Monster Kecil Penjajah Pulau Tunda

pulau tunda

Dari tahun ke tahun, Indonesia selalu masuk dalam jajaran negara yang menjadi list destinasi favorit para turis. Berdasarkan laporan dari Travel & Tourism Development Index 2021 yang diterbitkan Mei 2022 lalu, industri pariwisata Indonesia berada di peringkat 32 dari total 117 negara seluruh dunia 

Sebuah prestasi yang cukup apik, bukan?

Ditambah lagi, baru-baru ini Forbes menyatakan bahwa Indonesia berada di urutan pertama negara paling indah di dunia. Tak heran, karena negara ‘pecahan surga’ ini memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan masing-masing keindahannya.

Pulau Tunda, Serang, Banten

Pulau Tunda adalah salah satunya. Sebuah pulau kecil nan indah, yang keberadaannya tak jauh dari Ibu Kota.

Mari Berkenalan dengan Pulau Tunda

Spot menyelam (Diving) di Pulau Tunda. / Foto: Greenpeace / Jibriel Firman

Pulau Tunda, salah satu pulau terindah di Indonesia ini letaknya tidak jauh dari jantung pemerintahan Indonesia, Jakarta. 

Pulau yang memiliki luas 289,79 ha ini merupakan bagian dari gugusan Kepulauan Seribu. Tetapi, secara administratif surga kecil ini tidak berada di bawah pemerintahan Kep. Seribu melainkan berada di bawah pemerintahan daerah Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

Bukan sempurna namanya, jika sebuah pulau tidak memiliki 3 eksosistem kunci. Ya, pulau Tunda punya kesempurnaan itu. Dengan hamparan 7 jenis mangrove yang luas, padang lamun yang menjadi rumah aneka jenis cacing, moluska (siput dan kerang), teripang, ketam &udang, serta terumbu karang yang menjadi rumah bagi jutaan makhluk laut, pulau Tunda layak dibilang tempat idaman para biota laut.

Anemon dan clownfish disusupi monster kecil (plastik) di Pulau Tunda. / Foto: Alvi Apriayandi / Greenpeace

Yuk kenalan lebih lengkap dengan Pulau Tunda di sini: Menilik Pulau Tunda, Pulau Kecil Tak Jauh dari Ibu Kota

Tapi sayang seribu sayang, pulau ini sudah dijajah oleh para monster kecil yang hidupnya ‘abadi’. Ya, apalagi kalau bukan sampah plastik.

pulau tunda
Sampah plastik yang mengambang di sisi-sisi dermaga. / Foto: Indra Maulana

Sampah Plastik Eksis, Kehidupan Biota Laut Kian Terkikis

Nah, saat tim Ekspedisi Pembela Lautan 2022 Greenpeace Indonesia melakukan penulusuran di sepanjang pantai Cemara Barat, pulau Tunda, tim menemukan beragam sampah yang berserakan. Mulai kemasan plastik dari makanan & rumah tangga, sterofoam, bahkan sandal dan sepatu yang entah dari mana asalnya. 

Bahkan, saat dikumpulkan, sandal dan sepatu tersebut beberapa diantaranya masih layak dipakai.

Tumpukan sandal yang berserakan di pantai di Pulau Tunda. / Foto: Greenpeace / Jibriel Firman

Saat tim melakukan beach clean up dan brand audit (mengambil dan mengumpulkan sampah, kemudian mengategorikan sampah tersebut untuk tujuan mengetahui produk dari brand mana saja yang mendominasi), tim menemukan sampah plastik dari brand yang lekat dengan kita sehari-hari. Seperti Unilever, Mayora, WingsFood, Indofood, dan lain sebagainya.

Sampah plastik yang dikumpulkan dari pantai. / Foto: Greenpeace / Jibriel Firman

Tidak hanya itu, tim diving Ekspedisi Pembela Lautan juga menemukan beragam sampah di dasar laut yang sebagian menyangkut di terumbu karang.

Penyelam menunjukan sampa plastik kemasan Attack (PT. Kao Indonesia). / Foto: Alvi Apriayandi / Greenpeace

Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?

Berdasarkan pengakuan dari beberapa tokoh masyarakat pulau Tunda, sampah-sampah plastik yang setiap hari selalu muncul ini adalah kiriman sampah dari ibu kota Jakarta. Pun, masyarakat pulau Tunda juga mengaku tidak pernah membuang sampah apapun ke laut. Mereka memiliki tempat pembuangannya sendiri.

Nah, pernyataan ini tidak mengherankan.

Pasalnya menurut World Economic Forum (2021), Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya dan sebagian besar tidak dibuang dengan cara yang benar. Nah, di sini kita bisa menemukan korelasinya.

Belum lagi dari laporan dari hasil brand audit yang dilakukan oleh gerakan Pawai Bebas Plastik dari bulan Februari hingga Juni 2022 di 27 titik pantai di Indonesia, menunjukkan produsen Indofood, Unilever dan Mayora Indah menempati sebagai 3 besar penyumbang sampah kemasan plastik sekali pakai yang mencemari 27 titik pantai di Indonesia.

Karang keras, anemon, dan ikan badut di bawah laut Pulau Tunda. / Foto: Alvi Apriayandi / Greenpeace

Mampukah kita bayangkan, bagaimana monster-monster ‘abadi’ ini menjajah dan mengikis kehidupan makhluk hidup di pantai dan laut Indonesia.

Nasib Alam Pulau Tunda

Tiga ekosistem kunci laut yang ditemukan di Pulau Tunda ini sangatlah rentan akibat berbagai ancaman.

Selain dari masifnya limbah plastik, ancaman serius juga datang dari krisis iklim hingga dari kapal tongkang batu bara dan tangker minyak yang lalu lalang di bagian selatan Pulau Tunda, yang acapkali merusak terumbu karang dan mencemari lautan.

pulau tunda
Aktivis dan relawan Ocean Defender Greenpeace Indonesia menyampaikan pesan pelindungan laut Indonesia. / Foto: Greenpeace / Jibriel Firman

Deretan ancaman tersebut tentu menghantui keasrian Pulau Tunda dan mengancam mata pencaharian lokal disana, seperti nelayan kecil dan wisata bahari lokal.

Ini menyakitkan, tapi begitulah faktanya.

Mari kita jaga negeri Indah ini bersama. Terus bersuara dan lakukan aksi nyata!

Aktivis, relawan, mahasiswa UNIBA dan warga Pulau Tunda sepakat memerangi plastik. / Foto: Greenpeace / Jibriel Firman

Baca juga: Cerita Ekspedisi Pembela Lautan – Bagaimana Nasib Pulau Kecil di Indonesia ?

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan