Kapal Van der Wijck Ditemukan di Bawah Laut Lamongan ?

kapal van der wijck

Kapal Van der Wijck yang sudah 85 tahun atau pada tahun 1936 tenggelam, diduga ditemukan di Brondong Jawa Timur.

Bapa Faizin adalah seorang nelayan dari Desa Sedayu Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan, beliau juga salah satu penyelam yang berani menyelam sampai kedalaman 45m, untuk mencari bangkai kapal Van Der Wijck.

Pada bulan April Bapak Faizin dipanggil oleh Polair dan diajak survei untuk pertama kalinya, beliau menolak karena posisi air saat itu keruh dan juga alat belum memadai. Mereka minta lagi pada bulan 10 yang biasanya airnya jernih dan Faizin mengajak 3 orang teman penyelam lainnya.

“Saat mau melakukan penyelaman sebelum magrib berani, namun setelah magrib kumpul lagi sidang lagi temennya jadi tidak berani,” ujar Faizin sebagaimana dikutip dari akun youtube Haryanto Agus.

Terpaksa beliau mewakili teman-temannya Polair untuk turun menyelam sendiri. Kedua kali beliau menyelam sendiri dikarenakan tidak ada yang berani untuk turun.

Besoknya bapak Faizin ini meminta gandengan untuk memegangi selang, karena pada saat itu posisi kapal lagi banyak jaring.

Beliau mengatakan “saya menyelam hanya menggunakan alat sederhana dan tidak komplit hanya menggunakan selang dan komplesor sampai kedalaman 45m. Pertama menyelam itu tidak ada yang membantu, saat menyelam kedua ada tim dari Purbakala yang katanya dari Surabaya, tetapi tidak berani menyelam kedalaman 45m hanya sampai 30m saja,”.

Bangkai kapal Rainbow Warrior di New Zealand

“Pada saat itu kondisi air masih keruh, saat saya melihat dari bawah keliatan anak itu (penyelam lain) dalam jarak 5m, tapi anak itu melihat saya tidak kelihatan” ujar Faizin.

Beliau juga mengatakan dia punya bukti kalau tidak ada bukti kita tidak bisa bercerita, bukti-bukti semuanya dibawa oleh Purbakala.

“Perkiraan panjang kapal itu 135m dengan lebar 20m, menurut ketentuan tenggelam di daerah perairan Utara yang berjarak 14 mil dari desa saya tinggal,” ujarnya.

Faizin mengaku bahwa lokasi tenggelamnya kapal Van Der Wijck dikenal angker dan banyak warga sejak dulu meyakini bahwa di sekitar lokasi kapal tenggelam itu memang angker. Warga juga tidak berani menyelam di daerah itu.

Ia mengatakan mengalami kejadian aneh saat menyelam, beliau melihat penampakan ikan berkuda yang hanya tinggal separuh, yaitu bagian kepala sampai sirip tengah saja.

Ikan berkuda itu ukuran sangat besar, seukuran manusia dewasa dengan panjang 5 meter namun tidak ada bagian ekornya.

Rencana kedepannya memang akan dilanjutkan dan beliau ditunjuk untuk ikut menyelam, dan beliau salah satu nelayan yang berani menyelam ke dalam 45m mendekati banngkai kapal.

Bapak Faizin sebenarnya dulu sering menyelam ke daerah tersebut cuman baru kali ini dengan 3 kali menyelam sampai menemukan kapal tersebut dan keliling di kapal tersebut.

Ilustrasi penyelam dan bangkai kapal di bawah laut / Foto: Vlad Tchompalov on Unsplash

Tidak terbayangkan jelas sekali banyak ribuan orang meninggal di kapal itu mungkin rasa takut pasti ada. Tetapi beliau berkata ” kalau saya dalam posisi takut berati saya tidak berani. Ciri penyelam itu kalau keadaan takut resikonya sangat besar, takutnya terjadi hal yang tidak diinginkan,”.

“Semoga kedepannya bangkai kapal ini bisa di angkat walaupun tidak semuanya dan bisa dijadikan destinasi wisata sejarah bahwa kapal Van Der Wijck pernah tenggelam di daerah Lamongan,” ujar Faizin.

Dilansir dari sumber berbeda yaitu website National Geographic Indonesia diketahui penyelaman dilakukan pada 19-22 Oktober 2021 oleh BPCB Jatim bersama penyelam-penyelam lokal serta pengambilan dokumentasi atas bangkai kapal tersebut.

Hasil dokumentasi belum dapat dipublikasikan dikarenakan masih dalam proses pengolahan oleh tim BPCB dan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hasil dokumentasi akan dianalisis dengan mengkomparasikan dengan dokumentasi lama tentang kapal Van Der Wijck dan dialkukann analisis lainnya.

Baca juga: “Salam dari Bawah Laut”

Sumber: Akun Youtube Haryanto Agus, Website National Geographic Indonesia

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan