Spirit Keteladanan Yos Sudarso untuk SDM Berdaya Menuju Laut Sehat dan Terawat

Komodor Yos Sudarso merupakan aktor sentral kisah Pertempuran Laut Aru. Di mana pertempuran ini merupakan dampak dari konfrontasi Indonesia dengan Belanda akibat sengketa Irian Barat. Pemerintah Kerajaan Belanda mencederai komitmennya untuk mengembalikan Irian Barat kepangkuan Ibu Pertiwi, meskipun telah disepakati dalam perjanjian Roem Royen 1949.

Realita ini menimbulkan sikap aksi perlawanan. Indonesia tak tinggal diam kemudian memproklamirkan Tri Komando Rakyat (Trikora). Intinya, yaitu menuntut pengembalian Irian Barat kepada NKRI. Indonesia melakukan perlawanan atas sikap kesewenangan dari pemerintah Kerajaan Belanda.

Reaksi cepat langkah diambil dalam rangka mengamankan Bumi Cenderawasih dari gangguan asing. Karenanya, pemerintah Indonesia melalui Armada Perang, TNI AL mengerahkan 4 (empat) kapal perang jenis Motor Torpedo Boat (MTB), kelas Jaguar yaitu KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, KRI Harimau, dan KRI Singa. Dari keempat MTB tersebut, ternyata hanya 3 (tiga) yang mampu bergerak hingga memasuki perairan Irian Barat, mengingat KRI Singa mengalami kerusakan mesin.

Beberapa saat menuju sasaran, tepatnya pada posisi 4,49 derajat Selatan dan 135,2  derajat  Timur  ketiga  MTB ALRI  tersebut dihadang oleh 3 (tiga) kapal perang Angkatan Laut Kerajaan Belanda, yaitu Destroyer Klas Province Hr. Ms. Utrecht, Fregat Hr. Ms. Evertsen, dan Korvet Hr. Ms. Korteanaer. Akibatnya, terjadilah kontak senjata hebat dan dahsyat di tengah laut Aru antara kapal perang kita dengan Kapal perang Belanda.

Jelas, kekuatan persenjataan tidak seimbang. Situasi semakin sulit. Melihat hal ini, Komandan KRI Macan Tutul, Komodor Yos Sudarso mengambil inisiatif dengan mengadakan perlawanan mati-matian hingga tetesan darah penghabisan.

KRI Macan Tutul melakukan manuver bergerak maju secara lurus dan langsung menuju ke kapal Hr. Ms. Evertsen. Melihat hal ini kapal asing tak membiarkan. Akibatnya KRI Macan Tutul dihujani tembakan gencar hingga akhirnya tenggelam. Sebagian awak KRI Macan Tutul gugur dan ditawan oleh Belanda.

Sementara itu, dua MTB ALRI lainnya berhasil menghindar dan meloloskan diri. Keduanya tiba dengan selamat di pangkalan. Dalam kejadian itu, Komandan KRI Macan Tutul Komodor Yos Sudarso beserta ABK gugur sebagai syuhada dalam mempertahankan kedaulatan NKRI.

Pada titik akhir perjuangan, sang Komodor sempat mengirimkan pesan perjuangan untuk  seluruh prajurit  melalui radio RPF, ”Kobarkan semangat pertempuran”. Demikian pekik heroik kesatria bahari sejati yang  dikumandangkan guna membangkitkan semangat perjuangan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan NKRI. Memori sejarah ini terjadi tepat pada 15 Januari 1962.

Kisah perjuangan Yos Sudarso memberi pelajaran bahwa pada kepemimpinannya mengalir sikap patriotik, berani, bertanggungjawab, pemimpin sejati, rela berkorban, kerjasama tim, tangguh, gigih, bersungguh-sungguh, dan profesional. Etos mulia tersebut bisa kita teladani untuk menumbuhkembangkan jiwa cinta terhadap laut Indonesia, sehingga dalam skala komunal terbangun SDM berdaya yang cinta laut.

SDM berdaya merupakan manusia yang mempunyai berbagai kelebihan dibandingkan manusia lainnya. SDM berdaya selalu ingin tampil lebih baik dan memberikan suatu kemanfaatan tidak hanya kepada individu, akan tetapi juga terhadap masyarakat.

Keunggulannya tidak hanya dilihat pada bidang pengetahuan teknologi informasi. Namun juga memiliki kekuatan mentalitas dan karakter kuat membangun potensi diri. Termasuk dalam kaitannya cinta laut Indonesia. Tentunya dengan aksi-aksi nyata seperti membersihkan laut Indonesia dari sampah plastic.

Muhammad Satar, S.E. pernah mengungkapkan dalam makalahnya yang berjudul “Pengembangan SDM Indonesia Unggul Menghadapi Masyarakat Kompetitif Era Globalisasi”, bahwa terdapat dua jenis manusia berdaya, yaitu; keunggulan individualistik dan keunggulan partisipatoris.

Keunggulan individualistik adalah manusia yang unggul tapi keunggulan tersebut hanya untuk kepentingan diri sendiri. Keunggulan yang diperolehnya diabadikan untuk mengumpulkan harta benda demi kepuasan sendiri (hedonisme) ataupun memupuk kekuasaan. Manusia yang unggul secara individualistik ialah manusia rakus, yang saling mematikan satu dengan yang lain. Inilah jenis manusia Homo homini lupus.

Keunggulan partisipatoris artinya manusia unggul yang ikut serta aktif  di dalam persaingan sehat untuk mencari yang terbaik.  Keunggulan partisipatoris yaitu suatu masyarakat yang mengenal akan hak dan kewajiban masing-masing anggota dan secara bersama-sama bertanggungjawab terhadap umat manusia. Bisa dikatakan bahwa dengan sendirinya berkewajiban untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi individu yang akan digunakan didalam kehidupan yang penuh dinamika.

Konsep partisipatoris ini yang juga dipergunakan untuk Dr. Martha Tilaar di dalam mengembangkan sikap kewirausahaannya. Adapun keunggulan Partisipatoris menjadi pilihan dalam kiat-kiat pengembangannya yaitu sebagai berikut:

  1. Dedikasi dan disiplin

Seseorang manusia unggul haruslah mempunyai rasa mengabdi untuk NKRI, diantaranya menjadi warga negara yang peduli dan cinta laut Indonesia. Dalam hal ini, dia harus sadar arah. Dengan kata lain, dia harus mempunyai visi jauh ke depan. Visi yang dipunyai bukan sekadar visi yang normatif atau idealis. Seseorang yang berdedikasi adalah seorang yang berdisiplin karena ia terfokus kepada apa yang ingin diwujudkan.

  1. Jujur

Kejujuran adalah hal yang sangat penting. Bukan hanya jujur terhadap orang lain, akan tetapi juga terhadap diri sendiri. Terhadap orang lain, seorang manusia unggul haruslah dapat bekerjasama, misalnya dalam hal merawat laut Indonesia. Mengingat pada akhirnya kerjasama berdasarkan kepada saling percaya (trust) seperti yang diungkapkan oleh Francis Fukuyama, tanpa kejujuran tidak mungkin seorang manusia unggul akan dapat survive.

  1. Inovatif

Seorang manusia unggul bukanlah seorang manusia rutin yang puas dengan hasil yang telah dicapai dan puas dengan status quo. Seorang manusia unggul dan berdaya adalah yang selalu gelisah dan mencari hal yang baru. Inovatif menjadi harapan pilihan menuju manusia unggul dengan segala karya dan ciptanya yang tidak hanya bermanfaat bagi organisasi, akan tetapi juga kepada masyarakat pada umumnya. Dengan daya inovatif ini kita akan mengembangkan berbagai inovasi untuk menjaga laut Indonesia agar bersih, sehat, dan berdaya.

  1. Tekun

Seorang manusia unggul adalah seorang yang dapat memfokuskan perhatian pada tugas dan pekerjaan yang telah diserahkan kepadanya. Ketekunan akan menghasilkan sesuatu karena manusia unggul tidak akan berhenti sebelum dia membuahkan sesuatu. Berkaitan dengan ketekunan tersebut juga perlunya pemanfaatan sumber-sumber secara efisien. Seorang manusia unggul yang tidak menghargai nilai-nilai sumber yang ada akan menyebabkan pemborosan. Pemborosan bukan karakter dari manusia unggul.

  1. Ulet

Manusia unggul adalah manusia yang tidak mudah putus asa, yang bersangkutan akan terus menerus mencari dan mencari. Keuletan sikap akan menghantarkan dia kepada suatu dedikasi dalam melaksanakan pekerjaannya dalam upaya mencari yang lebih baik dan bermutu.

Berbagai ikhtiar tersebut menjadi azas etika dan pedoman fundamen bagi bangsa Indonesia untuk turut andil menjaga laut Indonesia dengan basis SDM yang berdaya. Dan hal inilah tentunya sebagaimana yang telah diteladankan oleh semangat Yos Sudarso dalam memperjuangkan Kedaulatan NKRI.

Oleh karena itu, marilah satukan hati dan komitmen kuat dengan menjadikan semangat  perjuangan yang mengalir pada kepemimpinan  Yos Sudarso sebagai pedoman utama dalam upaya membangun SDM yang berdaya demi laut Indonesia yang bersih, sehat, dan terawat baik di masa kini dan masa yang akan datang. Jalesveva Jayamahe!***

Sumber:

Tilaar, H.A.R (1997). Pengembangan  Sumber  Daya  Manusia  dalam  Era Globalisasi. Jakarta: Grasindo.

Satar, Muhammad. “Pengembangan SDM Indonesia Unggul Menghadapi Masyarakat Kompetitif Era Globalisasi,  Volume XVIII No. 4 Oktober-Desember 2002.

Majalah Cakrawala, Edisi 445 tahun 2019.

Artikel Terkait

Penerapan Kampung Ikan Berbasis Teknologi Hatchery dalam Optimalisasi Percepatan Kemandirian Pangan Perikanan Nasional

Salah satu kisah sukses teknologi hatchery adalah hatchery skala rumah tangga (HSRT) yang terdapat dibagian utara Bali.

Teknologi ini dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bali dan dengan pesat diterapkan oleh nelayan – nelayan setempat yang awalnya ingin mengadakan diversifikasi usaha dari perikanan budidaya secara tradisional ke perikanan budidaya skala industri seperti tambak dan keramba jaring apung.

Tanggapan