Hiu, Sang Penyeimbang Ekosistem Laut yang Kerap Terjaring Kapal

Jika kamu menonton film action ataupun dokumenter tentang laut, saat hiu lewat pasti siripnya lah yang lebih dulu disorot oleh kamera, kan? Tak heran, sebab siripnya memang ciri khas sang predator puncak ini. Sayangnya, dalam dunia nyata, justru sirip hiu malah diminati untuk konsumsi. Bagaimana saat ini nasibnya?

Populasi Hiu

Populasi hiu kian menurun dari tahun ke tahun
Seekor hiu di perairan Republik Palau. / Foto: Alex Hofford / Greenpeace

Kamu pasti sudah tahu, hiu yang ada di lautan memiliki beragam jenis yang unik dan menarik. Misalnya saja jenis hiu putih, hiu kepala martil, hiu zebra, hiu gergaji, hiu paus, dan jenis-jenis lainnya.

Dalam rantai makanan, hampir seluruh jenis hiu adalah predator puncak di lautan. Artinya, hewan bergigi tajam ini bertugas mengatur keseimbangan rantai makanan di bawah laut. 

Setiap tahun, sang predator ini rutin melakukan migrasi mencari tempat yang lebih aman dan nyaman untuk keberlangsungan hidupnya, salah satunya untuk melakukan perkawinan.

Dalam  proses reproduksi, hiu lebih mirip mamalia ketimbang ikan-ikan lainnya, karena satwa ini lambat dalam proses reproduksi. 

Jika proses reproduksi lambat, bagaimana jumlah populasi hiu saat ini? 

Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Nature, menghitung populasi hiu dan pari dari tahun 1970. Hasilnya, ditemukan populasi hiu mengalami penurunan 71%.

Dalam berbagai laporan, sebanyak 81 spesies hiu dianggap terancam dalam daftar merah IUCN. Di antara 82 spesies ini, 47 terdaftar sebagai rentan, 21 hampir punah, dan 13 sangat terancam punah.

Namun, apakah populasi hiu yang terancam punah hanya disebabkan karena lambatnya proses reproduksi? Jawabannya, tidak!

Hiu Ditangkap Setiap Harinya

Hiu ditangkap oleh kapal-kapal setiap harinya
Seekor hiu diangkut ke atas kapal Nuevo Zumaya, longliner Spanyol yang menargetkan ikan todak di Atlantik tenggara. / Foto: Tommy Trenchard / Greenpeace

Populasi hiu yang terus menurun dari tahun ke tahun, disebabkan beberapa faktor eksternal. Menurut berbagai penelitian, penurunan populasi hiu lebih besar disebabkan oleh manusia.

Beberapa di antaranya diakibatkan karena aktivitas penangkapan ikan berlebih, serta aktivitas kapal pengeboran minyak dan gas di laut. Penangkapan ikan berlebih ternyata diyakini oleh para peneliti sebagai penyebab terbesarnya.

Selaras dengan pernyataan ini, laporan-laporan yang diterbitkan Greenpeace juga mengungkap adanya praktik penangkapan hiu dan pari pada kapal-kapal penangkap ikan jarak jauh.

ikan hiu terjaring oleh kapal taiwan
Hiu martil halus (Sphyrna zygaena) di longliner Taiwan, Sing Man Yi 6, di Samudera Pasifik. / Foto: Paul Hilton / Greenpeace

Dalam laporan berjudul “Choppy Waters – Forced Labour and Illegal Fishing in Taiwan’s Distant Water Fisheries”, Greenpeace Asia Timur mengunjungi salah satu pelabuhan yang paling sering digunakan oleh armada penangkap ikan Taiwan dan melakukan wawancara dengan ABK migran yang berasal dari Indonesia. 

“Kami hanya mengambil sirip hiu, dan membuang bagian tubuh lainnya. Bulan lalu, saya menjemur sirip di bawah terik matahari.”

Selain itu, seorang kru kapal ikan Long Xing 635 dalam laporan Greenpeace Asia Tenggara dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) berjudul “Forced Labour at Sea: The Case of Indonesian Migrant Fisher” juga mengungkapkan hal serupa,

“Karena tujuan mereka kan ikan tuna, tetapi untuk hiu sangat sering sekali kita dapatkan. Kalau hiu itu diambil siripnya, kalau lumba-lumba diambil giginya doang, lalu dilepas juga. Kalau paus, dia ngambil gigi sama otaknya. Setelah itu dibuang kembali”. 

Greenpeace mengungkap, 200 ribu hiu setiap tahunnya terjerat oleh kapal penangkap ikan jarak jauh, untuk kemudian diambil siripnya. Ini dilakukan karena besarnya permintaan global terhadap sirip hiu. Diketahui sirip hiu sendiri bernilai ekonomi tinggi.

ribuan sirip hiu tersimpan dalam freezer kapal
Sirip ikan hiu ditemukan di lemari es Shuen De Ching No.888. Total ada karung berisi 75 kilogram sirip hiu dari sedikitnya 42 ekor hiu. Di bawah hukum Taiwan dan aturan penangkapan ikan Pasifik, sirip hiu tidak boleh melebihi 5% dari berat tangkapan hiu, dan dengan hanya tiga bangkai hiu yang dilaporkan dalam buku catatan, kapal tersebut jelas melanggar keduanya. / Foto: Paul Hilton / Greenpeace

Dengan merosotnya populasi hiu yang begitu besar, sudah pasti pula akan berdampak pada keseimbangan di lautan.

Pentingnya Hiu Bagi Ekosistem Laut

Grey reef sharks pada ekosistem terumbu karang. / Foto: Paul Hilton / Greenpeace

Masing-masing makhluk hidup mempunyai fungsinya sendiri di ekosistem, tak terkecuali hiu. Berikut beberapa alasan mengapa merosotnya populasi hiu menjadi berita yang buruk:

1. Keberadaan Hiu Berfungsi Menjaga Sistem Ekologi Laut

Seperti yang disebutkan di atas, hiu adalah predator puncak. Artinya, populasi hiu yang menurun membuat rantai makanan di lautan akan ikut terganggu dan kemungkinan besar satwa laut lainnya pun akan berkurang. 

Seperti halnya penurunan jumlah hiu di Atlantik Utara, jumlah ikan-ikan pari yang memakan kerang laut mengalami lonjakan populasi. Sekilas kelihatan bagus, namun akibatnya kebutuhan makanan ikan pari akan meningkat, sehingga populasi kerang laut berkurang. 

Ketika populasi kerang laut berkurang, maka kekeruhan air laut akan meningkat dan mengganggu proses fotosintesis tanaman laut. Sehingga, ikan-ikan lain yang berada di wilayah tersebut akan mudah tercemar dan seringnya berakhir mati.

2. Hiu Berperan Penting dalam Melindungi Terumbu Karang dan Populasi Ikan

Tak hanya memangsa ikan pari, hiu juga kerap memakan ikan berukuran sedang lainnya, seperti ikan kerapu yang memakan ikan-ikan kecil pemakan alga. Dengan berkurangnya populasi hiu, maka populasi ikan kerapu akan semakin banyak, sehingga populasi ikan pemakan alga menurun dan jumlah alga meningkat. 

Dengan meningkatnya jumlah alga, maka terumbu karang harus bersaing ketat dengan alga untuk mendapatkan nutrisi. Dengan begitu, kebutuhan nutrisi tak akan cukup menghidupi banyak terumbu karang, sehingga jumlahnya semakin berkurang. 

Dengan berkurangnya terumbu karang di lautan, secara otomatis ikan-ikan yang tinggal di sekitar terumbu karang pun akan ikut berkurang sehingga ekosistem laut menjadi tidak seimbang.

3. Hiu Membantu Memerangi Pemanasan Global

Dalam laporan yang diungkap National Science Foundation, ikan hiu juga memangsa ikan dugong pemakan rumput laut. Jika populasi hiu berkurang, otomatis populasi dugong bertambah, sehingga jumlah rumput laut yang bertanggung jawab dalam menyerap 10 persen karbon dioksida di lautan pun ikut berkurang.

Akibatnya, emisi karbon dioksida di lautan akan meningkat sehingga turut menyumbang untuk pemanasan global. Jika kita tarik lebih, berkurangnya jumlah ikan hiu di lautan juga berdampak besar terhadap kehidupan manusia di muka bumi.

4. Hiu Berperan sebagai ‘Penyembuh’ di Lautan

Bukan hanya memangsa ikan-ikan biasa, uniknya, ikan hiu juga memangsa ikan-ikan kecil yang sedang sakit. 

Saat populasi hiu berkurang, maka jumlah ikan yang sakit pun akan bertambah. Bukan hanya berbahaya bagi biota laut lainnya, penyebaran penyakit ini juga bisa membahayakan manusia sebagai agen omnivora tertinggi dalam jaring rantai makanan.

5. Hiu dalam Sektor Pariwisata Memiliki Nilai Ekonomi Tinggi

Dalam banyak penelitian, normalnya hiu-hiu tak tertarik menyerang manusia, berbanding terbalik seperti yang digambarkan di dalam film-film yang sering kita saksikan.

Dengan begitu, hiu bisa bersahabat dengan manusia dan menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan bahari. 

6. Kehidupan Manusia Ikut Terancam

aktivis greenpeace membentangkan banner

Berkurangnya populasi hiu, berarti kehidupan manusia akan terancam. Tidak seimbangnya rantai makanan akan mengacaukan kehidupan di lautan. Jumlah ikan yang biasa dikonsumsi manusia akan berkurang secara drastis, berbanding terbalik dengan jumlah manusia yang semakin bertambah.

Sebagai makluk hidup yang sangat bergantung pada alam, sudah seharusnya kita punya perhatian khusus padanya. Jangan biarkan masa depan kita direnggut oleh kerakusan!***

Baca juga: Perdagangan Global Daging Hiu, Inilah Negara-Negara Eksportir dan Importir Terbesar di Dunia

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan