Spearfishing, Teknik Memancing Ikan yang Ramah Lingkungan

Menikmati suasana alam pantai untuk menghilangkan penatnya aktivitas sehari-hari adalah salah satu tujuan para wisatawan mengunjungi pantai. Ada juga dari mereka yang hanya ingin seru-seruan mencoba olahraga air dan bermain ombak pantai, serta melihat keindahan warna-warni sunset.

Tapi, ada hal lain yang menurut saya tidak kalah asyiknya dari kegiatan-kegiatan tersebut, yaitu memancing. Seperti pengalaman saya beberapa waktu lalu bersama seorang teman. Suatu waktu saya dihubungi teman yang tinggal di daerah pesisir pantai Kecamatan Anyer untuk ikut kegiatannya memancing.

Pantai Bojong Suar, Kecamatan Anyer

Ternyata teknik memancingnya berbeda dari yang biasanya saya lihat. Ia tidak menggunakan joran dan kail atau jala ikan, tapi melakukannya dengan teknik spearfishing atau menombak ikan. Begitu saya datang, ia telah melengkapi dirinya dengan peralatan spearfishing dan menyelam.

Spearfishing adalah salah satu metode kuno cara menangkap ikan yang telah lama digunakan oleh para nelayan di seluruh dunia. Dulu, mereka menggunakan bahan-bahan dari alam dan melakukannya secara tradisional. Mereka hanya menggunakan bambu atau kayu yang diruncingkan, kemudian menombak ikan di atas perahu atau mengapung di permukaan air, dan sesekali menyelam ke perairan yang tidak begitu dalam.

Sekarang alat-alat yang digunakan dalam spearfishing sudah lebih modern, Selain speargun dan stik atau batang besi, seorang spearo atau orang yang melakukan spearfishing ini biasanya melengkapi dirinya dengan peralatan selam, seperti  masker selam atau snorkel, fins atau sirip renang, wetsuit, dan yang lainnya, sehingga ia bisa mencari ikan lebih lama dan menyelam ke perairan yang cukup dalam.

Melakukan snorkeling saat spearfishing

Jika dilihat dari cara mencari ikan, sepertinya tidak semua orang dapat melakukan spearfishing. Ia harus mempunyai keterampilan untuk membidik dan menembak. Ikan-ikan yang berenang cepat harus dapat ditembak dengan cepat dan tepat sasaran. Kemampuan untuk berenang dan menyelam juga dibutuhkan, karena dalam mencari ikan ia harus melakukan snorkeling dan juga freediving.

Seorang spearo juga harus mempunyai ketahanan tubuh dan kendali diri yang tinggi. Ia harus mengetahui batas kemampuan dirinya ketika berada di dalam air. Karena, jika ia keasyikan untuk mencari atau menuggu ikan, dan tanpa ia sadari sudah lama berada di dalam air akhirnya ia bisa kekurangan oksigen dan pingsan.

Makanya spearfishing ini sekarang dikenal sebagai salah satu olahraga yang ekstrem. Bahkan banyak juga orang yang menjadikannya sebagai hobi, bukan hanya mencari ikan untuk kebutuhan sehari-harinya saja.

Ikan hasil tangkapan dengan spearfishing

Jika dilihat dari teknik menangkap ikan, spearfishing adalah salah satu cara mencari ikan yang ramah lingkungan. Disebut demikian, karena ia tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat meracuni ikan lainnya dan mencemari lingkungan.

Spearfishing juga tidak menyisakan bekas-bekas peralatan pancing yang dapat merusak habitat terumbu karang. Ikan yang ditombak pun dipilih yang berukuran besar, tidak mengambil ikan-ikan kecil yang masih bisa berkembang.

Di Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, lokasi untuk melakukan spearfishing biasanya di Pantai Bojong Suar. Pantai di daerah ini berkarang dan terdapat sebuah dermaga. Kedua area ini menjadi tempat bagi ikan-ikan untuk mencari makan di terumbu karangnya dan untuk bersembunyi.

Mungkin sekarang jumlah ikan di area ini tidak sebanyak seperti waktu dulu. Makanya ikan yang teman saya dapat tidak begitu banyak, hanya satu sampai dua ekor ikan yang berukuran sedang saja. Tetapi, hal ini sudah cukup memuaskan mengingat keadaan pantai di daerah ini tidak seperti dulu lagi.

Karena sekarang sudah banyak aktivitas masyarakat setempat yang mungkin mengakibatkan terumbu karangnya tidak tumbuh dengan baik. Akhirnya, jumlah ikan di daerah ini semakin sedikit. Semoga kedepannya kita sama-sama bisa lebih menjaga laut dan ekosistem di dalamnya .

Editor : Annisa Dian Ndari

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan