“Teluk Cendrawasih” Taman Nasional Perairan Terluas di Indonesia

Halo sobat Laut Sehat !

Apa kabar ? Semoga kalian dalam keadaan baik yaa..

Kali ini, saya akan memberikan informasi pariwisata yang unik & menarik, yaitu Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Ayo mengenal Taman Nasional Teluk Cenderawasih dengan informasi di bawah ini !

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan dan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi terutama keanekaragaman bahari disetiap wilayah yang tersebar di Nusantara. Salah satu wilayah bahari di Indonesia yang memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan destinasi wisata adalah wilayah Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

Teluk Cenderawasih adalah taman nasional perairan yang memiliki potensi ekologi yang sangat besar khususnya pada keanekaragaman sumberdaya pesisir. Kekayaan biodiversitas, seperti ikan, penyu, mamalia laut, lamun, mangrove serta moluska merupakan kekayaan yang unik dijumpai di Teluk Cenderawasih.

Wilayah Teluk Cendrawasih terdiri dari kawasan hutan tropik, mangrove dan ekosistem terumbu karang yang sangat indah dan menajubkan menjadi tempat tinggal untuk berbagai spesies flora dan fauna hingga spesies yang endemik. Taman Nasional Teluk Cendrawasih atau sering disebut TNTC adalah taman nasioanal perairan yang terluas di Indonesia.

TNTC salah satu bukti nyata kekayaan Indonesia yang berada di wilayah timur tepatnya di wilayah coral triangle. Mungkin kita mengenal kekayaan pariwisata Papua hanya dengan Raja Ampat, namun pada nyatanya TNTC juga memiliki keindahan dan pesona yang tidak kalah dengan Raja Ampat ataupun wilayah bahari lainnya.

Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC) adalah pesona ekosistem yang komplit, karena hampir memiliki komponen ekosistem serta flora dan fauna. Ekosistem yang dapat dijumpai, seperti terumbu karang, pantai, mangrove dan hutan tropik daratan. TNTC memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.

Berdasarkan beberapa data menyatakan bahwa keberadaan ekosistem terumbu karang yang ada di kawasan TNTC akhir ini telah mengalami kemunduran fungsi baik secara ekologis maupun fisik, sejauh ini berbagai upaya sudah dilakukan untuk menjaga kelestarian terumbu karang di TNTC.

TNTC dikenal dengan empat tipe ekosistem yang menonjol yaitu:

1.Ekosistem Terumbu Karang yang meliputi: Barrier Reef (Terumbu Karang Penghalang), Patch Reef (Terumbu Karang Patahan), Fringing Reef (Terumbu Karang Pantai), Atol (Terumbu Karang Cincin), Shallow Water Reef (Terumbu Karang Perairan Dangkal) dan Tridacna Reef (Terumbu Karang didominasi jenis kimia)

2. Ekosistem Estuaria yang didominasi vegetasi Hutan Mangrove meliputi: Bakau (Rhizhipora), Api-api (Avicennia), Pidada (Sonneratia), Bruguiera Nypa dan Metroxylon, Ekositem ini menjadi habitat bagi Ikan kecil, udang dan Kepiting Bakau

3. Ekosistem Pantai yang memiliki pasir putih yang indah juga di dominasi vegetasi darat seperti Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) dan Ketapang (Terminalia catappa)

4. Ekosistem Hujan Tropis yang umumnya di tumbuhi oleh jenis vegetasi Dipterocarpaceae, Taman Nasional ini memiliki ekosistem seperti terumbu karang kurang lebih 5,5% yang mampu memukau di mata kita, Pantai-pantai cantik seluas 0,9%, Mangrove dan hutan Tropika serta pulau-pulau yang berjumlah 3,8%. Dan selebihnya adalah perairan lautan seluas 89,8%.

Keunikan dan keistimewaan lain dari TNTC adalah keberadaan hiu paus (Rhincodon typus) yang dapat ditemukan disekitar perairan Teluk Cenderawasih. Berkat kemunculan hiu paus di sekitar kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih telah mendorong peningkatan kunjungan wisatawan lokal maupun domestik.

Pada tahun 2011, pariwisata berbasis hiu paus sudah mulai berkembang di Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Tercatat sudah ada dua resort di taman nasional Teluk Cenderawasih yang melayani dan mengelola pariwisata melihat hiu paus, yaitu Ahe Resort yang berbasis di Pulau Ahe dan kali Lemon Resort yang berbasis di Kali Lemon, Kwatisore.

Wilayah migrasi hiu paus di Indonesia sampai saat ini adalah perairan Sabang, Probolinggo, Situbondo, Bali, Nusa Tenggara, Alor, Flores, Sulawesi Utara, Maluku, dan. Perairan Kwatisore merupakan salah satu kawasan dalam Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) yang menjadi tempat beragregasinya hiu paus dan kehadirannya terjadi sepanjang tahun.

Kemunculan dan interaksi hiu paus di perairan Kwatisore sangat erat dengan ketersediaan bagan sebagai tempat untuk bermain atau mencari makan. Perlu diketahui bahwa kemunculan ikan hiu paus di perairan TNTC dibandingkan dengan perairan lainnya di dunia termasuk unik, karena di perairan TNTC kemunculan vertebrata akuatik terbesar ini berlangsung sepanjang tahun. Sementara keberadaan mereka di lokasi lainnya bersifat musiman.

Contohnya, di Pantai Bentar, Probolinggo, Jawa Timur  ditemukan pada bulan Desember/Januari/April/Maret. Sedangkan di Ningaloo Reef, Australia, antara bulan Maret-Juli, dan di Donsol, Filipina, biasanya antara Januari-Juni dengan musim terbaik antara Maret-April. Kemunculan hiu paus di perairan kwatisore dijumpai sepanjang tahun yang merupakan berkah tersendiri bagi Indonesia.

Berdarkan identifikasi Kanwil Kehutanan Irja dan BKSDA VIII Keanekaragaman jenis ikan di dalam kawasan TNTC sekitar 209 jenis yang terdiri dari 65 famili. Sekitar 31 jenis ikan indikator terumbu karang, beberapa jenis Ikan dan Mamalia yang sulit di temukan juga terdapat di TNTC.

Diantaranya ChantigasterPomachantus, Pseudanthias, Chaetodon, Amphiprion, Achantarus, Duyung (Dugong dugon), dan Lumba-lumba (Delphinus delphinus) dan beberapa Jenis Penyu di anataranya Sisik (Eretmochelys imbricata) dan Penyu Hijau (Chelonia mydas), Terdapat juga Moluska yang diperkirakan 196 Spesies dimana ada 11 jenis yang di lindungi.

Nah, Bagaimana sobat Laut Sehat ? Apakah tertarik berkunjung dan menikmati keindahan dan kekayaan bahari di Taman Nasional Teluk Cendrawasih ? Kalo saya sih sangat tertarik, semoga kita bisa ke sana ya !

Sumber Referensi 

  1. Numberi, A., Kamal, M. M., Fahrudin, A., Manumpil, A. W., & Manan, J. (2019). PELUANG HIU PAUS (Rhincodon typus Smith, 1828) DI PERAIRAN KWATISORE TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH. PROSIDING PUSAT RISET PERIKANAN1(1), 43-48.
  2. Pattiselanno, F. (2004). Dukungan potensi biologi terhadap ekoturisme di Taman Nasional Laut Teluk             Cenderawasih. Media Konservasi9(2), 99-102.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan