Dampak Krisis Iklim Kini dan Nanti

Salah satu krisis yang tengah dialami masyarakat di seluruh dunia disebabkan oleh perubahan iklim. Perubahan iklim terjadi ketika suhu rata-rata bumi meningkat dalam jangka waktu yang lama, disebabkan gas rumah kaca yang terjebak di stratosfer.

Gas rumah kaca disebabkan kegiatan manusia yang melepaskan emisi ke udara, khususnya pembakaran energi fosil serta penggundulan dan penggunaan lahan serta perilaku gaya hidup yang menyebabkan konsumerisme lainnya.

Kenapa disebut krisis? Karena dampak dari perubahan iklim sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia. Di antaranya akan mempengaruhi kondisi tempat tinggal, ketersediaan pangan, kesehatan, keselamatan hidup dan bahkan keamanan negara.

Ah masa? Kok gak ada dari itu semua yang kita rasakan sekarang?

Pertama, kita belum melihat yang terburuk dari krisis iklim karena iklim butuh waktu yang lama untuk berinteraksi dengan ekosistem. Dampak terbesar dari pemanasan global yang kita sebabkan sekarang baru akan dirasakan oleh generasi setelah kita.

Kedua, dampak dari krisis iklim itu gak serentak dan gak merata, karena beberapa tempat di bumi ini lebih sensitif terhadap iklim dari tempat lainnya. Ada beberapa tempat yang sudah merasakan krisis iklim. California baru saja mengalami salah satu kebakaran terhebatnya karena pemanasan global.

Beberapa titik kebakaran hutan di Australia semakin parah karena suhu meningkat. Beberapa negara di Afrika sudah mengalami krisis air bersih karena kemarau dan gletser yang mengering. Gurun pasir Australia daratan kering, dan cuaca ekstrem membuat Negeri Kanguru identik dengan kebakaran hutan. Kebakaran hutan kali ini bahkan disebut-sebut lebih parah dari sebelumnya dan menjadi yang terburuk dalam sejarah Australia.

Di Indonesia, desa-desa pesisir di Demak sudah perlahan ‘dimakan’ tepi laut karena kenaikan permukaan air laut, kemudian beberapa wilayah termasuk Jabodetabek sering dilanda banjir besar. Jadi apakah kamu sudah sadar sampai disini dampak dari krisis perubahan iklim ?

Menyusul gelombang panas, pemanasan global, kebakaran hutan, badai, kemarau dan peningkatan jumlah topan, badan cuaca PBB memperingatkan bahwa jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan internasional dapat meningkat sebesar 50 persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan 108 juta orang yang membutuhkan bantuan pada tahun 2018.

Dalam sebuah laporan baru yang dirilis bersama mitra-mitranya hari Selasa (13/10), Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan semakin banyak bencana terkait cuaca terjadi setiap tahun. Menurut WMO, lebih dari 11.000 bencana telah dikaitkan dengan cuaca, iklim dan fenomena seperti tsunami yang terkait dengan air selama 50 tahun terakhir, menyebabkan 2 juta kematian dan menimbulkan kerugian ekonomi sebesar 3,6 triliun dolar.

Dalam suatu perkembangan yang memberi harapan selama periode itu, jumlah rata-rata kematian dari masing-masing bencana cuaca menurun sepertiga setiap tahun, meskipun jumlah bencana dan kerugian ekonomi meningkat.

Laporan Kondisi Iklim tahun 2020, yang disusun oleh 16 lembaga internasional dan institusi keuangan, menyerukan kepada pemerintah untuk memberikan lebih banyak dana bagi sistem peringatan dini sehingga dapat meningkatkan kemampuan negara-negara dalam mempersiapkan, menanggapi dan dapat mengurangi dampak dari bencana alam.

Sementara COVID-19 menyebabkan krisis kesehatan internasional dan ekonomi yang besar, yang membutuhkan waktu beberapa tahun untuk pulih, adalah penting untuk mengingat bahwa perubahan iklim akan terus menimbulkan dan meningkatkan ancaman terhadap kehidupan manusia, ekosistem, ekonomi dan masyarakat dalam berabad-abad yang akan datang.

Perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat. Kenaikan suhu bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem wilayah pesisir.

Terlalu tingginya curah hujan akan mengakibatkan menurunnya kualitas sumber air. Selain itu, kenaikan suhu juga mengakibatkan kadar klorin pada air bersih.

Pemanasan global akan meningkatkan jumlah air pada atmosfer, yang kemudian meningkatkan curah hujan. Meski kenaikkan curah hujan sebetulnya dapat meningkatkan jumlah sumber air bersih, namun curah hujan yang terlalu tinggi mengakibatkan tingginya kemungkinan air untuk langsung kembali ke laut, tanpa sempat tersimpan dalam sumber air bersih untuk digunakan manusia.

Perubahan iklim berdampak sangat buruk bagi dunia terutama Indonesia, khususnya pada sektor keamanan pangan dan sektor perikanan. Kekeringan yang terjadi di Indonesia mengubah pola tanam yang mengakibatkan gagal panen. Selain itu, perubahan iklim juga mengubah arus laut dan menyebabkan pengasaman laut, sehingga menyebabkan menurunnya hasil tangkapan ikan.

Iklim adalah rata-rata cuaca dimana cuaca merupakan keadaan atmosfer pada suatu saat di waktu tertentu. Iklim didefinisikan sebagai ukuran rata-rata dan variabilitas kuantitas yang relevan dari variabel tertentu (seperti temperatur, curah hujan atau angin), pada periode waktu tertentu, yang merentang dari bulanan hingga tahunan atau jutaan tahun.

Iklim berubah secara terus menerus karena interaksi antara komponen-komponennya dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor disebabkan oleh kegiatan manusia seperti misalnya perubahan pengunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil.

Pada dasarnya, Gas Rumah Kaca dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi tetap stabil. Akan tetapi, konsentrasi Gas Rumah kaca yang semakin meningkat membuat lapisan atmosfer semakin tebal. Penebalan lapisan atmosfer tersebut menyebabkan jumlah panas bumi yang terperangkap di atmosfer bumi semakin banyak, sehingga mengakibatkan peningkatan suhu bumi, yang disebut dengan pemanasan global.

Kasus gagal panen akibat kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim terjadi di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Puluhan hektar sawah di Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar tersebut dipastikan gagal panen akibat kekeringan dengan kerugian mencapai puluhan juta rupiah.

Tidak hanya Kecamatan Bangkinang, namun gagal panen akibat kekeringan ini diperkirakan akan melanda ratusan hektar sawah lain di seluruh Kabupaten Kampar. Kekeringan ini merupakan yang terburuk selama dua puluh tahun terakhir.

Dan perubahan iklim menyebabkan banyak masalah lingkungan. Hal yang sudah mulai terjadi adalah fenomena es di kutub-kutub bumi meleh yang menyebabkan permukaan air naik sehingga menyebabkan banjir. Ditambah lagi cuaca ekstrim yang belakangan ini sering terjadi. Misalnya saja, musim kemarau yang berkepanjangan,

Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada lingkungan saja, tetapi juga pada perilaku, fisik dan mental manusia. Perubahan iklim dapat mengkibatkan perubahan cuaca yang sangat ekstrim, sehingga menimbulkan beberapa perubahan  perilaku dan kesehatan fisik juga mental manusia, seperti meningkatnya alergi dan risiko sakit jantung.

Banyak kasus yang dapat kita temukan bahwa akibat dari krisis iklim itu sangatlah berdampak buruk bagi semuanya tanpa terkecuali, maka dari itu siapa yang dapat menindaklanjuti akibat dari krisis iklim ini yakni kita manusia yang ada di muka bumi ini.

Lakukan perubahan kecil akan berdampak besar buat krisis iklim yang sedang kita hadapi, semua yang kita lakukan akan berdampak bagi para generasi di kemudian hari. Semua milik kita maka dari itu ini adalah tugas kita untuk saling menjaga agar bumi tetap sehat dan krisis iklim segera di atasi bersama sama.

Apalagi kita semua sedang di hadapi oleh pandemi Covid-19 yang saat ini adalah sebuah krisis besar terutama bagi kesehatan manusia, tindakan dan upaya kita dalam memerangi ini adalah selalu dan jangan pernah bosan untuk mengikuti aturan yang telah di anjurkan oleh pemerintah, semua bertujuan agar kita tetap sehat dan tanpa rasa takut untuk melakukan sebuah kegiatan meskipun diluar rumah.

Jangan pernah bosan untuk selalu menjaga dan merawat bumi ini agar kita selalu aman dari berbagai krisis yang melanda, tidak hanya untuk krisis iklim namun semua krisis yang akan terjadi.

Editor : Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan