Memulai Sejak Dini, Cerita dari “Peugleh Pasie” di Pulo Aceh

Hal yang paling penting untuk mencapai keberhasilan dan perubahan adalah berani memulai.

Keberanian itu telah ditunjukkan oleh siswa-siswi sekolah menengah atas di dua pulau di Kecamatan Pulo Aceh, yaitu Pulau Nasi dan Pulau Breueh.

Puluhan siswa dari SMA 1 Pulo Aceh di Pulau Nasi pada Sabtu (25/02/2017) dan SMA 2 Pulo Aceh di Pulau Breueh pada Senin (27/02/2017) melakukan aksi “Peugleh Pasie” di pantai setempat mereka masing-masing.

Peugleh Pasie adalah istilah dalam Bahasa Aceh yang berarti pembersihan wilayah pesisir pantai.

Kegiatan tersebut dilakukan sebagai bagian dari Sandwatch Program (Program Pengamatan Pantai) yang dijalankan oleh Yayasan Lamjabat di Aceh.

Para siswa berpartisipasi membersihkan pantai dan belajar bersama dengan melakukan pendataan sampah plastik pada jalur pengamatan (transect) seluas 50 x 20 meter.

Kegiatan Peugleh Pasie yang dilaksanakan oleh para siswa SMA 1 Pulo Aceh berlangsung di Pantai Nipah, Pulo Nasi. Siswa-siswi SMA 1 Pulau Nasi berhasil mengumpulkan 11,9 kilogram sampah plastik dengan jumlah 8 karung.

Sementara itu kegiatan yang sama yang dilaksanakan oleh siswa-siswi SMA 2 Pulau Breueh di Pantai Lambaro berhasil mengumpulkan 12,6 kg sampah plastik dengan jumlah 9 karung.

Kegiatan pendataan sampah dalam Peugleh Pasie di Aceh terinspirasi dari gerakan International Coastal Cleanup (ICC) yaitu kegiatan yang dilakukan setiap tahunnya pada bulan September atau Oktober yang melibatkan ratusan ribu relawan dari seluruh dunia.

Adapun Program Pengamatan Pantai yang dilaksanakan oleh Yayasan Lamjabat merupakan sebuah program adaptasi dari Sandwatch Program yang dikembangkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Program Pengamatan Pantai tersebut dirancang agar anak-anak, remaja dan orang dewasa bekerja sama dalam memonitor dan mengevaluasi secara kritis masalah dan konflik yang dihadapi lingkungan pesisir pantai.

Program Pengamatan Pantai tersebut intinya merupakan rancangan pendidikan lingkungan yang mengutamakan pembelajaran bersama serta memungkinkan siswa dan guru serta masyarakat setempat merumuskan rencana aksi dan melaksanakan berbagai kegiatan dalam mengatasi beberapa masalah prioritas.

Program ini dalam jangka panjang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan adaptasi warga pesisir serta memulihkan dan meningkatkan daya dukung lingkungan terhadap dampak perubahan iklim.

Kegiatan pendampingan Sandwatch Program yang dilakukan oleh Yayasan Lamjabat ini turut melibatkan beberapa mahasiswa yang berasal dari Pulau Nasi dan Pulau Breuh, sejumlah guru dari SMA terkait, aparatur desa (gampong) serta masyarakat setempat.

Tujuan utama dari pendampingan tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan siswa-siswi sejak dini sekaligus masyarakat setempat dalam menjaga ekosistem laut serta mengajak semua pihak berani memulai dan membuat perubahan bersama.

Buanglah sampah pada tempatnya tapi laut bukan tempatnya! Begitulah pesan dari saya untuk kita semua demi laut yang sehat dan lingkungan yang bersih bebas polusi.

Apa pesan kamu? Saya tunggu cerita dari setiap aksi yang teman-teman lakukan. Mari berbagi dan bergerak bersama! (*)

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan