Potret si Biru Dulu dan Sekarang

Hi! Perkenalkan aku laut. Aku juga biasa dipanggil oleh teman-temanku dengan sebutan si Biru. Walaupun aku sangat dekat dengan teman-teman bawah airku, aku juga berteman baik dengan manusia dari generasi ke generasi. Mulai matahari terbangun hingga terlelap, aku selalu menemani mereka sehari-hari.

Temanku para nelayan selalu menghampiriku dengan harapan membawa sesuatu bagi keluarga mereka di darat. “Semoga hari ini laut membersamaiku” guman para nelayan.

Tentu saja melihat itu, aku dengan senang membantu para nelayan dengan menari riang dan tenang. Kerja kerasku sebagai “si Biru” terbayarkan dengan melihat senyum para nelayan yang disambut dengan keceriaan anak-anak di tiap sore.

Gerombolan ikan Skipjack Trevally. / Foto: Michaela Skovraova / Greenpeace

Tidak hanya para nelayan, aku juga melihat dan menemani para manusia disetiap momen kehidupan mereka. Ada yang menghampiriku ketika ingin lepas dari jenuh, ada yang memilihku untuk menemani momen bahagia mereka, adapula yang mencariku untuk menjadi obat kesedihan bagi mereka yang habis ditinggalkan.

Namun, di masa kini, aku semakin sering mendapati tubuhku dipenuhi oleh benda-benda asing yang tidak aku kenal. Tentu saja aku tahu kalau benda itu bukan sesuatu juga yang berasal dari teman-teman bawah air.

Sampah plastik di laut yang dapat mengancam kehidupan bawah laut. / Foto: Greepeace / Francesco Alesi

Dengan semakin banyak benda-benda asing, aku pun tahu kalau aku sudah tidak bisa lagi menemani dan membantu manusia seperti biasanya. Aku pun bertanya-tanya “sepertinya manusia berubah ya?”.

Tapi aku yang kalian kenal dengan nama laut maupun “si Biru” percaya bahwa masih banyak manusia yang peduli dengan kondisiku.***

Baca juga: Hari Laut Sedunia 2022: Rangkuman Peristiwa yang Mengancam Kesehatan Laut

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan