Ancaman Nyata Ekosistem Laut Indonesia

Laut Indonesia memiliki sejuta keindahan Biota laut yang tersembunyi di dalamnya, baik terumbu karang dan berbagai macam satwa  lautnya.

Sudah bukan hal yang asing jika para wisatawan mancanegara mengatakan bahwa keindahan laut kita luar biasa termasuk budaya masyarakat pesisirnya yang beragam.

78 % wilayah Indonesia adalah perairan, sehingga membuat Indonesia memiliki potensi sumber daya yang besar. Sebagai negara maritim Indonesia mempunyai posisi penting dalam bidang perikanan karena merupakan habitat bagi spesies laut .

Penyelam melakukan kegiatan restorasi terumbu karang. / Foto: Kike Rizky Amalia

Hal ini menjadikan masyarakat nusantara yang sebagian tinggal di pesisir dan menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan.  Maka dari situ ada perlunya kita juga menjaga potensi kekayaan laut Indonesia, dengan cara apa saja?

– Tidak menangkap ikan dengan menggunakan bom ikan.

– Tidak membuang sampah di laut

– Menjadi wisatawan yang bertanggung jawab

– Tidak memburu satwa laut yang dilindungi

– Melakukan transplantasi Terumbu Karang

– Meningkkatkan rasa kepedulian kita dengan konservasi hewan laut yang dilindungi seperti Penyu, Hiu, Paus, dan sebagainya.

Sampah plastik di pantai. / Foto: Kike Rizky Amalia

Banyak sekali kasus-kasus yang kita dapati akhir-akhir ini tentang ancaman ekosistem bawah laut kita, yang utama adalah banyaknya sampah masyarakat berserakan di laut maupun di bibir pantai.

Permasalahan utama itu akan menjadi serangan besar untuk kerajaan bawah kita, mengapa seperti itu? Dengan meningkatnya jumlah sampah akan mengakibatkan:

– Terancam dengan penuhnya sampah mebuat hewan laut memungkinkan untuk memakan sampah tersebut termasuk sampah pelastik, dan itu sangat berbahaya

– Memungkinkan terumbu karang mati karena pencemaran zat kimia yang di hasilkan oleh sampah tersebut

Selain dari itu, masalah terbesar yang sangat berpengaruh terhadap kerajaan bawah laut adalah para wisatawan dan masyarakat sekitar, mengapa? Aktifitas dan rasa ketidaksadaran mereka sangat berpengaruh bagi kelangsungan ekosistem laut, seperti:

– Membuang sampah di laut

– Berburu ikan dengan menggunakan bom

– Menginjak karang laut saat snorekling

– Melakukan hand contact dengan hewan laut, menaiki, atau memburu. (Whale Shark, Penyu, Ubur-Ubur tidak menyengat, Hiu dan sebagainya)

– Kurangnya edukasi dan sosialisasi

Beberapa yang telah disebutkan adalah garis besar dari ancaman yang akan sangat berpengaruh dan berdampak buruk bagi ekosistem bawah laut Indonesia.

Lantas Apa yang Harus Kita Lakukan?

Mulai dari sekarang kita harus melakukan dengan hal yang kecil terlebih dahulu, di mulai dari kita dan itu akan berdampak untuk sekitar.

Lakukan sosialisasi ke masyarakat dan anak-anak sekolah tentunya, untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap ekosistem bawah laut.

Dengan berkampanye melalui sosial media kita juga sangat berpengaruh, menyebarkan hal positive dan meng-influnce orang-orang melakukan hal baik untuk laut kita.***

Baca juga: Ghost Fishing “The Silent Killer”: Ancaman Keberlanjutan Perikanan Indonesia

Editor : Annisa Dian N

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan