Young Explorer 2019 #3 – Mengunjungi SDN 4 Hitu Ambon

Sabtu, 16 Maret 2019

Hari ini kami mengunjungi SDN 4 Hitu Ambon. Hari ini sangat istimewa, disambut dengan teriknya matahari dan angin laut.

Perjalanan dari LPMP ke Desa Hitu memakan waktu 40 menit, perjalanan berkelok-kelok melihat hutan dan Teluk Ambon sepanjang perjalanan.

Adik-adik Sekolah Alam sangat bersemangat dan ceria, menyanyi sepanjang jalan. Ternyata, hari ini penuh kejutan yang tidak terduga.

Setibanya kami di SD 4 Hitu, kami di kejutkan dengan sambutan  iringan marching band yang sangat meriah.

Kami terkagum senang, semua memuji penampilan adik-adik SD 4 Hitu. Kami berjalan menuju gapura sekolah di iringi dengan musik marching band.

Ketika kami memasuki gapura sekolah, kami dikejutkan kembali dengan tarian dari adik-adik perempuan SD 4 Hitu. Melambaikan kain merah dengan alunan musik. Mereka sangat menggemaskan.

SD 4 Hitu, terletak di persis di pesisir laut, belakang sekolah menghadap ke laut langsung, luar biasa indahnya dan juga panas terik pastinya.

Teman-teman Sekolah Alam memberikan materi story telling dengan boneka tangan, mereka menceritakan tentang kehidupan binatang laut yang sedang terancam akibat sampah plastik yang mencemari lautan.

Tidak hanya itu, di beberapa kelas mereka juga memberikan presentasi, bermain badminton, senam bersama dan berfoto ria.

SDN 4 Hitu Ambon

Teman-teman Sekolah Alam Indonesia juga memberikan bantuan sosial berupa, uang tunai, alat tulis, buku cerita kepada sekolah tersebut.

Ibu guru dan adik2 SD 4 sangat senang dengan kehadiran kami. Begitupun kami sangat terharu dengan sambutan mereka yg hangat dan berkesan .

Salah satu murid kelas 4 menegaskan “biarpun sekolah kami di desa, kami orang desa, sekolah kami jelek, tapi aku percaya diri kalau aku pintar, karena kami punya guru-guru yang hebat dan selalu bersemangat, kami yakin ga kalah sama orang kota” .

Ah kemudian aku terenyuh mendengarnya…

Aku yang dari kecil sekolah di Jakarta mulai mebandingkan fasilitas sekolahku dulu dan sekolah mereka disini sangat tidak adil jika aku tidak lebih bersemangat dari mereka. Mereka benar-benar memberikan inspirasi.

Kami meninggalkan sekolah SD 4 Hitu dengan penuh cerita dan kenangan yang berkesan.

Mereka melepas kepergian kami dengan senyum dan pelukan hangat. Kami sama sama berat meninggalkan satu sama lain.

Sepanjang perjalanan kami kembali melewati pesisir, deburan ombak dan indahnya laut Ambon. Tapi sepanjang jalan juga dipenuhi pemandangan sampah yang membuat mata ini sakit.

Mesjid Tua Wapauwe

Kami meninggalkan SD 4 Hitu menuju Mesjid Tua Wapauwe. Selanjutnya kami belajar mengenai sejarah masuknya agama Islam di tanah Maluku. Mesjid ini sudah cukup tua, sekitar 7 abad dan menjadi bukti sejarah Islam di Maluku pada masanya.

Menuju matahari terbenam kami jalan ke arah Benteng Amsterdam sekitar 5 menit . Bangunan ini juga sudah berumur ratusan tahun,  melambangkan kejayaan VOC di tanah Maluku.

Benteng ini masih berdiri kokoh, lokasinya yang dekat dengan pantai membuat benteng ini sangat unik dan indah. Kami menghabiskan waktu sore disana dengan angin dan ombak.

Senja di Benteng Amsterdam

Hari ini melelahkan dan menggembirakan. Tidak ada satu langkahpun merasa sia-sia. Perjalanan ini memberikan banyak pelajaran berharga.

Tempat baru dan orang baru selalu memberikan warna baru.

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan