Bak Avatar Aang, Virus Purba Kini Bangun Setelah Ribuan Tahun Tertidur di Dalam Es

“Air, api, tanah, dan udara”

Pasti kamu sudah tak asing lagi dengan kata-kata tersebut, bukan? Yup, anak kecil berkepala plontos bernama Aang ini menguasai berbagai elemen tersebut. Uniknya, Aang terlihat masih seperti anak-anak remaja yang polos, padahal ia telah tertidur di dalam bongkahan es selama 100 tahun. 

Lantas, di dunia nyata, adakah makhluk hidup yang mampu tertidur dengan kurun waktu yang lama di dalam es layaknya Aang? Jawabannya, ADA!

Mari berkenalan dengan virus-virus purba yang selama beberapa tahun terakhir ditemukan ilmuwan tertidur di dalam es.

Virus Ditemukan Masih Bernyawa

Kita semua mungkin sudah menyadari, saat ini bumi sedang dalam kondisi parah. Kondisi ini terjadi karena kerusakan yang tak lain diperbuat manusia. Merusak hutan, polusi dari industri dan kendaraan, limbah berbahaya yang dibuang ke laut, dan sebagainya. Ini semua menyebabkan krisis iklim.

Penguin bermain di atas es virus avatar
Koloni penguin Adelie di ekosistem es Pulau Vortex, Suara Antartika, Antartika. / Foto: Tomas Munita / Greenpeace

Krisis iklim telah menimbulkan efek yang begitu besar, salah satunya membuat suhu bumi makin menghangat. Jika melihat beberapa tahun ke belakang, tahun 2019 pernah tercatat menjadi tahun terpanas yang terjadi di Antartika, dengan suhu yang mencapai 18,3 °C.

Selain itu, tercatat juga sebanyak 28 triliun ton es bumi juga telah mencair dalam kurun waktu 1994-2017. Jika dijabarkan, 28 triliun ton es ini sama dengan lapisan es setinggi 200 meter yang menutupi pulau Jawa, Madura, dan Bali.

Tentu dengan fenomena mencairnya es akan menimbulkan banyak permasalahan. Salah satu yang menjadi unik dan temuan baru adalah kemunculan virus baru.

kapal Greenpeace saat di antartika
Periaran Es Antartika. / Foto: Tomas Munita / Greenpeace

Pada tahun 2014, publik dikejutkan dengan penemuan virus tua berukuran besar yang terkubur jauh di permafrost Siberia oleh ilmuwan Prancis. Tak seperti Avatar Aang yang hanya terperangkap dalam es selama 100 tahun, virus purba ini diketahui tertanam di permafrost kuno lebih dari 30.000 tahun.

Mungkin lebih tua dari nenek moyang kita, ya?

Begini tampak virusnya:

virus purba di lapisan es siberia
Virus purba di lapisan es Siberia. / Foto: Julia Bartoli dan Chantal Abergel – IGS & CNRS-AMU

Oleh para ilmuwan tersebut, virus ini diberi nama Pithovirus. Virus raksasa ini berdiameter 1,5 mikrometer, alias jauh lebih besar beberapa kali daripada jenis bakteri dan virus pada umumnya.

Uniknya, virus ini juga lebih besar 0,5 mikrometer dibandingkan virus-virus raksasa yang pernah diketahui manusia, seperti Pandoraviruses. 

Saat para peneliti tersebut memaparkan amuba di lab mereka ke virus, mereka menemukan bahwa virus purba ini masih aktif dan dengan cepat menginfeksi sel inang. 

“Kami sengaja menggunakan amoeba sebagai umpan yang aman untuk menangkap virus. Kami kemudian segera memverifikasi bahwa mereka tidak dapat menginfeksi sel hewan/manusia,” ujar para peneliti.

Pithovirus Bukan Satu-Satunya yang Tertidur di Dalam Es

Beberapa tahun berselang tepatnya pada Agustus 2016, di Siberia terdapat kasus kematian mendadak seorang bocah laki-laki berusia 12 tahun. Dalam waktu yang bersamaan, ada puluhan orang dirawat di rumah sakit setelah teridentifikasi terinfeksi oleh antraks. 

Sebelum kasus kematian anak tersebut, juga terjadi kematian massal pada rusa. Terhitung lebih dari 2.300 rusa telah mati.

Apa Penyebabnya?

Dugaannya, ini terjadi akibat wabah antraks di Siberia yang terjadi pada tahun 1941 silam, yang membunuh banyak rusa. Bangkai-bangkai rusa yang terkubur di dalam lapisan es Siberia ternyata masih membawa antraks. 

Menurut para peneliti, antraks terbilang kuat meskipun ratusan tahun tidur nyenyak di dalam lapisan es. 

Apakah Virus-virus Purba Bisa Memicu Penyakit Baru?

Menurut Edward Mocarski, seorang profesor mikrobiologi di Universitas Emory, risiko pelepasan virus patogen bagi manusia dari es sangat kecil.

Meski probabilitasnya kecil, bukan berarti manusia tak khawatir dengan ini. Pasalnya virus-virus ini sebelumnya tak pernah berkontak dengan manusia. Pun, ilmuwan masih terus melakukan penggalian informasi tentang virus-virus purba lainnya.

Mungkin ada puluhan bahkan ratusan jenis virus purba di dalam lapisan es yang siap dibangunkan. Jangan sampai kita melanggengkan krisis iklim dan membuat lebih banyak es di kutub mencair.

Mulai sekarang, kita bisa melawan krisis iklim dengan menjaga alam bumi yang indah ini demi masa depan yang lebih baik. Pukul Mundur Krisis Iklim!***

aksi greenpeace menolak energi fosil yang menyebabkan krisis iklim
Greenpeace menuntut pihak berwenang untuk segera mengatasi masalah infrastruktur bahan bakar fosil yang sudah ketinggalan zaman dan risiko kebocoran metana selama ekstraksi gas fosil yang secara substansial berkontribusi terhadap krisis iklim. / Foto: Gregor Gobec / Greenpeace

Baca juga: Alarm Krisis Iklim: Pengasaman Laut dan Laju Pencairan Es Arktik yang Semakin Cepat, Periode 1994-2020

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan