Potret Suku Bajo di Laut Sulawesi (Bajau Pengembara)

Suku Bajo dikenal sebagai suku nomaden laut yang sudah mulai hidup beberapa dekade yang lalu. Para peneliti telah mencatat identitas budaya suku Bajo telah mengalami pergeseran akibat kontak langsung dengan budaya daratan yang mempengaruhi suku Bajo untuk mulai hidup menetap di sebuah pulau setelah Kesultanan Bima bergabung dengan Republik Indonesia.

Berikut potret pengembara Bajo di laut Sulawesi, Indonesia yang dipotret oleh Markus Mauthe tahun 2017 yang bekerja sama dengan Greenpeace:

kacamata renang suku bajo
Kacamata tradisional suku Bajo biasa dipakai menyelam mencari hasil laut.
lelaki bajo sedang mengukir kacamata tradisional
Seorang lelaki Bajo sedang mengukir kacamata tradisional.
suku bajo melaut
Dua lelaki hendak melaut menggunakan sampan kayu berdayung.
ikan karang tangkapan suku bajo
Ikan-ikan karang hasil tangkapan.
rumah laut suku bajo
Sekeluarga berkumpul di Rumah khas suku Bajo yang didirikan di atas laut.
rumput laut suku bajo
Dua orang lelaki menarik tali bibit rumput laut dari atas sampan.
Bibit rumput laut yang sudah diikat pada tali untuk dibudidayakan.
Botol plastik bekas dan tali tambang digunakan sebagai alat bantu untuk budidaya rumput laut.
Seorang perempuan dewasa dan anak perempuan di atas perahu yang sekaligus menjadi rumah.
Landscape air jernih, bukit, dan rumah-rumah kayu semi permanen khas suku Bajo.
Rumah-rumah apung asli suku Bajo (perahu kayu).

Baca juga: Laut adalah Nyawa: Melihat Kearifan Lokal Suku Bajo dalam Menjaga Pantai dan Laut

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan