Sebuah Pengalaman Traveling Seru di Kepulauan Seribu

Suatu waktu di pertengahan tahun 2016 saya berkesempatan mengunjungi Kepulauan Seribu.

Gugusan kepulauan di Teluk Jakarta menjadi tempat bagi saya dan beberapa teman untuk mencari ketenangan dari hiruk pikuk Jakarta.

Destinasi saya pertama adalah Pulau Genteng Kecil. Di pulau ini terdapat sebuah resort yang nantinya akan menjadi tempat menginap bagi saya dan teman-teman.

Perjalanan kesana dimulai dengan menaiki kapa boat dari Dermaga Ancol sekitar jam 7 pagi. Waktu yang ditempuh sekitar 45 menit karena kita akan melewati beberapa pulau seperti Pulau Bidadari. Pulau Pramuka, Pulau Tidung, Pulau Kotok dan beberapa pulau lainnya.

Setelah tiba di Pulau Genteng, kita akan langsung dmanjakan dengan pemandangan pantai nan cantik yang mengelilingi pulaudan ikan kecil yang berenang disekitar dermaga.

Angin pantai berpadu dengan suara alunan ombak sudah menghipnotis kami semua. Semua itu menjadi daya tarik tersendiri sepertinya bagi wisatawan untuk menikmati keindahan sambil bermain di sekitar pantai.

Satu hal yang mungkin membuat saya dan teman-teman sedikit terkejut adalah air di villa yang agak payau, ternyata suplai air di pulau ini berasal dari air laut yang sudah disuling jadi wajar rasanya agak sedikit berbeda namun tetap saja terasa segar di tengah teriknya matahari Kepualauan Seribu.

Detik-detik matahari terbenam di pelabuhan Genteng Kecil ini juga menjadi tempat favorit. Bersantai menikmati warna langit yang jingga dan deburan ombak pasang, ditemani segelas teh hangat. Bagakani obat stress yang paling mengasyikkan.

Setelah melakukan berbagai rangkaian kegiatan relaksasi di Pulau Genteng Kecil, pada hari ke 3 kami di ajak untuk snorkeling. Ini merupakan momen yang saya tunggu-tunggu, dengan menggunakan Boat kecil kami pun di bawa ke beberapa spot yang menyajikan pemandangan terumbu karang yang eksotis.

Pengalaman snorkeling pertama di Kepulauan Seribu. Kamin di bawa dengan sebuah kapal boat kecil dan ada beberapa spot yang cocok untuk menikmati keeksotisan terumbu karang dan ikan beraneka jenis.

Kehadiran ubur-ubur sempat membuat saya panik karena sengatannya, tapi tetap tidak menghalangi keinginan saya untuk terus menikmati keidahan bawah laut yang luar biasa.

Setelah bersnorkeling ria kami mengunjungi Pulau Perak, Pulau tak berpenghuni yang didominasi pantai berpasir putih dan air yang super jernih ini menjadi destinasi setelah aktivitas snorkeling, Arus di sekitar pantai lumayan kencang.

Saya sempat kehilangan kacamata karena terbawa oleh arus air laut ketika sedang berfoto di pantai, namun mukjizat kacamata yang sekecil itu dapat ditemukan oleh guide yang mencari di sekitar pulau, fiuh Thank God. Hal itu menjadi pengalaman yang paling unik dan tak terlupakan.

Karena di Pulau Perak tidak ada penghuninya alhasil perut kita masih keroncongan pasca snorkeling masih belum bisa diisi. Akhirnya kita menuju Pulau Kotok, disini ada beberapa warung yang berjualan makanan. Tidak hanya itu di pulau ini juga menyediakan ayunan sebagai pelengkap istirahat siang kita.

Waktunya kembali ke Pulau Genteng Kecil. Sepanjang perjalanan banyak sekali pemandangan yang luar biasa. Rasanya tidak mau pulang dan ingin jadi penduduk Kepulauan Seribu. Asik sekali pasti ya rasanya setiap hari pemandangannya laut lepas dengan langit tanpa batas.

Nah, setelah tiga hari berlibur di sini ternyata dibalik rasa bahagia saya tersimpan kegelisahan dan kejengkelan. Why? Karena di setiap sudut pantau bahkan di laut lepas masih ada banyak sampah masih mengapung. Mayoritas sampah yang bertebaran adalah botol plastik.

Sedih banget deh rasanya keindahan laut negara kita jadi rusak gara-gara sampah kita sendiri. Botol plastik dan sampah plastik lain yang sulit di uraikan ini masih tetap abadi dan membahayakan laut.

Nggak mau kan kalau sampah merusak ekosistem laut di Indonesia sampai laut isinya sampah dan ikannya keracunan zat kimia?

Yuk sama-sama kita perangi plastik dengan kurangi penggunaannya mulai dari sekarang. Mulai dari botol, kemasan makanan, kantong belanja yang terbbuat dari plastik.

Liburan sudah usai, saya dan teman-teman kembali lagi ke Jakarta, namun rasa hembusan angin di Kepualauan Seribu masih melekat dihati.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan