Sampah Plastik menjadi Ancaman

Jika dibahas, persoalan mengenai sampah tak pernah ada habisnya mulai dari populasi manusia yang meningkat,  masyarakat yang kurang bertanggung jawab, masyarakat yang konsumtif, sistem manajemen persampahan yang belum tepat, dan pola hidup masyarakat yang tidak mengikuti “green life stlye” sudah pasti diikuti dengan meningkatnya produksi sampah di Indonesia.

Terlebih sampah plastik, banyak dari sampah plastik tidak sampai ke tempat pembuangan sampah dan hanya sedikit yang dapat di daur ulang.

Plastik butuh waktu 450-1000 tahun untuk terurai di lautan, dan itu berdampak pada organisme laut yang terjerat atau menelan sampah plastik. Hal ini menyebabkan pertumbuhan biota laut terhambat, bahkan menyebabkan kematian.

  • Indonesia menjadi penyumbang limbah plastik kedua terbesar ke laut di dunia.

Hasil gambar untuk sampah plastik yang ada di laut

Dengan total 187,2 juta ton sampah plastik yang terbuang ke laut, telah sukses membuat Indonesia menempati peringkat ke 2 dalam penyumbang limbah pastik ke laut di dunia setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton.

Sampah yang tidak terkelola dan pola masyarakat membuang sampah di sungai ataupun kawasan pesisir menjadi faktor pendukung adanya sampah di lautan.

  • Di Indonesia, 9,85 miliar sampah kantong plastik di hasilkan setiap tahunnya.

Gambar terkait

Selama lebih dari 50 tahun, produksi dan konsumsi plastik global terus meningkat. Plastik secara bertahap menggantikan bahan-bahan seperti kaca dan logam, saat ini rata-rata orang di Indonesia setiap tahunnya menghasilkan 9,85 miliar sampah kantong plastik. Kira-kira apa ya dampaknya?

  1. Tercemarnya tanah, air tanah, dan juga makhluk hidup bawah tanah.
  2. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan berpotensi untuk membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah, termasuk cacing.
  3. PCB (polychlorinated biphenyl) yang tidak terurai walaupun sudah termakan oleh para hewan dan tumbuhan akan menjadi suatu racun berantai sesuai urutan makanannya. Yang mana, tidak menutup kemungkinan bahwa manusia, termasuk kita sendiri, ada di dalam rantai makanan tersebut.
  4. Sampah plastik akan mengganggu jalur terserapnya air ke dalam tanah.
  5. Menurukan kesuburan tanah. Hal ini dikarenakan plastik juga dapat menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk hidup bawah tanah yang berperan dalam proses penyuburan tanah.
  6. Sampah plastik yang susah diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan semakin mempermudah untuk diterbangkan angina sehingga tidak menutup kemungkinan untuk mencemari lautan dan wilayah-wilayah lainnya secara bergantian.
  7. Hewan-hewan dapat terjebak dalam tumpukan sampah plastic hingga mati.
  8. Hewan-hewan laut, seperti lumba-lumba, penyu, dan anjing laut menganggap sampah atau kantong plastik sebagai makanannya sehingga mereka akhirnya bisa mati hanya gara-gara memakannya dan tidak mampu mencernanya.
  9. Ketika hewan-hewan yang menelan sampah atau kantong plastik mati, maka sampah atau kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tersebut tidak akan hancur dan tetap utuh sehingga akhirnya akan menjadi bangkai yang dapat meracuni hewan lainnya, manusia yang berada di sekitarnya, hingga mencemari lingkungan dengan baunya yang biasanya busuk dan menyengat.

Hasil gambar untuk sampah plastik yang dimakan oleh hewan lautHasil gambar untuk sampah plastik yang dimakan oleh hewan laut

Sampah-sampah yang diproduksi ini ditindaklanjuti dengan dikelola (7%), dibakar (5%), dikompos dan didaur ulang (7%), dikubur (10%), dan yang paling besar ditimbun saja di TPA alias Tempat Pembuangan Akhir (69%).

Yha, setelah diangkut dari timbunan sampah di depan rumah, sampah-sampah pun akan berakhir dengan ditimbun pula. Ditimbun lagi. Ditimbun melulu.

Ternyata, sampah-sampah yang ditumpuk begitu saja tanpa dipilah dan diolah dapat mengancam keselamatan jiwa dan raga, tau.

Tumpukan sampah ini, kalau kena air hujan terus menerus, akan menghasilkan gas metana.

Nah, dalam tumpukan tadi, gas metana pun “terkungkung” karena tumpukan sampah ini nga punya “pori-pori”. Akibatnya apa?

Gas metana yang terjebak tadi bisa menjelma menjadi percikan api hingga ledakan. Iya, meledak! Efeknya pun nga main-main.

Sebagai contoh, di Filipina, kejadian ini terjadi tahun 2000 lalu dan memakan korban jiwa sebanyak kurang lebih 200 orang, sementara ratusan orang lainnya hilang.

Ngeri nggak sih?

Hasil gambar untuk penyu makan sampah plastik

Fakta lho!

  • Sisa-sisa kantong plastik telah banyak ditemukan di dalam kerongkongan anak elang laut di pulau Midway, Lautan Pasific.
  • Sekitar 80% sampah di lautan merupakan sampah yang berasal dari daratan, di mana hampir 90%-nya adalah sampah plastik.
  • Pada bulan Juni 2006 lalu, program lingkungan PBB memperkirakan bahwa dalam setiap mil persegi terdapat setidaknya 46.000 sampah plastik yang mengambang di lautan.
  • Plastik setidaknya telah membunuh hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia laut, dan juga ikan-ikan yang sudah tidak terhitung lagi jumlahnya dalam setiap tahunnya.
  • Banyak hewan penyu di kepulauan Seribu yang mati hanya karena memakan plastik yang dikiranya sebuah ubur-ubur, salah satu makanan kesukaan penyu.

Hasil gambar untuk laut yang penuh dengan sampah plastik

Dari kebiasaan yang ternyata berdampak cukup mengerikan ini, sudah saatnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk lebih memperhatikan sistem pengelolaan sampah terutama sampah plastik.

Nyatanya, ada kok beberapa cara yang patut ditiru Indonesia agar kita mengurangi penggunaan si sampah plastik ini.

Salah satunya adalah dengan cara membawa tas belanja sendiri jika ingin pergi berbalanja, agar kita membawa barang belanjaan menggunakan tas belanja yang bisa dipakai berkali-kali, bukan kantong plastik yang hanya bisa digunakan sekali pakai (pake, buang, pake, buang).

Kalau masih cinta dengan negara kita Indonesia, yuk kita jaga lingkungan Indonesia dari sampah plastik dengan cara membuang sampah pada tempatnya, memberi kesadaran kepada orang lain, dan mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari.

Editor : Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan