Pantai Tanjung Setia dan Krisis Kesetiaan

Akhir November 2018 lalu, saya sempat berkunjung ke Pantai Tanjung Setia. Ini pertama kali saya menginjakkan kaki di sana. Saya langsung jatuh cinta dengan pesonanya!

Bagi peselancar sejati, Pantai Tanjung Setia termasuk lokasi pilihan mengarungi keseruan ombak di Indonesia. Pantai ini berada di Pesisir Barat Sumatera, Lampung. Karena letaknya berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, bangkitan gelombang di Pantai Tanjung Setia tentu menjadi tantangan yang menggoda. Berdasarkan ulasan WisataSumatera.Com dan PedomanWisata.Com, rentang Juni ke Agustus adalah waktu yang tepat menuntaskan godaan itu.

Pesona Tanjung Setia

Untuk saya dan kamu yang bukan peselancar, maka deru ombak, garis pantai, keseharian nelayan, ikan bakar dan terbenamnya matahari justru menjadi tawaran dari Pantai Tanjung Setia yang layak dinikmati.

Namun disayangkan, pesona Pantai Tanjung Setia ternoda! Ada banyak sampah plastik yang mudah dijumpai. Saya menyisir pantai dengan cepat dan melihat lebih dekat. Sejumlah pembungkus makanan bermerek, termasuk air minuman dalam kemasan plastik produksi lokal, mendominasi temuan saya.

Kondisi seperti itukah yang juga kita inginkan, saat suatu kawasan berkembang menjadi destinasi wisata?

Senja itu di Pantai Tanjung Setia, saat matahari mulai sembunyi, saya kembali menyadari bahwa “krisis kesetiaan” manusia terhadap keselamatan sesama dan alamnya, masih saja terjadi, sejadi-jadinya!

Lantas, apa yang bisa kita lakukan? Banyak hal yang bisa dilakukan, tapi terpenting sebelum menentukan sejumlah tindakan adalah menyadari dan memahami akar masalah dari krisis pencemaran sampah plastik saat ini. Setuju?

Laporan ini dan video kampanye Greenpeace Indonesia berikut semoga dapat memantik keresahan, kesadaran dan tindakan kita bersama untuk #BreakFreeFromPlastic!

https://www.instagram.com/p/BpRYd7hAMFT

Apakah kamu punya pengalaman dan pengamatan yang sama di lokasi wisata lainnya? Yuk, berbagi!

Sila manfaatkan kolom komentar untuk bertanya ataupun memberi pandangan! Kamu juga bisa turut aktif berbagi cerita di portal ini dengan mendaftar di sini.

Ayo berbagi dan bergerak bersama!

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan