Kebutuhan yang Terperangkap

Ketika saya berbelanja mencari bahan-bahan untuk membuat lasagna dan kudapan.

Manusia tidak diciptakan hidup tanpa berdampingan dengan segala jenis isi di bumi, maka dari itu saya percaya kita harus hidup dengan tanpa sengaja merusak alam, tak terkecuali lautan.

Sayangnya, sekarang banyak dari kita tidak menyadari perilaku kita yang nyatanya berkontribusi mencemari laut. Contohnya adalah ketika kita membeli produk dalam kemasan plastik tanpa mempertimbangkannya.

Satu hari terdiri dari 24 jam, 1440 menit dan 86400 detik, namun pernahkah kamu memakai waktumu untuk mempertimbangkan dampak dari produk yang kamu konsumsi terhadap laut dan ekosistemnya?

Atau pernahkah kamu mencari tahu informasi terakurat mengenai kandungan produk dan pihak yang memproduksi produk tersebut?

Apakah produsen tersebut berkontribusi untuk melestarikan lingkungan atau bahkan merusaknya?

Jika kamu belum pernah menggunakan waktumu untuk tahu seperti apa perilaku pembeli yang bijak, izinkan saya untuk membagikan gagasan saya agar kita bisa bersama-sama menjadi pembeli yang bijak.

Setiap berpergian, saya akan mengupayakan untuk selalu membawa botol minum (tumbler) atau langsung di gelas kaca yang disediakan.

Tetapi ketika saya lupa membawa tumbler dan tak bisa menahan haus, saya membeli air kemasan botol plastik. Butuh lima menit untuk saya memilih produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan butuh lebih dari lima menit untuk membeli produk non-AMDK. Apa saja yang saya pertimbangkan?

1. Kenali PT yang memproduksi: apabila dari PT yang terbukti merusak lingkungan, saya tidak membelinya.

2. Hitung kadar gula: mengingat bahwa batas konsumsi gula yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan RI (Kemkes) per orang per hari yaitu 50 gram (4 sendok makan) gula.

Pertimbangkan jumlah gula dari minuman yang akan dikonsumsi dengan kadar gula pada nasi ataupun kudapan lain yang sebelumnya telah dikonsumsi dan atau akan kamu konsumsi setelahnya.

3. Ketahui jumlah orang: pertimbangkan berapa orang yang akan meminum produk tersebut, jika banyak, akan lebih baik membeli kemasan yang besar untuk mengurangi jumlah sampah.

Ketika kita sudah terbiasa melalukan ketiga kebiasaan tersebut, secara otomatis akan mulai menantang diri untuk mempertimbangkan produk lainnya sebelum kita membeli, mengkonsumsi dan atau mempergunakan produk tersebut.

Dengan memulai tiga hal tadi, saya percaya bahwa kamu, dia, dan mereka bisa menjadi pembeli yang bijak dan dari kebiasaan itu kita bisa mengurangi sampah dan berkontribusi untuk menciptakan laut sehat.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan