Lautan sebagai Kekayaan Tapi Kian Terancam

lautan

Lautan sampai saat ini masih menjadi sumber terbesar oksigen dunia. Karena hampir sekitar 70% bagian bumi itu diisi oleh lautan.

Potensi oksigen yang dihasilkan lebih besar daripada yang bisa dihasilkan di daratan karena di laut ada fitoplankton sebagai penyumbang oksigen terbesar.

Laut juga menyimpan banyak sekali biota-biota dan kekayaan-kekayaan yang bisa dimanfaatkan untuk keberlangsungan kehidupan di bumi seperti pasokan ikan untuk bahan makanan, obat-obatan, dan lain-lain.

Tidak sedikit juga orang yang mempunyai hobi dan kesenangan untuk melakukan aktifitas di daerah laut maupun di dalam laut contohnya seperti snorkeling dan scuba diving baik untuk sekedar melihat keindahan bawah laut.

Kekayaan terumbu karang di lautan yang terancam krisis iklim dan menyebabkan pemutihan karang massal.

Ada juga yang sampai menjaga, melestarikan, dan memonitoring kehidupan bawah laut seperti terumbu karang, ikan, benthos yang biasa disebut Scientific Divers, mereka biasa bertugas untuk meneliti, mengeksplorasi, hingga mengawasi kondisi lautan dan perairan yang ada di kawasan tertentu.

Di Indonesia sendiri kegiatan menyelam masih bisa dibilang cukup awam dikalangan masyarakat, Padahal ini bisa menjadi salah satu pilihan jika kita ingin ikut terjun mengawasi laut secara langsung.

Potensi menjadi seorang penyelam di Indonesia sangatlah besar melihat Indonesia juga merupakan negara maritim dimana mayoritas dari wilayahnya adalah lautan.

Banyak potensi dan kekayaan lautan yang bisa dimanfaatkan secara bertanggung jawab, akan tetapi sekaligus PR besar, karena kekayaan lautan kian habis.

Ekspedisi Greenpeace ke Antartika untuk melakukan penelitian ilmiah, termasuk penyelaman kapal selam di dasar laut dan pengambilan sampel polusi plastik, untuk menyoroti kebutuhan mendesak akan penciptaan Suaka Lautan Antartika seluas 1,8 juta kilometer persegi untuk melindungi spesies seperti paus dan penguin.

Namun, untuk menjadi seorang penyelam tentu harus melewati sebuah proses dulu. Banyak hal yang harus dipelajari dan dikuasai ketika seseorang ingin menjadi seorang penyelam.

Selain menjadi penyelam, kita bisa juga menjadi relawan yang ikut menyuarakan krisis lautan yang semakin harus diperhatikan karena faktanya lautan hari ini tengah menghadapi berbagai ancaman bahkan sebagian wilayah laut ada yang sudah mengalami kehancuran.

Banyak komunitas-komunitas yang sering berkampanye menyuarakan krisis yang menimpa laut kita seperti lautsehat.id, jagalaut.id, dan Greenpeace.

Dua penyelam dengan spanduk bertuliskan “#LindungiLautan” selama kegiatan Audit Merek Bawah Air untuk sampah plastik di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.

Ikut serta dalam suatu komunitas yang memiliki satu pandangan dan tujuan juga bisa menjadi sebuah langkah awal dari suatu perubahan yang besar.

Perubahan atas apa yang telah terjadi hingga saat ini. Kepentingan ekonomi jangka pendek (Eksploitasi serampangan) seakan tak mengindahkan dampak ekonomi jangka panjang dan dampak ekologis dari lautan itu sendiri.

PR besar bagi umat manusia untuk bagaimana memanfaatkan laut dengan lebih arif dan tidak mengeksploitasi melebihi kemampuan alam untuk pulih.***

Baca juga: Krisis Lautan Semakin Mendesak: Kita Perlu Semakin Keras Suarakan Lautan!

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan