Udara Buruk Jakarta, Apa Artinya Bagi Laut ?

Jakarta kembali bertengger di posisi pertama kota dengan kualitas udara terburuk dunia dengan angka 181 AQI US menurut IQAir.  Udara buruk Jakarta tercatat pada 18 Juni 2022. Angka itu menunjukkan kualitas udara Jakarta tidak sehat.

Ada banyak faktor yang membuat kualitas udara Jakarta buruk. Salah satu peran industri seperti pembangkit listrik berbahan akar fosil (batu bara) salah satu penyebab yang sigifikan.

Fakta itu lantas tak hanya menjadikan udara Jakarta tidak sehat untuk dihirup warga, namun juga secara tidak langsung akan menambah catatan buruk bagi fenomena pengasaman laut.

Perlu kita garis bawahi bersama, aktivitas-aktivitas di daratan sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang kompleks, tidak terkecuali lautan. Udara Jakarta yang buruk juga akan berdampak buruk bagi lautan, ekosistem, serta masyarakat pesisir pada akhirnya.

Udara Buruk Mengubah Kimiawi Lautan

Proses pengasaman laut. / Youtube: Greenpeace

Pengasaman laut didefinisikan sebagai penurunan pH laut, terjadinya perubahan kimiawi di laut. Hal itu disebabkan oleh peningkatan karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang kemudian diserap oleh laut dan membuatnya menjadi lebih asam. Hal ini sangat mengkhawatirkan bagi masa depan laut dan kehidupan.

Pengasaman laut dilaporkan oleh para peneliti dapat menyebabkan perubahan kimiawi air dan dampaknya bisa membuat ekosistem laut rusak yang kemudian berbahaya bagi flora dan fauna yang hidup di dalamnya. Fenomena pengasaman laut dilaporkan dapat mengganggu flora fauna pengapur laut, seperti karang, krustasea, dan moluska. Mereka membutuhkan ion karbonat untuk membangun cangkang dan kerangka. Kondisi laut yang semakin asam akan mengganggu ion karbonat tersebut.

Kita ketahui bersama bahwa terumbu karang adalah ekosistem yang sangat vital di laut, rumah bagi ribuan organisme laut. Bahkan, masyarakat juga bergantung pada kesehatan ekosistem terumbu karang, mulai dari kegiatan perikanan hingga pariwisata.

Selain itu, peneliti dari University of Adelaide telah mengungkap pengasaman laut akibat pemanasan global mempegaruhi cara ikan berinteraksi dalam kelompoknya. Banyak spesies agregasi tropis bergeser ke arah kutub di bawah tekanan pemanasan laut saat ini dan berinteraksi dengan cara baru dengan ikan di daerah yang lebih beriklim sedang.

pengasaman laut Fenomena pemutihan karang (coral bleaching). / Foto: Lion Yang / Greenpeace

Pemerintah harus segera dan tidak boleh menganggap fakta ini sebagian-sebagian. Perubahan model pembangunan harus segera dilakukan oleh pemerintah demi meyelamatkan laut dan masyarakat.

Transisi dari energi kotor harus segera dilakukan. Penguatan ketersediaan fasilitas trasportasi publik harus didukung dan diperbanyak.

Tak hanya pemerintah, kita juga bisa turut mempercepat penanganan terkait pengasaman laut. Mulai meggunakan trasportasi publik dan tetap mendorong komitmen para pemimpin untuk implementasi nyata dalam mengatasi krisis iklim.***

Baca juga: Global Warming dan Ekosistem Pesisir

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan