Filter Rokok, Si Kecil Pembunuh Biota Laut 

Filter rokok adalah bagian rokok yang tak dapat dikonsumsi, filter yang terlihat seperti kapas ini sebenarnya terbuat dari plastik selulosa asetat yang sangat lambat diurai oleh alam. Butuh hingga 10 tahun untuk filter tersebut dapat benar-benar terurai. 

Thomas Novotny seorang professor kesehataan masyarakat San Diego State University mengatakan “Sangat jelas tidak ada manfaat kesehatan dari filter rokok. Filter hanyalah alat pemasaran. Dan mereka mempermudah orang untuk merokok. Ini juga merupakan kontaminan utama, dibanding semua sampah plastik itu” 

Ada sekitar 5,6 triliun rokok dengan filter yang terbuat dari selulosa asetat diproduksi si seluruh dunia setiap tahunnya. Lebih parah lagi adalah putung rokok yang dibuang sebarangan.

Fungsi dari filter rokok ini untuk menyerap senyawa berbahaya dari tembakau yang dibakar, selain itu filter ini juga berfungsi agar tembakau tidak masuk ke dalam mulut.

Bagian inilah yang akan dibuang, sampah putung roko banyak dtemukan dimana saja. Putung rokok akan sangat berbahaya apabila mengontaminasi lingkungan. Jika dibuang ke tanah maka akan mengganggu pertumbuhan tanaman, hujan akan membawa sampah putung rokok ke sungai bahkan laut lepas. 

Tidak hanya polutan sampah plastik yang mencemari laut, putung rokok juga menjadi polutan yang harus diperhatikan. Sekitar 30-40 persen polutan dilaut yang disumbang oleh putung rokok. 

Elizabeth Smith, peneliti kebijakan pengendalian tembakau mengatakan “kebanyakan perokok berasumsi kalau putung rokok mudah didaur ulang” dikutip dari CNN Jumat (25/01/2019) 

Dalam jurnal Tabacco Control melihat bahwa putung roko berbahaya bagi kehidupan dilaut. Dalam waktu empat hari setengah ikan yang ditempatkan di air yang tercemar putung rokok mati. 

Hal ini terjadi ketika air tekonaminasi oleh racun-racun yang ada adalam rokok. Racun-racun itu akan diserap oleh air, ikan yang hidup disana akan mati Karena racun-racun tersebut. 

Akibat membuang sampah sembarangan, putung-putung rokok itu berakhir di lautan dengannmembawa pengaruh buruknya bagi kehdupan di dalam laut. Sekitar dua per tiga outung rokok yang dibuang di jalanan, sungai, got, akan mengalir ke laut. 

Putung Roko yang berserakan di pantai, mencemari lautan dan berbahaya bagi biota laut

Peraian Bali menjadi korban banyaknya sampah putung rokok, terbukti dari aksi pemungutan sampah serangkian World Clean Up Day di Pantai Mentasari, Sanur, putung rokok menjadi sampah yang paling banyak ditemukan. 

“Sampah yang paling berbahaya adalah putung rokok, itukan ada filternya. Jadi orang kadang-kadang tidak berfikir dan membuang begitu saja dan itu kan susah banget untuk dipungut” penjelasan Putu Evie Suyadnyani dari Trash Hero Kertalangu untuk wilayah Denpasar. 

Membuang putung rokok di asbak atau tepat-tempat yang sudah disediakan itu hanyalah hal kecil yang bisa kita lakukan. Namun, intervensi dari pemerintah krusial untuk memaksa pelaku usaha mengganti filter rokok dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. 

Di Thailan, pemerintah membuat peraturan untuk tidak merokok di pinggir pantai atau sekitar pantai. Hal ini dinilai efesian melihat tidak adanya sampah putung rokok di pantai. 

Membuang sampah sembarangan berpotensi menjadi silent killer. Wayar warta seorang praktisi pariwisata yang bergabung dalam BHA (Bali Hotels Association) mengatakan “Masalah kemacetan bisa diatasi oleh infrastuktur tapi jika masalah sampah di laut sult diatasi krna ini masalah budaya. Permasalahan sampah di laut bisa menjadi silint killer bagi parawisata Bali”

Membuang sampah pada tempatnya adalah hal yang mudah, namun seperti yang kita tahu bahwa tidak banyak orang yang tidak melakukannya. Kurangnya kesadaran akan besarnya efek negatif dari membuang sampah sembarangan menjadi faktor utama pencemaran lingkungan. 

Membuang sampah pada tempatnya adalah kunci penyelamatan lingkungan paling mudah. Maka dari itu alangkah baiknya kita memulai langkah kecil ini untuk hasil yang lebih besar.

Baca juga: Urun Rembuk Isu Sampah Laut di Pesisir Selatan Madura

Sumber: yapeka.or.id, healt.detik.com, Jabar News, Bali Spot

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan