hari lebih saya bekerja dari rumah, karena situasi penyebaran virus corona yang saat ini dirasa semakin masif. Sebagian orang yang selalu “mobile” dan “offline” mungkin akan merasa cepat jenuh ketika diharuskan berdiam diri dan beraktifitas dari dan di rumah saja.

Tapi sepertinya tidak begitu bagi saya. Saya seorang ibu dari anak yang sangat lucu dan pintar yang akan berusia 2 tahun di bulan Juni mendatang. Masa karantina ini justru membuat saya lebih produktif dan lebih menghargai waktu kebersamaan dengan keluarga.

Maklum saja karena “mobile” tadi biasanya saya harus beberapa kali pergi keluar kota dan hampir setiap akhir pekan juga bekerja. Jadi momen seperti ini membuat saya bersyukur dari sisi lain.

Awal masa  karantina ini saya mulai dengan memperbaiki tanaman-tanaman saya yang kurang terawat, menanam bibit baru dan menata ulang letak pot-pot.

Lalu, mulai bereksperimen dengan mencoba membuat makanan dengan resep baru pastinya dengan panduan dari internet!

Minggu pertama karantina masih harus menghadiri beberapa rapat online dan pastinya setiap hari  memantau berita terkait Corona ini yang semakin mengkhawatirkan.

Sebagai seorang ibu yang masih mempunyai anak balita, ini cukup membuat khawatir dan panik, ketika mendengar barang-barang keperluan rumah mulai habis, kelangkaan handsanitizer, masker, vitamin, cairan desinfektan bahkan tisu basah steril pun hampir habis.

Semua orang kena “panic buying“, membeli dengan jumlah banyak tanpa peduli dengan orang lain yang juga membutuhkan. Menjadi bijak dan sabar mulai diuji di sini.

Minggu ke-2 masa karantina saya mulai mengurangi memonitor jumlah kasus covid-19 di Indonesia ini, untuk  mengurangi kepanikan psikologis. Terlebih berita terakhir  yang saya dapat adalah kecamatan rumah saya masuk zona merah.

Dirumah kami sekarang sangat peduli dengan kebersihan, yang tadinya mandi 1 kali aja, sekarang 2 kali, cuci tangan setiap abis pegang sesuatu atau sehabis dari luar.

Kabar baiknya lagi sekarang jadi No jajan, No plastik, No food waste dan melakukan komposting sederhana karena tanamannya sudah sehat dan mulai tumbuh, setidaknya ada sesuatu yang masih bisa dilakukan untuk lingkungan mulai dari di rumah.

Wabah Virus Corona ini membuat kita untuk di rumah saja, bekerja di rumah, belajar di rumah, bahkan beribadah pun di rumah yang akhirnya membuat kita jadi susah ketemu teman dan nongkrong.

Tapi saya pun mulai berpikir, wabah Corona ini justru membuat kita lebih bisa menghargai waktu bersama keluarga, lebih memperhatikan lingkungan sekitar kita (rumah), lebih peka dan lebih manusiawi. Setidaknya itu yang saya rasakan sekarang.

Jika bumi kita sehat, kita juga sehat. Jika lingkungan kita baik, kita juga akan baik.

Ketika orang di seluruh dunia dikarantina di rumah dan dituntut untuk mengurangi aktivitasnya, ternyata bumi juga sedang sedikit istirahat dan memulih. Banyak berita mempublikasikan mengenai pengurangan emisi di beberapa kota besar dunia.

Harapan saya mungkin sama dengan orang-orang di luar sana, bahwa semoga situasi ini akan segera berakhir dan semua kembali normal seperti sedia kala.

Tidak ada lagi penyebaran dan kasus baru baik di RT rumah saya, rumah kamu, Indonesia bahkan dunia. Semoga setelah ini kita lebih peka lagi terhadap pentingnya menjaga bumi, menjaga lingkungan.

Jika bumi kita sehat, kita juga sehat. Jika lingkungan kita baik, kita juga akan baik.

Tapi untuk sekarang #dirumahsaja #jagakesehatan. 

Editor  : Annisa DN

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan