Dugong, Si Malang yang Kian Langka

dugong

Dugong, mamalia laut langka yang hidup di perairan tropis, salah satunya Indonesia. Megafauna kharismatik dengan nama ilmiah Dugong dugon ini tercatat jumlahnya yang sedikit di alam akibat kerusakan lingkungan, perburuan, dan proses reproduksinya yang cukup lambat.

Menurut UU No. 7 Tahun 1999 dan Permen LHK Nomor 20 Tahun 2018, dugong merupakan spesies yang dilindungi di Indonesia. Berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN), dugong tergolong dalam spesies vurnerable to extinction atau terancam punah.

Hasil survei dibeberapa tempat, salah satunya di Taman Bunaken hanya terdapat 1000 ekor dugong pada tahun 1994, 12 ekor dugong di Teluk Balikpapan pada 2005, terdapat 14 ekor dugong di Pulau Roon pada 1981, dan pada 2008 terdapat 24 ekor dugong di perairan Raja Ampat.

Apabila dibandingkan dengan biota lainnya, bukankah dugong ini jumlahnya sangat sedikit dan perlu dilestarikan? Tentu saja perlu!

Foto udara Megafauna Laut di lepas Ningaloo Reef, Australia Barat.

Berita dugong yang ditemukan mati di pesisir pantai sudah bukan berita yang asing lagi. Maret 2023 lalu juga ditemukan dugong yang mati terdampar di perairan Pulau Bawean Gresik.

Satu tahun sebelumnya di bulan yang sama (Maret 2022), terjadi lagi, seekor dugong mati terdampar di Pantai Juanga Morotai dengan sebab yang belum diketahui.

Bisa jadi karena habitatnya yang sudah rusak, kerusakan lingkungan yang mengganggu produktivitasnya, atau akibat perburuan, seperti kasus dugong yang mati dengan sejumlah luka di Raja Ampat pada Januari 2022.

Apakah hal ini akan terus terjadi? Jawabannya ada pada generasi-generasi hari ini.

Bagaimana kita sebagai manusia yang hidup saling beriringan dengan makhluk di muka bumi ini mencari solusi untuk permasalahan ini.

Apakah kita akan membiarkan ini terjadi? Atau setidaknya mencoba membuka mata atas hal miris yang sedang terjadi.

Bahkan di China dugong sudah resmi dikatakan punah sebagaimana dilaporkan oleh sebuah penelitian yang diterbitkan di Jurnal Royal Society Open Science tahun 2022 lalu. Hal ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi negara Indonesia yang masih memiliki dugong.

Tak seimbangnya eksploitasi dugong dan reproduksinya sangat mengkhawatirkan. Padahal keberadaan dugong tentu penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut. Lestarikan dugong! Lestarikan bumi!***

Baca juga: Dugong, Mamalia Laut yang Lucu Dinyatakan Punah di China, Bagaimana Fakta di Indonesia?

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan