“Healing” bersama Goyangan Lamun, Mangrove dan Mentari Senja di Dermaga Pulau Tunda

Pulau Tunda menjadi destinasi yang pas kala senja untuk “Healing”. Bagaimana tidak, pulau kecil ini masih sangat terasa alaminya, pemukiman yang tidak terlalu padat, hanya sekitar 10 persen saja luasan pemukiman dari keseluruhan luasan pulau.

Daratan Pulau Tunda masih didominasi hijaunya pepohonan dan mangrove di pesisirnya, membuat sejuk pandangan mata bagi siapa saja yang memandangnya. Sesekali kita akan mendapati hamparan ilalang  di daratan pulau saat kita berjalan menjelajahinya ke arah utara menuju pantai utara Pulau Tunda.

pulau tunda
Pemukiman penduduk Pulau Tunda. / Foto: Greenpeace / Jibriel Firman

Siang hari kami (Tim Ekspedisi Pembela LautanOcean Defender Greenpeace Indonesia) tiba di dermaga Pulau Tunda, bergegas merapikan barang bawaan dari kapal motor yang kami tumpangi selama 2 jam dari Pelabuhan Karangantu ke camp area di aula dan homestay milik Desa Wargasara, Pulau Tunda.

pulau tunda
Tim Ekspedisi Pembela Lautan tiba di Pulau Tunda / Foto: Greenpeace / Jibriel Firman

Segarnya kelapa muda dan hidangan makan siang yang telah disajikan Umi, warga perempuan Pulau Tunda, menunggu kami untuk menyantapnya. Kelapa muda menjadi minuman favorit ditengah terik siang suasana pulau, pun kelapa muda merupakan hasil bumi khas pesisir pulau yang keberadaan pohon – pohonnya juga banyak tumbuh di Pulau Tunda.

Hidangan makan siang tak lepas dari olahan ikan. Ikan yang merupakan tangkapan nelayan lokal Pulau Tunda. Menambah energi dan semangat kami untuk menjalani kegiatan-kegiatan selanjutnya dalam menelusuri dan mempelajari Pulau Tunda serta kehidupan masyarakat yang saling bergantung.

kelapa pulau tunda
Kelapa muda siap untuk dihidangkan. / Foto: Greenpeace / Jibriel Firman

Selepas mengisi perut yang juga masih sedikit sempoyongan pasca melewati perjalanan laut aku rehat sejenak. Sejenak pula aku sembari duduk di tepi dermaga memandangi keadaan sekitar.

Mentari mulai turun dan memperpanjag bayangan objek yang tersinari olehnya, itu tandanya senja menghampiri. Tak ingin melewati suasana ini, aku bersama beberapa orang dari tim bergegas menuju spot yang cocok untuk memandang mentari senja.

pulau tunda
Anak-anak Pulau Tunda berenang di dermaga. / Foto: Greenpeace / Jibriel Firman

Kami berjalan menuju ujung barat area dermaga Pulau Tunda. Suara riang teriakan anak-anak Pulau Tunda yang tengah berenang dan loncat-loncat dari kapal kayu yang bersandar menambah bahagia suasana hati.

Di sini pula kami menemui area mangrove yang subur dan tertancap kokoh, ditambah air laut dibawahnya yang amat jernih mematulkan warna biru yang tampak segar di pandangan. Suasana semakin lengkap dengan suara angin pantai yang berhembus menerpa daun-daun mangrove dan mengeringkan keringat di badan. Kementrian Kelautan da Perikanan (KKP) mengungkapkan bahwa terdapat 7 jenis mangrove yang terdapat di sisi selatan Pulau Tunda.

pulau tunda
Ekosistem mangrove di samping barat dermaga Pulau Tunda. / Foto: Greenpeace / Jibriel Firman

Tiba di pantai samping area mangrove dan di hadapan ombak-ombak kecil air laut, kami duduk di atas sebatang kayu yang terdampar di sini. Lamunan, gurauan, dan cerita-cerita kecil di antara kami mulai menyelimuti. Mulai dari cerita soal keindahan hingga cerita soal sampah plastik yang entah berasal dari mana dan masih ditemukan berserakan sepanjang kami berjalan.

Tak mau terlalu jauh membahas soal permasalahan yang sudah kami temui tadi, kami kembali menikmati suasana “healing” di sini. Aku kembali melirik mangrove sebelah kanan, sesekali memandang mentari yang semakin berwarna oranye tua dan kembali memandang lurus ke laut.

pulau tunda
“Healing” bersama goyangan lamun, mangrove dan mentari senja di dermaga Pulau Tunda. / Foto: Jibriel Firman

Beberapa saat pandangan kepada air laut yang jernih dan tepat berada dihadapanku, nampaknya terlihat goyangan-goyangan dari padang lamun (tumbuhan laut). Sontak hal ini menambah senyum lebarku dan membuat rasa ingin berenang disekitarnya.

Namun sang waktu belum mendukung dan aku tidak membawa masker (kacamata bawah air) untuk bisa melihat goyangan lamun dari dalam air. Aku pun mengurungkan niat itu.

Bericara soal lamun di Pulau Tunda, menurut Nunung Noer Aziizah dkk, Lamun yang dominan di Pulau Tunda adalah jenis T. hemprichii dan E. acoroides. Sekitar 50.7 Ha luasan area lamun yang terdapat di Pulau Tunda dan kerapatan lamun tersebut tergolong Lamun Sangat Padat (LSP).

pulau tunda
Senja di Pulau Tunda. / Foto: Greenpeace / Jibriel Firman

Aku kembali duduk dan menikmati “healing” sembari memotret dan mengabadikan suasana senja serta ekosistem-ekosistem laut yang ditemui hingga mentari benar-benar sembunyi dan tak terlihat lagi untuk hari itu.***

Baca juga: Menjelajah Pulau Tunda, Serpihan Mutiara di Utara Pulau Jawa

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan