Hari Laut Sedunia 2022: Rangkuman Peristiwa yang Mengancam Kesehatan Laut

Hari laut sedunia merupakan momentum untuk mengingatkan fokus orang-orang terhadap masa depan laut. Mengenali laut lebih jauh, meyadari ancaman terhadapnya, serta mengambil tindakan untuk menjaga, memuliakan, dan memulihkannya.

Bagaimana tidak? Laut sangat penting berperan dalam sistem alam di bumi yang pada akhirnya berperan untuk kelangsungan hidup umat manusia, mulai dari sumber air, sumber pangan, sumer energi, hingga sumber kebahagiaan seperti tempat rekreasi.

Gerakan global World Ocean Day 2022 mencanangkan fokus aksi konservasi untuk melindungi setidaknya 30% dari tanah, perairan, dan laut pada tahun 2030 (30×30).

Sebuah petisi disebarkan bagi peduduk dunia untuk mengirimkan pesan kepada para pemimpin dunia dalam upaya mendorong keputusan-keputusan penting bagi masa depan bumi.

Apakah kamu ingin megirimkan pesan juga? Klik di sini.

Disamping itu, kamu perlu tahu apa saja isu-isu yang sekarang sedang terjadi di laut Idonesia. Berikut rangkuman peristiwa penting yang perlu menjadi sorotan di Laut.

Praktik Perikanan Merusak Hingga Perbudakan Modern Anak Buah Kapal Perikanan Indonesia dalam Industri Perikanan Global

Tindak lanjut permasalahan ABK perikanan yang terkesan dikesampingkan membuat tiga orang mantan ABK Indonesia, Jati Puji Satoso, Rizki Wahyudi, dan Pukaldi Sassuanto yang pernah mengalami bekerja di kapal perikanan berbendera asing menggugat Presiden RI ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) pada Selasa, 31 Mei 2022.

Aksi tersebut meuntut Presiden RI untuk segera mengesahkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Penempatan dan Pelindungan Awak Kapal Niaga dan Awak Kapal Perikanan. Gugatan tersebut juga menyebut bahwa Presiden RI sebagai kepala pemerintahan diduga telah melakukan perbuatan melanggar hukum yang menyebabkan ABK Indonesia terus berjatuhan menjadi korban eksploitasi. Baca selengkapnya

Reklamasi dan Pertambangan Pasir Mengancam Ekosistem Laut

reklamasi makassar new port
Foto: Koalisi Save Spermonde

Proyek reklamasi Makassar New Port selain merusak ekosistem laut dinilai menyengsarakan nelayan, khususnya di wilayah Spermonde yang menjadi wilayah tangkap nelayan Pulau Kodingareng.

Sebagai bentuk penolakan terhadap reklamasi Pelabuhan Makasar ini, sejumlah aktivis lingkungan bergabung dalam Koalisi save Spermonde yang menggelar aksi di laut. Mereka membentangkan spanduk sepajang 40 meter dengan tulisan “Hentikan Reklamasi Makasar New Port dan revisi RZWP3K Sulsel”. Baca selengkapnya

Kapal Tongkang Batubara Masih Masuk ke Wilayah Konservasi dan Mengancam Ekosistem Laut

Foto: Greenpeace

Pada 26 Mei 2022, terpantau oleh masyarakat nelayan Karimunjawa bahwa kapal tongkang pengangkut batubara kandas di sekitar Ujung Pandean, Desa Mrican masuk wilayah Desa Kemujan Karimunjawa. Data awal menyebutkan bahwa kapal tongkang tersebut adalah TB (tugboat) TB. Lautan Berlian I dan TK (tongkang) Rezeki Lautan I.

Tentu saja, kapal-kapal tongkang mengancam kerusakan ekosistem terumbu karang yang ada di sana. Seharusnya kapal maupun tongkang bisa memilih jalur atau berlindung di luar lokasi tersebut yang lebih aman dan tidak berada di area atau wilayah yang berpotesi merusak terumbu karang apalagi wilayah konservasi. Baca selengkapnya

Sampah Plastik Masih Mengancam Laut

Foto: Lorenzo Moscia / Greenpeace

Siapa perusahaan besar dibalik pencemaran plastik? Berikut ini nama-nama perusahaan besar dalam laporan tahunan yang diluncurkan koalisi global Break Free From Plastik tahun 2021.

Nama-nama brand seperti Coca-Cola, PepsiCo, Nestlé, Mondelēz, Danone, Unilever, Colgate-Palmolive, Procter & Gamble, dan Mars membeli kemasan dari produsen dipasok dengan resin plastik dari bahan bakar fosil perusahaan seperti ExxonMobil, Shell, Chevron Phillips, Ineos, dan Dow.

Tindakan masyarakat untuk mendorong beragai pihak dari keterlibatannya dalam persoalan krisis sampah plastik, mulai dari perusahaannya maupun pemerintah untuk menegakan peraturan sangat penting untuk dilakukan, hingga bagaimana tindakan secara individu dalam mengambil keputusan dalam aktivitasnya sehari-hari dalam penggunaan plastik. Baca selengkapnya 

Krisis Iklim Mengancam Kehidupan Laut

hari laut sedunia
Foto: Harriet Spark / Greenpeace

Peneliti dari University of Adelaide telah mengungkap bahwa cara ikan berinteraksi dalam kelompok dipengaruhi oleh pemanasan global. Banyak spesies agregasi tropis bergeser ke arah kutub di bawah tekanan pemanasan laut saat ini dan berinteraksi dengan cara baru dengan ikan di daerah yang lebih beriklim sedang.

Selain itu, krisis iklim telah menyebabkan pengasaman air laut, dan suhu air laut yang lebih hangat dari biasanya. Salah satu dampaknya adalah fenomena pemutihan karang (coral bleaching). Baca selengkapnya

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Overfishing dan Kekeringan Laut

Peningkatan suhu global menyebabkan peningkatan penguapan air dari permukaan laut, yang pada gilirannya meningkatkan konsentrasi garam dalam air laut. Kekeringan laut terjadi ketika air laut menguap lebih cepat daripada yang dapat digantikan oleh aliran air segar, seperti dari sungai-sungai atau curah hujan. Akibatnya, air laut menjadi lebih asin dan volume air laut berkurang.

Tanggapan