Krisis Lautan Semakin Mendesak: Kita Perlu Semakin Keras Suarakan Lautan!

suarakan lautan

Krisis lautan semakin mendesak dan mengancam kelestarian lautan, baik secara global maupun nasional. Situasi ini mengancam Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat rentan terhadap krisis iklim.

Krisis lautan sebagai dampak dari permasalahan perubahan iklim, politik dan kebijakan pengelolaan laut yang tidak tepat, hilangnya keanekaragaman hayati, hingga praktik industri perikanan besar yang merusak terus menghantui lautan.

Laporan teranyar yang dikeluarkan oleh Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim PBB (IPCC) pada Senin, 20 Maret 2023 telah menjelaskan mengenai situasi iklim terkini telah terjadi secara cepat serta meningkatkan intensitas dan frekuensi terjadinya cuaca ekstrem di setiap wilayah dunia, di antaranya gelombang panas yang semakin intens, hujan lebat, kekeringan, hingga siklon tropis.

Saat ini, kenaikan temperatur Bumi telah mencapai 1.1°C dan menuju pada kenaikan temperatur global rata-rata pada 2.8°C pada tahun 2100 berdasarkan komitmen negara-negara di dalam Nationally Determined Contributions (NDC). Angka ini hampir dua kali lipat dari target 1.5°C yang tertuang dalam Paris Agreement, yaitu batas aman bagi Bumi untuk pemanasan global

Para ilmuwan mengemukakan bahwa tahun 2022 merupakan tahun terpanas untuk suhu lautan global. Ilmuwan internasional yang menganalisis suhu lautan, sebagaimana dilansir dari The Guardian baru-baru ini menyimpulkan: “Energi bumi dan siklus air telah sangat berubah karena emisi gas rumah kaca (krisis iklim) akibat aktivitas manusia, mendorong perubahan luas dalam sistem iklim Bumi.”

Krisis iklim yang menaikan suhu, deoksigenasi, hingga mengasamkan laut juga akhirnya mengancam biodiversitas yang ada. Coral bleaching (pemutihan karang) menjadi bukti dari daya rusak krisis iklim yang dampaknya sangat meluas.

Hal tersebut menjadi ancaman bagi kinerja fisiologis organisme laut. Seperti perubahan distribusi, efek pada performa berenang, dan masalah metabolisme.

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh para peneliti di University of Mexico mengevaluasi kemungkinan pergeseran distribusi hiu Carcharhinidae (kelompok hiu / biota kharismatik / biota yang populasinya terancam) yang berbeda dalam berbagai skenario perubahan iklim. Ditemukan bahwa pada tahun 2050, krisis iklim dapat mengurangi area hidup yang cocok untuk sebagian besar spesies Carcharhinidae.

Ancaman biodiversitas di lautan juga masih datang dari industri perikanan yang belum bertanggung jawab dalam praktiknya. Bukan saja mengancam biodiversitas namun juga praktik ini masih mengancam kesejahteraan para sub pelaku seperti ABK atau Awak Kapal Perikanan yang bekerja pada industri penangkapan ikan skala besar sebagaimana diuraikan dalam laporan investigasi Greenpeace.

Mengapa Perlu Bersuara Lebih Keras Lagi untuk Isu Lautan?

Fakta-fakta mengerikan yang mengancam kesehatan laut yang saat ini terjadi sangat besar, rumit, dan perlu kekuatan besar untuk benar-benar bisa memperbaiki keadaan hingga di akarnya.

Kekuatan yang besar tentu dimiliki oleh pemerintah. Pertanyaannya, sudah sejauh mana pemerintah memperhatikan permasalahan ini dan menganggap ini sebagai masalah yang serius dan mendasar untuk ditangani?

Terkadang, sebuah isu akan benar-benar diperhatikan dengan serius oleh pemerintah adalah isu yang juga didesak oleh elemen masyarakat secara luas.

Dan pertanyaan selanjutnya, apakah masyarakat luas sudah juga benar-benar paham dengan isu ini dan merasa isu ini mendesak dan harus segera diambil sebuah tindakan yang besar?

Di alam demokrasi, peran masyarakat sipil baik secara individu maupun kolektif memiliki peran yang amat penting untuk mendesak perubahan.

Greenpeace sebagai organisasi kampanye lingkungan, akan terus mendorong dan menyuarakan solusi atas semua krisis yang terjadi.

Sebagai bagian dari upaya melibatkan lebih luas lagi suara masyarakat sipil, Tim Kampanye Laut Greenpeace Indonesia dan sejumlah lembaga komunitas berinisiatif meluncurkan platform LautSehat.ID.

Portal LautSehat.ID berupaya menjadi wadah suara-suara publik di nusantara dan diharapkan dapat memperkuat sinergi berbagai kampanye dan gerakan publik di Indonesia dalam upaya perlindungan laut dan lingkungan.

Pada Maret 2023, tim LautSehat.ID terus mengajak dan mensosialisasikan kepada masyarakat dan komunitas masyarakat sipil untuk berperan dan partisipasi aktif dalam menyuarakan isu lautan.

Menyadari pentingnya sektor kampus dalam menyuarakan kepentingan perlindungan laut dan lingkungan, Tim LautSehat.ID dan Greenpeace Indonesia sejak Maret hingga April 2023 telah berkunjung, berdiskusi dan berbagi pengetahuan untuk berkampanye isu lautan dan lingkungan ke 4 komunitas mahasiswa yang ada di kampus UI, IPB, UNPAD, dan UNPAR.

Suarakan lautan lebih keras lagi
Tim LautSehat.ID berkunjung ke Komunitas Mahasiswa

Tim LautSehat.ID menyadari berbagai keterbatasan untuk bisa menjangkau masyarakat secara langsung. Akan tetapi, dengan semakin luas dan mudahnya teknologi informasi, memungkinkan masyarakat untuk tetap mulai bersuara, berkampanye melalui platform digital seperti platform LautSehat.ID dengan bentuk produk komunikasi seperti artikel, foto, video atau produk komunikasi lainya.

Tim LautSehat.ID dan Greenpeace Indonesia berharap masyarakat dapat memanfaatkan seluas-luasnya platform online LautSehat.ID untuk menyuarakan perlindungan lautan.

Masyarakat dapat dengan mudah dan mulai membagikan suaranya melalui platform LautSehat.ID sekarang juga.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan