Turtle Heaven: Habitat Penyu di Gili Trawangan

Pesona bahari yang memukau dapat kita nikmati sembari menyelam bersama penyu di Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ternyata penyu sudah ada sejak zaman purba loh!

Namun saat ini keberadaannya semakin terancam. Berbagai macam spesies penyu terlihat berenang dari pagi hingga sore begitu indahnya, menjadikan Gili Trawangan dikenal sebagai “Turtle Heaven”.

Spesies penyu apa aja sih yang ada di sana? Ternyata ada berbagai jenis penyu yang bertelur di kawasan pantai Gili Trawangan seperti jenis penyu sisik, bawang, hijau, dan penyu batu.

Nah ada satu spesies nih, yaitu penyu sisik atau Eretmochelys imbricata yang sudah terancam punah. Bertubuh datar dengan sebuah karapak sebagai pelindung, tampilan pinggiran cangkang seperti gergaji, bentuk paruh dan rahang atas melengkung ke bawah dan relatif tajam seperti elang sehingga sering disebut “Hawksbill Turtle”. Waw keren banget ya! Serta penyu sisik tergolong dalam famili Cheloniidae loh.

Selain itu, terdapat pula penyu hijau atau Chelonia mydas yang ditandai dengan sebagian warna kulitnya kehijauan, warna karapas coklat, hitam atau abu-abu serta sebagian  warna perut kuning.

Dan juga penyu lekang atau Lepodochelys olivacea yang bentuknya mirip dengan penyu hijau tetapi warna karapas abu-abu terang lebih ramping dan bersudut, kepala lebih besar, serta tubuhnya memiliki 5 buah sisik lateral.

Sungguh beraneka ragam ya! Tidak heran Gili Trawangan disebut sebagai Turtle Heaven

Namun, kisah penyu-penyu tersebut tak seindah dirinya. Penyu-penyu di Gili Trawangan yang dahulu bebas bertelur di pinggir pantai, kini terganggu oleh masifnya perkembangan hotel di kawasan pariwisata.

Mengingat penyu merupakan salah satu hewan yang dilindungi, maka langkah konservasi perlu dilakukan.

Edukasi kepada wisatawan tentang kelestarian alam, khususnya binatang penyu sangatlah menjadi urgensi.

Wisatawan bisa menggali pengetahuan seputar penyu dengan membaca informasi yang tersedia serta dapat melihat penangkaran penyu yang dibentuk dan dikelola oleh warga setempat.

Pendirian bangunan konservasi ini ditujukan agar kelestarian penyu sekitar Gili Trawangan terjaga dengan baik dan sustainable.

Penangkaran penyu dibangun di pesisir pantai Gili Trawangan berbentuk ruangan beratap yang cukup luas.

Penangkaran ini menyimpan penyu dari berbagai ukuran, mulai dari yang masih bayi hingga penyu berukuran besar.

Jika penyu dalam penangkaran sudah dianggap besar dan kuat, mereka akan dilepas kembali ke laut. Wisatawan juga dapat memasuki penangkaran ini dengan membayar uang secara sukarela dan uang yang terkumpul dari akan digunakan pengelola untuk biaya renovasi pembangunan, pakan penyu, dan kebutuhan konservasi penyu. Waw, harus banget datang kesana yaa!

Oiya, pasti kalian kepo sama prosesnya ya!

Jadi gini, telur-telur penyu yang terdampar di pesisir laut diperam di pasir selama sekitar 40 hari pada bangunan khusus dengan lantai pasir.

Dalam sebulan, mereka menetaskan sekitar 350 butir telur penyu, terbanyak telur penyu hijau atau Chelonia midas dan penyu sisik atau Eretmochelys imbricata.

Kemudian, tukik-tukik itu dibawa ke kolam perawatan yang terletak di rumah beratap jerami yang terbuka dan didalamnya terdapat 3 kolam berdinding kaca sebagai tempat tukik dipelihara dari baru menetas sampai siap dilepas kembali ke laut.

Kegiatan melepas tukik ini juga menjadi atraksi wisata yang cukup menarik dan akan memberikan pengalaman seru bagi anak-anak dan mendidik mereka agar lebih mencintai binatang atau hewan sekitarnya.

Sebarkan cinta dan jadikan bumi tempat tinggal yang lebih baik bagi penyu. Yuk sayangi fauna laut dan jelajahi surganya penyu Gili Trawangan!***

Baca juga: Explore The Underwater Beauty of The Gili Islands

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan