Sungai Ciliwung Masih Kotor?

Mungkin sebagian besar masyarakat Jakarta sudah tidak asing lagi dengan sampah yang hanyut setiap waktunya di beberapa sungai yang ada seperti Sungai Ciliwung.

Namun aku yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Ibu Kota Jakarta merasa itu sangat riskan akan bahaya kepada masyarakat itu sendiri.

Mulai dari bencana alam banjir bahkan penyakit yang sewaktu waktu bisa menyerang siapa saja. Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan yang ada di kampungku.

Sungai Ciliwung begitu dipenuhi oleh sampah plastik dari limbah rumah tangga pada umumnya. Aku heran dengan hal semacam ini.

Padahal sudah banyak pemberitahuan larangan buang sampah ke sungai mulai dari iklan televisi, kemasan produk, media massa, bahkan semasa di sekolah guru tidak bosannya memberi tahu perihal larangan buang sampah sembarangan.

Namun masyarakat masih saja melakukannya. Sampah yang kita buang ke sungai tidak cukup berhenti di situ. Mereka mengalir terus ke hilir hingga ke laut.

Hewan hewan di laut dan nelayanlah yang bakal menjadi korban. Ikan yang mati akibat mengonsumsi plastik dan jumlah tangkapan nelayan yang di dominasi oleh limbah plastik.

Selain itu masyarakat pinggiran sungai Ciliwung juga masih banyak yang memanfaatkan sungai Ciliwung sebagai kebutuhan sehari hari.

Mulai dari mandi, mencuci pakaian, dan mencuci peralatan dapur. Ini cukup berdampak pada kesehatan masyarakat itu sendiri.

Meskipun telah memiliki dinas kebersihan kota, tapi tetap kewalahan untuk menangani sampah yang dihasilkan oleh warga.

Mengatur sampah bukanlah perkara mudah. Agar sampah dikelola dengan baik maka harus melibatkan warga.

Termasuk  mengubah perilaku warga untuk tidak lagi buang sampah ke sungai. Dibutuhkan sosialisasi, edukasi dan komitmen dari warga serta pemerintah untuk selalu bersinergi bersama.

Yuk! mari jaga lingkungan kita untuk selalu tetap bersih dan asri!

Editor : Annisa Dian Ndari.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan