Terumbu Karang juga Bisa Stres, Kenapa?

Dewasa ini para pengamat kesehatan manusia mengemukakan bahwa generasi milenial rentan mengalami kesehatan mental yang berujung pada stres. Ternyata, gangguan akibat tekanan lingkungan yang bisa mengakibatkan stres tidak hanya terjadi pada manusia saja, melainkan juga terjadi pada hewan karang.

Karang yang stres bisa berujung pada kematian. Jika kematian masal terjadi pada koloni-koloni karang maka akan mengganggu kesehatan ekologi dalam ekosistem terumbu karang.

Jika kesehatan ekosistem terganggu bukan saja karang itu sendiri, seisi makhluk hidup yang ada di dalamnya seperti kelompok ikan dan kelompok moluska juga akan terganggu.

Jika organisme bernilai ekonomis menghilang, maka mata pecaharian masyarakat yang bergantung padanya juga akan hilang. Menyedihkan bukan?

Bagaimana Hewan Karang Bisa Stres?

Secara biologis, hewan karang hidup tidak sendiri, melainkan ia bergantung pada organisme yang disebut zooxanthella. Zooxanthella adalah mikroalga dari kelompok dinoflagellata yang hidup sebagai simbion didalam jaringan endoderm karang.

Nah, fenomena karang menjadi stres adalah saat ia ditinggal oleh zooxanthella. Sedih ya, ditinggal memang tidak mengenakan.

Zooxathella tidak hanya hidup pada kelompok karang keras, tapi juga hidup pada kelompok karang lunak (Soft Coral), zoanthid dan anemon serta di kima.

Seperti Apa Perilaku Karang yang Stres?

Apakah kamu pernah melihat terumbu karang yang berwarna-warni? Ya, bisa dipastikan itu adalah karang yang sehat. Namun, apakah kamu juga pernah melihat terumbu karang yang putih seperti pucat?

Penyelam menunjukan karang hidup dan karang yang mengalami bleacing. / Foto: Greepeace / Harriet Spark

Karang yang memutih itu bisa menjadi indikasi stres. Perilaku tersebut juga biasa disebut bleaching. Kejadian bleaching di karang merupakan peristiwa keluarnya zooxanthella dari karang. Koloni karang yang awalnya memacarkan warna yang indah perlahan berubah menjadi putih.

Fenomena bleaching ini tidak hanya terjadi pada karang keras yang memutih tetapi semua hewan yang bersimbios dengan zooxanthella.

Apa Saja Penyebab Karang Stres Hingga Bleaching?

Menurut Coremap perubahan suhu air laut di atas atau di bawah normal ditenggarai menjadi penyebab utama bleaching. Kondisi normal, karang dapat tumbuh dengan baik dan optimal di laut tropis pada suhu 28 – 29 derajat celcius. Jika kondisi terjadi kenaikan suhu 2 – 3 derajat celcius diatas atau dibawah normal dalam kurun waktu antara 1 hingga 2 minggu maka karang akan menunjukkan tanda-tanda terjadinya bleaching. Bila kondisi tersebut berlanjut hingga satu bulan, maka seluruh koloni karang, karang lunak, anemon dan zoanthid akan memutih dan akan mengalami kematian bila kenaikan suhu atau penurunan suhu hingga mencapai minggu ke enam.

Selajutnya Coremap juga melaporkan penyebab terjadi kenaikan massa air laut pada umumnya akibat adanya peristiwa El Nino. Masa air laut yang hangat ini biasanya muncul dari  lautan Pasifik, laut sekitar Australia, Laut Cina selatan atau kadang muncul di laut Andaman. Penyebab munculnya massa air hangat ini sampai saat ini masih menjadi perdebatan.

Divers holding a sign underwater on the Great Barrier Reef, near bleached coral.

El Nino dan kejadian bleaching diyakini merupakan akibat terjadinya perubahan iklim global (krisis iklim). Kejadian-kejadian EL Nino sebenarnya telah terjadi pada tahun masa lalu namun frekuensi kejadian  El Nino menjadi lebih sering.

Hal ini dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu 25 tahun terakhir telah sedikitnya 4 kali kejadian El Nino yang disertai fenomena bleaching karang.

Fenomena Bleaching Skala Besar di Berbagai Lokasi di Indonesia

Menurut laporan Coremap, kejadian bleaching yang bersamaam dengan El Nino di Indonesia yang tercatat pertama kali terjadi pada tahun 1982 – 1983, yang menyebabkan kematian karang secara masal di Laut Cina selatan, Laut Jawa dan Selat Sunda. Setiap kejadian fenomena bleaching, kematian karang dapat mencapai 80-90%.

Terumbu karang yang mengalami bleaching. / Foto: Harriet Spark / Greenpeace

Kematian karang di Pulau Seribu dan Pulau-Pulau Karimunjawa dilaporkan mencapai 90%.

Pada tahun 1997-1998 terjadi lagi El Nino dan mengakibat kematian karang secara masal di Laut Cina Selatan, Laut Jawa hingga mencapai 60 -70%.

Pada saat yang bersamaan di bagian barat Sumatera bagian selatan juga terjadi kematian karang secara masal namun penyebabkan bukan karena naiknya suhu tetapi terjadi penurunan hingga dibawah 26oC. Kematian karang di bagian barat Sumatera ini mencapai 90%. Kejadian El Nino pada saat itu bersamaan dengan kejadian IOD (Idian Ocean Dipolemode).

Pada tahun 2010 terjadi bleaching karang di Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau dan disekitar Aceh terutama di Pulau Weh. Namun massa hangat air ini tidak berlanjut keselatan sehingga terumbu karang di Bangka Belitung dan Pulau Seribu selamat.

Pada tahun 2016 karang yang mengalami bleaching karang terjadi bagian barat Sumatera, Pantai selatan jawa, Bali, Lombok hingga selatan NTT dan NTB.

Masa air yang hangat ini muncul pada bulan maret dan kematian masal karang sangat bervariasi. Kematian karang pada tahun 2016 juga terjadi di Great Barrier Reef Australia dan kematian karang dilaporkan mencapai 90%.

Bagaimana Memulihkan Karang yang Stres?

Aktivis Greenpeace memprotes kapal tongkang batubara di perairan Karimunjawa. / Foto: Greenpeace

Hasil pengamatan Coremap yang dilakukan di Pulau Seribu diketahui bahwa persentase tutupan karang kembali seperti semula butuh waktu sekitar 7-10 tahun sedangkan keanekaragaman jenis karangnya membutuhkan waktu yang lebih lama.

Permasalahannya adalah frekuensi El Nino yang disertai dengan kejadian bleaching menjadi lebih sering, yang dikhawatirkan adalah bila terjadi bleaching dan proses pemulihan belum selesai namun terjadi lagi kejadian bleaching maka terumbu  karang akan  mengalami kerusakan yang parah.

Greenpeace berpendapat dalam laporan “Laut Indonesia dalam Krisis” untuk dapat menyelamatkan 10% terumbu karang di seluruh dunia membutuhkan pembatasan perubahan iklim di bawah 1,5 derajat celcius relatif dari tingkat sebelum masa industrial.***

Baca juga: Udara Buruk Jakarta, Apa Artinya Bagi Laut ?

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan