Mikroplastik si Monster Laut Kecil Penghancur Dunia

sampah

Sampah di laut menjadi salah satu sumber pencemaran laut dan penyebab global dari berbagai dampak ekologi. Plastik merupakan bagian dari kehidupan modern dimana sebagian besar kebutuhan berumah tangga menggunakan plastik dalam segala situasi.

Sampah plastik tergolong susah diuraikan dan terdegradasi menjadi ukuran yang lebih kecil, sehingga dapat dikonsumsi oleh organisme yang biasa disebut sebagi mikroplastik.

Sampah plastik yang berukuran kecil atau mikroplastik merupakan salah satu masalah di dunia yang memiliki diameter kurang dari 5 mm (Stanton et al., 2019).

Plastik di perairan dapat terdegradasi menjadi partikel yang lebih kecil, proses ini disebut fragmentasi. Fragmentasi plastik disebabkan oleh gelombang, panas, atau radiasi ultraviolet (Asadi et al., 2019).

Konsekuensi dari ukuran dan juga jumlah mikroplastik yang melimpah di lautan menjadikan mikroplastik ancaman serius bagi makhluk hidup di ekosistem laut.

Terdapat dua sumber utama mikroplastik yang ada di perairan, yaitu sumber primer dan sekunder (Yona et al., 2019).

Mikroplastik primer merupakan plastik yang langsung dilepaskan ke lingkungan dalam bentuk partikel kecil, yang berasal dari produk–produk yang mengandung partikel plastik (misalnya gel sabun mandi), juga dapat berasal dari proses degradasi benda plastik besar selama proses pembuatan, penggunaan atau perawatan seperti erosi ban atau degradasi tekstil sintetis saat dicuci.

Mikroplastik sekunder berasal dari degradasi barang plastik yang lebih besar menjadi fragmen plastik yang lebih kecil. Hal ini terjadi melalui fotodegradasi dan proses pelapukan limbah lainnya seperti kantong plastik yang dibuang atau seperti jaring ikan (Eriksen et al., 2014).

Mikroplastik yang ditemukan sampel air laut, sedimen dan biota dibagi menjadi 3 jenis mikroplastik. Menurut Yona et al. (2019), jenis mikroplastik dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu fragment, fiber dan film.

Fragmen adalah pecahan plastik yang berukuran tebal, kaku dan kuat. Fragmen berbentuk tidak konsisten.

Fiber merupakan mikroplastik berbentuk tipis dan panjang seperti serat sintetis. Sumber mikroplastik jenis fiber ini bisa berasal dari hasil pencucian kain baju, sisa benang pakaian dan tali plastik yang terdegradasi.

Partikel film menurut Mauludy, et al. (2019) bisa terbentuk dari pecahan lembaran plastik yang sangat tipis dengan densitas yang rendah. Mikroplastik ini banyak berasal dari potongan dan degradasi dari kantong plastik, berikut jenis mikroplastik:

Jenis mikroplastik (a) fragmen, (b) fiber, (c) film

Gambar 1. Jenis mikroplastik (a) fragmen, (b) fiber, (c) film

Dampak Mikroplastik terhadap Lingkungan

Mikroplastik dapat terdegradasi, terfragmentasi dan juga melepas bahan perekat sehingga partikel akan berubah densitasnya dan terdistribusi di antara permukaan dan dasar perairan (Budi dan Hantoro, 2018). Densitas polimer yang dimiliki oleh mikroplastik akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengapung di dalam air.

Kemampuan mikroplastik dalam mengapung menentukan posisi mikroplastik di air dan interaksinya dengan biota. Polimer yang lebih padat dari air laut seperti halnya PVC akan mengendap, sedangkan yang densitasnya rendah seperti PE dan PP akan mengapung.

plastik

Gambar 2. Siklus Mikroplastik. / Sumber: KKP, 2022

Sepanjang partikel plastik berada di perairan, maka akan mengalami biofouling dan terkolonisasi oleh organisme, lalu tenggelam.

Mikroplastik dapat mengendap di sedimen dan memiliki waktu urai yang sangat panjang. Apabila mikroplastik sudah mencemari laut, maka akan sangt sulit ditemukan dan sangat sulit untuk hilang. Mikroplastik dapat dengan mudah dicerna oleh biota-biota mikroskopis yang ada di laut seperti plankton.

Hal ini menyebabkan terjadinya bioakumulasi pada biota yang menempati posisi puncak dari rantai makanan di ekosistem tersebut, salah satunya adalah manusia sebagai predator puncak (Dewi et al., 2015).***

Baca Juga: Tik Tok! Waktu Penyelamatan Bumi Sisa 7 Tahun Lagi!

Editor: J. F. Sofyan

Artikel Terkait

Persaingan Nelayan Versus Perusahaan Perikanan Raksasa

Pada September 2022, laporan Greenpeace Asia Timur berjudul “Fake My Catch – the unreliable traceability in our tuna cans” menemukan bahwa kapal-kapal perikanan Taiwan yang memasok hasil tangkapan ke merek makanan laut Amerika Serikat, Bumble Bee, melalui perusahaan pengolah tuna, Fong Chun Formosa (FCF), diduga melakukan penangkapan ikan ilegal dan pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai produksinya.

Tanggapan