Pak Sahadi, Sang Nelayan Pejuang Kelestarian Pesisir dan Laut Batang

Pak Sahadi, seperti halnya nelayan Indonesia lainnya, hanya ingin melaut dengan tenang untuk bisa menafkahi keluarganya, tapi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara di berbagai pesisir pulau Jawa, merusak ekosistem laut, membuatnya harus pindah dan kini menetap di Batang yang masih terjaga lautnya.

Harapan itu juga kian sirna, karena perairan Batang juga akhirnya terancam hancur oleh dampak pembangunan PLTU terbesar se-Asia Tenggara, sebuah pembangunan salah kaprah yang didorong candu pemerintah akan batubara yang merusak.

Setelah merampas lahan pertaniannya, kini nelayan seperti Pak Sahadi dan teman-temannya menjadi korban jahatnya Industri Batubara dan Pembangunan PLTU Batang, Jawa Tengah yang diamini pemerintah (*)

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan