Energi Listrik Tenaga Arus Laut, Sudah Ada di Indonesia?

ekonomi hijau

Inovasi energi listrik yang bersih sangat diperlukan, selain menghasilkan energi yang lebih terjamin keberlangsungannya, energi listrik yang bersih juga digadang menjadi energi yang ramah bagi masa depa bumi.

Kita ketahui saat ini Indonesia masih sangat bergantung kepada energi kotor seperti yang bersumber dari batubara, minyak bumi, dan gas. Namun disayangkan, pemerintah hingga saat ini masih dominan mendukung energi kotor dengan berbagai kebijakannya dibanding mendorong energi terbarukan.

Greenpeace berpendapat meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas di negara berkembang seperti Indonesia akan meningkatkan masalah perubahan iklim, yang saat ini pun sudah menghancurkan kehidupan banyak kalangan masyarakat miskin.

Sementara era energi terbarukan mampu menyediakan, sistem energi yang memenuhi kebutuhan dasar akan air bersih, fasilitas kesehatan,dan penerangan, serta pada saat yang sama dapat mencegah Indonesia untuk membuang tiga kali lipat emisi gas rumah kaca dari bahan bakar fosil.

Energi Listrik Tenaga Arus Laut

Saat ini belum ada listrik yang dihasilkan dari energi arus laut di Indonesia. Alasannya, ada sejumlah kendala seperti aspek teknologi dan finansial. Sementara di beberapa negara sudah memakai teknologi ini antara lain Skotlandia, Swedia, Perancis, Norwegia, Inggris, Irlandia Utara, Australia, Italia, Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Teknologi energi arus laut mengadopsi teknologi energi angin yaitu dengan mengubah energi kinetik arus laut jadi energi rotasi dan listrik. Pengembangan arus laut penting sebagai pembangkit listrik karena relatif stabil, periodik dan pola dan karakteristik dapat diprediksi.

Daya yang dihasilkan turbin arus laut lebih besar dari turbin angin karena massa air laut hampir 800 kali rapat massa udara.

Di Indonesia, menurut Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan KESDM kecepatan arus pasang surut di pantai Indonesia sekitar 1,5 meter per detik kecuali di selat antara Bali, Lombok dan Nusa Tenggara bisa 3,4 meter per detik.

Arus terkuat tercatat di selat antara Pulau Taliabu dan Mangole di Kepulauan Sula, Maluku Utara, kecepatan sampai lima meter per detik dengan durasi dua sampai tiga jam perhari.

KESDM berharap,  pada 2025 energi arus laut dari PLTA laut akan menunjang pencapaian proporsi 5% berbagai energi terbarukan dari sasaran kebijakan energi 25% bauran energi Indonesia.

Dilansir dari Katadata, perusahaan asal Inggris dan Belanda mengajukan proposal investasi pembangkit listrik tenaga arus laut. Recananya, fasilitas ini akan dibangun di laut Larantuka dan Laut Alor di Nusa Tenggara Timur serta arus laut di Selat Bali.

Proposal investasi dari perusahaan Inggris dan Belanda tersebut telah diterima Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan pemerintah sepakat untuk membuat satu proyek percontohan dengan skala komersial yang diharapkan bisa menghasilkan listrik 5 – 10 Mega Watt (MW).

Indonesia terdiri dari banyak pulau yang letaknya tersebar dan sulit dijangkau. Greenpeace meyakini bahwa energi terbarukan merupakan penyelesaian masalah yang efektif untuk masalah kelistrikan Indonesia. Dengan memanfaatkan potensi alam lokal yang tidak ada habisnya, justru energi terbarukan inilah yang bisa menjawab kesulitan tersebut.

Sistem kelistrikan tersentralisasi dengan pembangkit-pembangkit listrik skala besar dan jalur transmisi yang mahal yang diterapkan selama ini justru akan mempersulit proses pendistribusian listrik ke daerah-daerah tersebut.***

Baca juga: Konsep Ekonomi Kerthi Bali, Transisi Menuju Ekonomi Hijau

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan